• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Selasa, Mei 13, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Punago Rimbun: Perselisihan Seorang Anak Muda (Arung Masuba) – Bagian 3 | Zera Permana

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
13 Agustus 2021
in Punago Rimbun
1.2k 37
0
Home Punago Rimbun
BagikanBagikanBagikanBagikan

Ketika ditanya kenapa engkau memperbuat hal yang semacam ini. Dengan jawaban cengengesan pula ia menjawab, ini bukan urusan bapak. Mendengar hal yang demikian “tabik rabo” Sang Adipati Laut Rawar, dan menampar Arung Masuba. Tamparan dari Sang Adipati Laut Tawar itu tidak dirasa apa-apa, cuma bagaikan daun yang jatuh menimpa badannya. Dibalas dengan senyum sambil meledek Sang Adipati Laut Tawar. Melihat ledekan itu, “tasolang galah ka batu” mengeluarkan jurus andalan. Sebelum mengeluarkan jurus andalan dalam adat urang pandeka sabalun kaji ka dibaco sabalun langkah ka diajukan, maka bertanyalah Sang Adipati Laut Tawar kepada orang muda “hai urang mudo, di mano kampuang halaman? apo suku jo bangso? siapo namo ibubapak?  siapo pulo namo rang mudo? buliah nak tarang bak bualan, bak siang nan bak hari.”

Mendengar perkataan Sang Adipati Laut Tawar sebagai urang mudo nan bajalan bapambaok, mambaok lai nasi nan sakampia. Maka dijawab ketika itu,  Hamba berasal dari Bangso Bugih, nama ibu ialah Puti Rani Jinta, namo  Bapak dibilang dari ibu hamba Seri Sultan Usmansyah gelar Sultan Firmansyah Raja Negeri Airpuro, sedangkan nama Hamba Arung Masuba.

Semua pertanyaan itu dijawab dan dijelaskan oleh Arung Masuba, membuat hati Sang Adipati Laut Tawah terenyuh dan tertunduk “tahujam lutuik nan duo tatakua kapalo nan satu”, telah melawan dan berkata kasar kepada anak sendiri (anak saudara angkatnya) merasa malu akan badannya.

Maka berkata kembali Sang Adipati Laut Tawar, “ondeh nak, lah talonsong kato jo lapeh tangan bapak ka anak, iko nan disabauik urang tuo nan indak tahu jo adat, kok tuonyo, tuo hampo, mako marihlah kito ka pondok dulu, bamalam kito di sinan, barisuak kito ka tampek kampuang ayah anak.

Kemudian dijawab oleh Arung Masuba “baik bapak” berjalan dan menyisiri tepi air dan kemudian masuk ladang keluar ladang, maka sampailah di pondok Sang Adipati Laut Tawar. Bercerita ketika itu, sampai kepada cerita ibunya, waktu hamba di kampung, ibu bercerita ayah hamba dulu mempunyai seorang sahabat. Selain satu orang, beliau itu keturunan Raja dari Jawa Gersik, mendengar hal demikian Sang Adipati Laut Tawar tersenyum. Kemudian menjawab “ya anakku, ketahuilah anakku, bapaklah yang dimaksud oleh ibumu karena kami bertiga yang merasakan pahit manisnya di negeri Toraja. hari demi hari berjalan dan penjelasan demi penjelasan diberikan oleh Sang Adipati Laut Tawar.

Kemudian Sang Adipati Laut Tawar mengajak masuk kampung, di perjalanan mau ke kampung bertemulah seorang orang tuo sepuh, lalu Sang Adipati Laut Tawar memberikan penghormatan dan merunduk, juga dikuti oleh Arung Masuba berkata orang tua itu “hai Adipati Laut Tawar hendaklah engkau memegang rahasia dengan kokoh, yaitu orang muda yang bersama kamu ini adalah putra Sultan Usmansyah Gelar Sultan Firmansyah sultan yang berdaulat di Negeri Airpuro, dan dia inilah yang dimaksud dengan sultan yang mewarisi martabat gelar kehormatan Badarah Putiah. Sedangkan ayahnya sultan Usmansyah telah meninggal dunia. Kalau engkau sampai di kampung, tempatkan dulu anak muda ini di rumah kaum bergelar Dt. Rajo Malayu (Rangkayo Dt Rajo Malayu)  di Ambacang Manih,  setiba di situ jangan engkau memberitahu siapa dia sedikitpun! Mendengar perkataan dari orang tua itu, Sang Adipati Laut Tawar termenung. Kemudian orang tua itu hilang.

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: BudayaCerpenEsaiPunago RimbunSastra

Related Posts

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Oleh Zera Permana
2 Oktober 2024

Seri Punago RimbunSejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan (Bagian 2) Maka...

Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung

Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung

Oleh Zera Permana
26 September 2024

Suatu waktu terjadi peristiwa di Alam Surambi Sungai Pagu, tiga orang pembesar; Raja Kampai Tuangku Bagindo, Raja Panai Tuangku...

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Oleh Zera Permana
21 September 2024

Sumatra yang lebih dikenal dalam bahasa tradisi Pulau Perca, ujungnya Negeri Aceh pangkal hingga Lampung. Orang yang mendiami Pulau...

Kembalinya  Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana

Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana

Oleh Zera Permana
11 Februari 2024

Anjing Kumbang Datuk Perpatih Nan Sebatang menyamar dengan merubah penampilannya seperti orang tua ketika datang ke Pariangan, beliau juga...

Next Post
Puisi-puisi Jamaludin GmSas | Medusa

Puisi-puisi Jamaludin GmSas | Medusa

Cerpen Chalvin Pratama Putra | Pesan Sebelum Kematian Luis

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In