setelah 10 tahun kemudian
yang kuingat dari namamu:
sepucuk surat berisi keinginan dari seorang lelaki yang bertolak dari utara
merah mimpi. biru mengalirkan laut. hening subuh, disingkap deru kendaraan. di titik tiba, dingin setia merayap bagai pergerakan nasib
pintu-pintu kau buka
di lorong panjang
di bising kota
di dalam diri artummi
kota dongeng
mengajakku lahir kembali, di hadapanmu
tidak untuk pulang atau merayakan kegembiraan yang begitu mudah menjadi lampau
“letakkan saja cinta, setulus kenari melepas daun dari ranting. nanti akan kau miliki separuh dari apa yang ingin mereka kuasai. dan kuharap kau berhasil menemukan diri di dalam artummi.”
ya, setelah 10 tahun kemudian
cintamu yang tabah
masih ingin mengajakku berangkat ke jauh
lebih jauh dari yang kukhawatirkan sebelum ini
2021
yang di hadapan artummi
apa-apa yang di hadapan artummi
senantiasa bergerak acak, tak tertebak, sukar dilacak.
juga kau
yang tak sekali menculik aida
dari pelukku
waktu, kau kemas jadi muslihat
titik tiba, titik pisah, titik-titik dengan cemas berlimpah
setiap yang datang, akan pergi. setiap yang pergi, tak kembali lagi
di hadapan artummi, kau selalu bilang: “berlayarlah di tubuhku, sebab setiap peristiwa yang melibatkanmu tak lain merupakan ruas gelombang yang membimbingmu untuk sampai ke tempat di mana kau layak berlabuh. “
luas khayal
panjang angan
begitu banyak hal yang belum terjadi. begitu banyak hal sedang berkemas hendak berlangsung di usia ini
telah jauh langkah
ke rimbun masa depan: sarang delik dan sumpah campah
sayang, tak ada jalan rahasia sebagai juru selamat, keluar dari sarang bundar yang digenangi balasial beserta sejumlah isi kepala yang telah jadi sundal liar
di hadapan artummi, kau terus saja tumbuh, beranak, jadi musuh sungguh, jadi musuh yang diserang lumpuh
2021
sesuatu menggenang di mataram
sesuatu telah tumpah di mataram
jauh sebelum seseorang tiba dari biloq songkang
genangan hitam
bagai kenangan
seperti bau makam
semacam wabah. bertumbuh. menjadi darah. menjelma hal paling dicari. menjadi napas dengan tarikan yang panjang sekali
tak ada ampun. yang berpulun, bukan kasih yang lahir dari kisah, melainkan cinta yang terperangkap di luar ingin. cinta yang basah, yang dicuci hingga campah
seperti kutuk busuk. tak ada yang bisa melepas peluk. sebab mereka telah takluk, digenangi tak hanya di luar tubuh, tapi juga di dalam, di dalam tubuh rapuh yang mudah sekali kena bujuk busuk
“ini pintu-pintu muslihat. siapa saja yang mendekat, tak bisa menolak untuk terlibat, tak bisa lepas dari jerat jebak.”
2021
andai dengan sekali doa, Tuhan kabulkan
ANDAI dengan sekali doa, Tuhan kabulkan
aku minta tak pernah terjadi ada sebuah kisah melintas pelan di hadapanmu
kisah sumir yang tumpah jadi hutan piatu
yang pohon-pohonnya tumbuh besar di dalam diriku
andai dengan sekali doa, Tuhan kabulkan
aku minta aku tak sampai singgah di tanahmu
lebih-lebih tiba sebagai tubuh bagi pohon-pohon piatu
2021
Penulis, Artummi Sasih, tinggal di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Pendiri Puisipedia, sebuah upaya publikasi puisi yang menggunakan instagram sebagai media. Buku kumpulan puisinya berjudul Dari Luar Biloq Songkang (Bening Pustaka, Januari 2021) dan Sejumlah Peristiwa yang Hilang (Bening Pustaka, Februari 2021).
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post