Suatu waktu terjadi peristiwa di Alam Surambi Sungai Pagu, tiga orang pembesar; Raja Kampai Tuangku Bagindo, Raja Panai Tuangku Batuah, dan Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang. Bermufakat basa (raja) yang bertiga hendak melaporkan kepada Raja Alam Pagaruyung, permohonan menjadi raja antara mereka bertiga. Seiring berjalan menuju kerajaan Pagaruyung, di perjalanan menuju Pusek Jalo Pumpunan Ikan Alam Minangkabau. Maka mengikutlah seorang remaja menuju Kerajaan Pagaruyung.
Sesampai di kerajaan Pagaruyung, dilaporkan ke Manti Tuo Kerajaan, oleh Manti Tuo lalu disembahkan kepada Daulat Tuangku Raja Kerajaan Pagaruyung. Tujuan dan maksud pembesar (raja) yang bertiga. Berkata Tuangku Raja Pagaruyung kepada Manti Tuo, untuk dikumpulkan Basa-basa seluruh pembesar istana di ruangan yang bernama “Sitindiah”. Maka dikatakanlah ketika itu, telah datang pembesar dari Ikur Darek Kepala Rantau Alam Minangkabau. Meminta seorang raja di antara mereka bertiga. Maka oleh Cati Bilang Pandai seorang penasehat raja dibawakanlah talam bertahta alaskan “Kain Cindai Panjang Tujuah” dan di Lingkup Kain Dalamak Makah.
Sebuah mahkota kebesaran Alam Pulau Emas, bertitahlah Raja Alam Pagaruyung kepada pembesar yang bertiga. Angkatlah Mahkota Qulahkamar ini. Barang siapa yang bisa mengangkat dan memakainya di kepala, maka dialah yang akan menjadi raja antara kalian yang bertiga. Oleh Raja Kampai Tuangku Bagindo, diraba dan diangkat ternyata mahkota itu tidak bisa diangkat hanya bisa sejengkal jari. Kemudian maju lagi Raja Panai Tuangku Batuah, kemudian diangkat ternyata tidak bisa diangkat hanya sepenggal jari. Dan giliran pembesar yang terakhir, Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang diangkat hanya sampai talam. Maka berkatalah pembesar Istana Pagaruyung, diwakili Manti Tuo Kerajaan. Semua pembesar dari Ikur Darek Rantau Alam Minangkabau tidak bisa mengangkat dan menonggokan (menaruh) di kepalanya. Tapi ada seorang anak kecil yang seiring berjalan. Ia ikut mengiringi raja bertiga ini menuju ke kerajaan Pagaruyung.
Oleh raja dipanggil remaja itu. Kemudian diperintahkan untuk mengangkat Mahkota Qulahkamar. Ternyata oleh si pemuda itu mengangkatnya dengan mudah. Lalu dipasangkan ke kepalanya, heran semua basa-basa. Termenung semua pembesar istana, berkatalah Daulat Tungku Pagaruyung, inilah yang akan menjadi raja Negeri Ikur Darek kepala Rantau Minangkabau Janjang ka Darek Alam Minangkabau. Seorang pemuda kecil bernama Samsudin Sandeowano. Dinobatkan seketika itu, Raja Kampai Tuangku Bagindo di Nobatkan jadi Raja Adat, Raja Panai Tuangku Batuah jadi Raja Ibadat, Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang jadi Raja Parit Pagar. Dan yang terakhir remaja bernama Samsudin Sandeowano dinobatkan menjadi Raja Alam di Alam Surambi Sungai Pagu.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post