Di Pucuk-Pucuk Cemara
kamu menghitung tanggal yang berjatuhan dan membiarkannya larut
menjadi gerimis, rinai, kemudian bertemu dengan ilalang dan menetap di pucuk-pucuk cemara
menepis rasa takut, membawa kabar baru tentang kedatangan
sampai sore tiba, kamu memilih-milih antara pulang atau menetap
sementara tanggal demi tanggal meletakkan cuaca baru di atap-atap
di kepala pengemis, di kain lusuh merek gojek, di lautan
dan menetas, seperti percikan putik ditiup angin pagi
hanya tatapan nanarmu yang tetap
meratapi dan malu-malu menuju pulang
mungkinkah kamu bisa berteduh
hujan makin lebat
selebat rindu yang mengisi dada seorang ibu kepada anak-anaknya di rantau
Rimbo Binuang, 2023
Persimpangan Jalan
bola mata yang dikecup saban malam itu masih utuh menyala
sinarnya adalah ingatan, kasih sayang, dan jalan terang menuju sebuah surga
kerinduan di jiwa
lebat lagi tinggi
menjunjung sebuah nama
dadaku kian pasang tanda duka
kepada Sang Pencipta kusampaikan doa
kurayu berkali-kali
berikan sebuah masa
menggelar temu paling surga
agar di mata kami mengalir sungai-sungai kasih sayang
yang menumbuhkan
yang menyembuhkan
yang mengubah rindu menjadi tawa
Rimbo Binuang, 2023
Dekat Teluk
di dekat teluk itu kita rehat sejenak
tambatkan sepeda tua dan merebah di atas tikar tipis
sore tak lama lagi akan datang
sesekali jilbabmu meliuk ikuti arah angin
petang rembang
hatiku merona
di bola matamu kuhidupkan lampu-lampu
yang lama merindu
segalanya berganti suka
sejak pukul satu kedatanganmu
rantau dan rumah kita telah nyala lagi
ke dekat teluk sejenak
mengadu rindu
menyimak kicauan camar
menanti selembar senja
kita kembali tertawa
Rimbo Binuang, 2023
Siulan Senja
jika senja, seseorang yang mencintaimu menutupkan jendela
memastikan aroma tubuhnya wangi untuk yang dicinta
jendela tertutup, tak sedemikian dengan jiwa lelaki baik
ia menemani menyeduh teh hangat
yang diracik sedemikian rasa
di sisimu, dia bercerita
tak jeda
meski senja beringsut padam
rayakan hari sukacita
percikkan rasa suka di tiap sinarnya
Rimbo Binuang, 2023
=================
Tentang saya
Fitri Wijaya seorang guru di sekolah swasta dekat dari kampung halamannya. Sesekali ia menuliskan sajak juga cerpen. Sesekali pula karyanya dimuat. Ia aktif menulis di akun ig @diarihidupkita dan bisa dihubungi melalui Ignya @fitridanhurufnya.
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post