Berkendara selama berjam-jam menempuh jauhnya perjalanan rasanya tidak masalah, apalagi jika hanya dibonceng. Suasana hati pun kadang sama, saat cuaca panas maka olah pikir pun bagaikan rangkaian sulaman tersulit yang berbelit-belit, saat cuaca sejuk apa yang terpikir pun tak perlu bersungut-sungut. Ya.. kamu adalah apa yang kamu pikirkan.
Memang banyak orang yang merasa menang tapi sebenarnya ia kalah. Kalah dalam arti, tanpa pikir panjang ia pun meniru apa yang orang lain perbuat (tentunya ada untungnya buat dia, tapi dengan konsekuensi berbeda).
Lanjut dalam perjalanan tadi, sepanjang perjalananku hari ini sama halnya dengan perjalanan tahun ini menuju tahun depan. Ya.. 2023 ke 2024. Banyak hal yang menjadi isi pembicaraan, bahan viral bahkan pokok pembicaraan yang tak penting menjadi penting (mana tau bisa menjadi bahan viral selanjutnya).
Teringat lagu legend, dunia dalam berita. Berita dalam dunia… Ada yang menyenangkan… Ada yang menyedihkan.. Ada yang membangun.. ada yang bikin bingung. Haha… memang sungguh asyik dunia dalam berita.
Mungkin generasi yang sudah-sudah (sudah tua) mengenal lirik lagu ini dan bisa saja gen Z akan mulai menghafalkan lirik ini ketika mereka paham apa yang sering terjadi akhir-akhir ini mengenai pemberitaan.
Sungguh banyak yang kulihat saat di perjalanan, mata ini terfokus pada barisan tiang-tiang listrik yang tinggi menyentuh ranting pohon. Pepohonan pun tak kalah tingginya dengan tiang itu, persis bersandar di bahu tiang meski sebenarnya tiang tak punya bahu. Cukup dengan melihat hal-hal yang tinggi! Mungkin kita bisa beralih melihat bagian bawahnya saja saat ini. Karena saat melihat hal-hal yang tinggi, takutnya kepala akan selalu mendongak ke atas tak bisa melihat kebawah.
Saat kutatap dari jarak tempuh yang masih jauh, di garis lurus itu terlihat sang penjual makanan dengan gerobak bertuliskan “Silahkan Mampir”. Ah,, menurutku itu ide bagus agar orang lain bisa langsung singgah untuk belanja. Dalam hati sambil berdoa, semoga Allah lariskan dagangan ibu itu. Agar tanpa “silahkan mampir”, orang-orang akan datang dengan sendirinya karena tau makanan yang dijualnya enak. Aku pun meninggalkan jalanan tersebut dan masih menuju kota lama ku yang menjadi tujuan ku saat itu.
Sama hal nya dari awal perjalanan tadi, mata ini seakan tak ingin diam dalam mencari sesuatu yang menarik di jalan. Ada perasaan ingin mencari-cari hal terbaik dari yang terbaik, ingin menemukan yang unik dari terunik dan ingin menyombongkan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain selama di perjalanan.
Ternyata sampai pada hal unik menggelitik, saat sinyal dari perut buncit mulai bercuit-cuit…hahaha
Dengan mengandalkan kekuatan pikiran dan perasaan, akhirnya sampai pada sebuah kedai lontong nan ramai. Memesan sepiring lontong pedas ditambah dengan keripik bola kuning yang aduhai membuat perut ini kenyang. Di seberang terlihat sang penjual makanan yang berbeda tapi tujuan sama, sama-sama punya misi kemanusiaan (menolong dari kelaparan). Tenyata penggemar Lotek juga banyak, begitu juga dengan Lontong. Ya bisa jadi, penggemar lontong beralih ke lotek karena ingin tau rasanya, coba-coba atau malah 100% beralih karena sesuai dengan seleranya. Begitupun dengan penggemar Lotek, mana tau penggemar Lotek butuh pencerahan berkuah seperti lontong, ini semua perbedaan selera, keingintahuan dan prinsip soal makanan.
Lanjut setelah mengisi asupan gizi, kembali berkendara dengan riang gembira.
Kali ini hal apa lagi yang unik, roda motor pun terus berputar hingga waktu menunjukkan pukul 14.00 Wib. Kutemukan di setiap perbatasan banyak sekali orang-orang nan ramah menunjukkan senyum terbaiknya bak dapat salam di hari lebaran. Begitu ramai mereka berdiri di sela-sela pepohonan, bahkan ada yang tertancap paku di badan pohon. Bukan khawatir mereka yang sakit berada di badan pohon, tapi lebih kasihan dengan pohonnya. Mungkin sudah ada larangan, tapi tetap saja tangan usil masih ada. Dengan banyaknya senyum yang terpapar di sepanjang jalan dan perbatasan, sudah semestinya mata ini mencari sesuatu yang dikenal dan sesuai selera. Ya, saat ini menuju tahun yang lebih gemilang, semua dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Sama halnya dengan Lontong dan Lotek. Jadi di antara Lontong dan Lotek, kamu memilih apa? Apapun itu makanannya, jangan lupa air putih sebagai antisipasi dehidrasi body.
Pukul 15.00 wib akhirnya sampai di tujuan dengan suka cita. Senang dengan pilihan (perjalanan panjang), tentram dengan pencapaian.
Penulis
Elvina Oktavia, lahir di Kota Sawahlunto. Menyelesaikan pendidikan di salah satu Universitas di Kota Padang pada Jurusan Bimbingan dan Konseling. Sekarang aktif sebagai pendidik di Ar Risalah, Padang.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post