Ketika ditanya kenapa engkau memperbuat hal yang semacam ini. Dengan jawaban cengengesan pula ia menjawab, ini bukan urusan bapak. Mendengar hal yang demikian “tabik rabo” Sang Adipati Laut Rawar, dan menampar Arung Masuba. Tamparan dari Sang Adipati Laut Tawar itu tidak dirasa apa-apa, cuma bagaikan daun yang jatuh menimpa badannya. Dibalas dengan senyum sambil meledek Sang Adipati Laut Tawar. Melihat ledekan itu, “tasolang galah ka batu” mengeluarkan jurus andalan. Sebelum mengeluarkan jurus andalan dalam adat urang pandeka sabalun kaji ka dibaco sabalun langkah ka diajukan, maka bertanyalah Sang Adipati Laut Tawar kepada orang muda “hai urang mudo, di mano kampuang halaman? apo suku jo bangso? siapo namo ibubapak? siapo pulo namo rang mudo? buliah nak tarang bak bualan, bak siang nan bak hari.”
Mendengar perkataan Sang Adipati Laut Tawar sebagai urang mudo nan bajalan bapambaok, mambaok lai nasi nan sakampia. Maka dijawab ketika itu, Hamba berasal dari Bangso Bugih, nama ibu ialah Puti Rani Jinta, namo Bapak dibilang dari ibu hamba Seri Sultan Usmansyah gelar Sultan Firmansyah Raja Negeri Airpuro, sedangkan nama Hamba Arung Masuba.
Semua pertanyaan itu dijawab dan dijelaskan oleh Arung Masuba, membuat hati Sang Adipati Laut Tawah terenyuh dan tertunduk “tahujam lutuik nan duo tatakua kapalo nan satu”, telah melawan dan berkata kasar kepada anak sendiri (anak saudara angkatnya) merasa malu akan badannya.
Maka berkata kembali Sang Adipati Laut Tawar, “ondeh nak, lah talonsong kato jo lapeh tangan bapak ka anak, iko nan disabauik urang tuo nan indak tahu jo adat, kok tuonyo, tuo hampo, mako marihlah kito ka pondok dulu, bamalam kito di sinan, barisuak kito ka tampek kampuang ayah anak.
Kemudian dijawab oleh Arung Masuba “baik bapak” berjalan dan menyisiri tepi air dan kemudian masuk ladang keluar ladang, maka sampailah di pondok Sang Adipati Laut Tawar. Bercerita ketika itu, sampai kepada cerita ibunya, waktu hamba di kampung, ibu bercerita ayah hamba dulu mempunyai seorang sahabat. Selain satu orang, beliau itu keturunan Raja dari Jawa Gersik, mendengar hal demikian Sang Adipati Laut Tawar tersenyum. Kemudian menjawab “ya anakku, ketahuilah anakku, bapaklah yang dimaksud oleh ibumu karena kami bertiga yang merasakan pahit manisnya di negeri Toraja. hari demi hari berjalan dan penjelasan demi penjelasan diberikan oleh Sang Adipati Laut Tawar.
Kemudian Sang Adipati Laut Tawar mengajak masuk kampung, di perjalanan mau ke kampung bertemulah seorang orang tuo sepuh, lalu Sang Adipati Laut Tawar memberikan penghormatan dan merunduk, juga dikuti oleh Arung Masuba berkata orang tua itu “hai Adipati Laut Tawar hendaklah engkau memegang rahasia dengan kokoh, yaitu orang muda yang bersama kamu ini adalah putra Sultan Usmansyah Gelar Sultan Firmansyah sultan yang berdaulat di Negeri Airpuro, dan dia inilah yang dimaksud dengan sultan yang mewarisi martabat gelar kehormatan Badarah Putiah. Sedangkan ayahnya sultan Usmansyah telah meninggal dunia. Kalau engkau sampai di kampung, tempatkan dulu anak muda ini di rumah kaum bergelar Dt. Rajo Malayu (Rangkayo Dt Rajo Malayu) di Ambacang Manih, setiba di situ jangan engkau memberitahu siapa dia sedikitpun! Mendengar perkataan dari orang tua itu, Sang Adipati Laut Tawar termenung. Kemudian orang tua itu hilang.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post