
Pelajaran Membaca Kaifiat Kerja Mesin dan
Pertanyaan-Pertanyaan tentang Masa Depan
Mesin-mesin bekerja lebih lekas,
paham instruksi, terukur dan presisi.
Dua puluh empat jam. tiada jurus yang lebih
tangkas selain cara bertarung mesin. pabrik dan
perusahaan bersepakat dengan mesin; mencintai
hari-hari yang panjang dan infrastruktur sebuah
kota telah diciptakan. sebagai manusia yang
kalah kita bertekuk lutut dan melepas kor
panjang setelah waladholin dengan malas.
“Tetapi mesin tetaplah besi: tanpa hati dan
akal budi,” kita berdalih. dan sebuah puisi,
sebuah lukisan, sebuah partitur, sebuah
skenario, sebuah potret, tetap diproduksi
—tetapi apakah kepala negara atau menteri
atau politisi pernah mengerti ihwal kesenian.
Jegal. jauhkan. tidak sesuai paham
industri—yang profit, yang cuan.
Dan seniman bernasib serupa atlet: dirayakan sebentar
dalam surat kabar—televisi—media sosial setelahnya
menjalani hari tua sebagai pesakitan yang tak mampu
membayar ongkos mati di kamar kelas 3 rumah sakit.
Lantas, seorang anak
berkata kepada ayahnya
yang bekerja sebagai penyair.
“Ayah, aku ingin jadi mesin.”
2024
Dua Anak di Depan Pintu
Kau ingin surga yang mana:
merah, hijau, atau abu-abu.
Tak perlu bicara putih, cukup kain
yang menggenapi tubuhmu saja.
Lagi pula, terlalu berlimpah hal-hal
yang melambangkan suci—bisakah kita
menciptakan pilihan lain yang serupa.
Tapi aku ingin surga berwarna ungu
sebab itu warna kamar masa kecilku.
2024
Merayakan Tiga Puluh
Barangkali hanya inisial
atau nama belakang
yang samar—dan
kerap salah diucapkan
Doa-doa dilampirkan
tanpa prosesi perayaan
Ajal tak pernah diam
Usia berjatuhan
ke mesin waktu
satu per satu
Dan kita tak pernah
ingin menadahnya.
2024
Bagaimana Kita Seharusnya Esok
Di luar teks, hari-hari berjalan
tanpa kata atau kalimat—atau
puisi memang harus mati.
Hanya diam yang semakin rapat.
Mengapa tidak ada ketapel setinggi
tower provider agar tubuhku dapat
terlempar ke pulau di mana kau
menghabiskan banyak waktu
dengan asyik berkebun.
Di mana hening semakin dingin.
2024
Membaca Manakib Ijen Purba
/I/
Sebuah kaldera yang pecah dan membongkah,
menghapus sejarah antara batu dan api—ke mana
kita kelak berlari mencari bunker persembunyian
jika ilah memutuskan kiamat kecil bermula di sini.
Deidara tetaplah seorang bramacorah meski
ia menegaskan bahwa ledakan adalah seni
—satu kawah tercipta dari lakon jurus
yang tidak pernah ingin kita saksikan.
Desau angin menyentuh tebing dan pohon-pohon
bersitegang mengenai siapa yang lebih layak
membacakan manakib ihwal tanah ini.
Dari megasari manusia menjelma burung tanpa
kepak dan blawan kecil selalu tidak ingin lekas
menjadi dewasa serupa niagara.
Setelah kematian, wurung adalah kaifiat
reinkarnasi. dan kita di sini, mencatat hal
lain dari kehidupan yang tidak pernah ada.
/II/
Malam separuh dan dingin yang memeluk
tanah 2.443 mdpl sebelum tiba di puncak.
Tuhan tidak tidur
di jalur pendakian.
Wujudnya memadat di merah api yang menjumpai
seorang nabi di bukit tursina atau di biru api yang
memeranak belerang dan bau asam dari rahimnya.
Dan mata menyusur bagaimana oksidasi bekerja
seperti ruh yang lepas dari tubuh lalu memuai
dan memecah di udara—segala yang tiada.
Tuhan mencintai dalam 600 derajat celcius.
/III/
Dan sebatang korek api kayu dinyalakan:
pendarnya mengisahkan riwayat belerang
yang dipikul manusia-manusia gunung—
bahu-bahu canggih yang terbuat dari
dump truck keluaran belarusia.
Perih mata dan peparu penuh racun.
mereka jauhkan wearpack safety seperti
warga dukuh lain yang menolak bala dan
merasakan kematian hanya sejengkal lagi.
Kehidupan mereka telah menyatu dalam
ekstrasi: mengembun—mencair—memadat.
2024

Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Biografi singkat tentang dirinya termaktub dalam buku: Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017); Ensiklopedia Penulis Sastra Indonesia di Provinsi Banten (Kantor Bahasa Banten, 2020); dan Leksikon Penyair Kalimantan Selatan 1930–2020 (Tahura Media, 2020).
Beberapa karyanya tersebar di berbagai media cetak nasional seperti: Tempo, Media Indonesia, Republika, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Nusa Bali, Majalah Sastra Kandaga, dll. Pemenang terbaik pertama dalam sayembara cerita pendek pada perhelatan Aruh Sastra 2015 dan Sabana Pustaka 2016.
Pada tahun 2017 mendapat Penghargaan Student Achievement Award, kategori buku sastra pilihan, dari Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta ia meraih beasiswa kuliah singkat Klinik Menulis Fiksi di Tempo Institute tahun 2018.
Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Saat ini, mengabdikan diri sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.
- Cerpen Kurnia Gusti Sawiji | Senja di Kampung Jam Pasir - 9 Februari 2025
- Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Rwanda Pasca 1994 - 8 Februari 2025
- DENGUNG TANAH GOYAH KARYA IYUT FITRA: TENTANG NEGARA, LINGKUNGAN, DAN KEBIJAKSANAAN NUSANTARA - 3 Februari 2025
Discussion about this post