
Di tengah kehidupan masyarakat Nagari Buayan, Padang Pariaman, terdapat sebuah kepercayaan unik yang hingga kini masih dipercaya, yaitu “Kotak Angku Saliah”. Lebih dari sekadar kotak biasa, “Kotak Angku Saliah” termasuk ke dalam folklor sebagian lisan yaitu kepercayaan masyarakat, yang mana kepercayaan tersebut sudah dipercaya dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kotak ini menjadi simbol penghormatan, kepercayaan, dan doa bagi masyarakat setempat. Kepercayaan ini bermula dari sosok Syekh Kiramatullah Ungku Saliah, seorang ulama yang dipercaya kiramaik yang meninggalkan warisan spiritual mendalam bagi Nagari Buayan.
Kotak Angku Saliah adalah kotak yang berbentuk seperti kotak amal yang ditempatkan dalam sebuah bangunan berbentuk gubah yang juga menaungi makam simbolik Angku Saliah. Orang-orang manamai kotak tersebut sebagai “Kotak Angku Saliah” karena kotak tersebut diletakkan dekat dengan makam Angku tersebut. Namun, kotak ini hanya sebagai perantara untuk menyampaikan niat ke makam Angku Saliah. Menariknya, makam ini tidak berisi jasad, melainkan hanya potongan rambut dan kuku beliau. Tradisi ini berakar pada rasa cinta dan hormat masyarakat Buayan kepada Angku Saliah, yang dianggap memiliki kiramaik (keramat). Kotak ini digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan doa, niat, atau permohonan hajat.
Syekh Kiramatullah Ungku Saliah berasal dari Nagari Sungai Sariak, Padang Pariaman. Beliau sering berkunjung ke Nagari Buayan untuk berdakwah, membantu masyarakat, dan mendirikan surau yang kini menjadi Masjid Nur Sholihin. Karena kedekatan dan rasa sayangnya kepada masyarakat Buayan, Angku Saliah memutuskan untuk meninggalkan potongan rambut dan kukunya di sana sebelum wafat pada tahun 1970-an. Hal ini menjadi simbol bahwa beliau tetap hadir secara spiritual di Nagari Buayan.
Awalnya, makam simbolik ini hanya berupa bangunan kayu sederhana. Namun, seiring waktu, makam dan kotaknya direnovasi menjadi bangunan gubah permanen berbahan tembok yang berdiri hingga kini. Kotak Angku Saliah memiliki dua fungsi utama yaitu, Masyarakat percaya bahwa menyampaikan niat atau doa di makam ini, dengan memberi upah berupa uang ke dalam kotak, dapat membantu mewujudkan keinginan mereka. Sebelum berdoa, biasanya mereka membaca Al-Fatihah, mengucapkan salam, dan menyampaikan niat dengan khusyuk. Selain itu, uang terkumpul dalam kotak juga digunakan untuk pembangunan dan perawatan Masjid Nur Sholihin, dan sebagian juga disalurkan ke Nagari Sungai Sariak, tempat asal Angku Saliah.
Kepercayaan terhadap kotak ini masih sangat kuat, bahkan meluas hingga ke luar Nagari Buayan. Banyak cerita turun-temurun tentang keberkahan dari Angku Saliah. Syaiful Amri (62th) yang merupakan seorang khatib di mesjid Nur Sholihin ia menuturkan bahwa pernah ada orang yang mencuri uang yang ada dalam kotak tersebut, orang itu mendapatkan musibah seperti mendapat penyakit, dan untuk menyembuhkannya orang tersebut harus mengakui perbuatannya terlebih dahulu. Tidak hanya itu, kekiramatan dari makam ini juga dirasakan oleh Syaiful (62th) yang ketika itu sedang melakukan kegiatan malamang di masjid untuk pengajian, langit terlihat mendung sementara lemang sedang dimasak, Syaiful yang sebenarnya antara percaya dan tidak percayanya terhadap makam tersebut ketika itu berdoa agar hujan tertunda. Setelah berdoa di makam tersebut, seketika langit yang tadinya mendung berubah menjadi cerah.
Kotak Angku Saliah bukan hanya soal kepercayaan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan. Meski dunia terus berubah, kepercayaan terhadap makam angku Saliah tetap hidup di tengah masyarakat Buayan. Gubahnya menjadi tempat yang ramai dikunjungi, tidak hanya oleh warga lokal, tetapi juga oleh orang-orang dari daerah lain. Sebenarnya ada beberapa gubah lain yang juga terdapat makam rambut dan kuku angku Saliah ini, namun yang dipercaya dan ramai dikunjungi oleh orang-orang hanya di nagari Buayan ini sebab, yang di tempat lain tersebut gubahnya sudah tidak terurus dan terbengkalai.
Kotak Angku Saliah adalah wujud nyata bagaimana kepercayaan dan spiritualitas dapat menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Nagari Buayan. Lebih dari sekadar kotak yang sebagai simbolik dari makam Angku tersebut, kotak ini penghubung antara manusia dengan Sang Pencipta melalui perantara doa. Sebagai simbol kepercayaan dan penghubung spiritualitas, kotak dan makam ini bukan hanya sekadar peninggalan, tetapi juga sebuah warisan hidup yang terus dipelihara dan dihormati oleh masyarakat Nagari Buayan. Keberadaannya yang penuh makna ini mengajarkan kita tentang pentingnya doa, keikhlasan, dan kebersamaan dalam kehidupan. Di tengah arus zaman yang terus berkembang, kepercayaan ini tetap menjadi cermin bagi masyarakat Buayan untuk tetap menjaga hubungan yang erat dengan nilai-nilai luhur, serta memperkuat rasa cinta dan hormat terhadap leluhur mereka dengan segala hikmah yang terkandung di dalamnya.
Penulis, Winda Radisti mahasiswa aktif prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Discussion about this post