• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Selasa, Mei 13, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung

Zera Permana Oleh Zera Permana
26 September 2024
in Punago Rimbun
1.1k 11
0
Home Punago Rimbun
BagikanBagikanBagikanBagikan

Suatu waktu terjadi peristiwa di Alam Surambi Sungai Pagu, tiga orang pembesar; Raja Kampai Tuangku Bagindo, Raja Panai Tuangku Batuah, dan Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang. Bermufakat basa (raja) yang bertiga hendak melaporkan kepada Raja Alam Pagaruyung, permohonan menjadi raja antara mereka bertiga. Seiring berjalan menuju kerajaan Pagaruyung, di perjalanan menuju Pusek Jalo Pumpunan Ikan Alam Minangkabau. Maka mengikutlah seorang remaja menuju Kerajaan Pagaruyung.

Sesampai di kerajaan Pagaruyung, dilaporkan ke Manti Tuo Kerajaan, oleh Manti Tuo lalu disembahkan kepada Daulat Tuangku Raja Kerajaan Pagaruyung. Tujuan dan maksud pembesar (raja) yang bertiga. Berkata Tuangku Raja Pagaruyung kepada Manti Tuo, untuk dikumpulkan Basa-basa seluruh pembesar istana di ruangan yang bernama “Sitindiah”. Maka dikatakanlah ketika itu, telah datang pembesar dari Ikur Darek Kepala Rantau Alam Minangkabau. Meminta seorang raja di antara mereka bertiga. Maka oleh Cati Bilang Pandai seorang penasehat raja dibawakanlah talam bertahta alaskan “Kain Cindai Panjang Tujuah” dan di Lingkup Kain Dalamak Makah.

Sebuah mahkota kebesaran Alam Pulau Emas, bertitahlah Raja Alam Pagaruyung kepada pembesar yang bertiga. Angkatlah Mahkota Qulahkamar ini. Barang siapa yang bisa mengangkat dan memakainya di kepala, maka dialah yang akan menjadi raja antara kalian yang bertiga. Oleh Raja Kampai Tuangku Bagindo, diraba dan diangkat ternyata mahkota itu tidak bisa diangkat hanya bisa sejengkal jari. Kemudian maju lagi Raja Panai Tuangku Batuah, kemudian diangkat ternyata tidak bisa diangkat hanya sepenggal jari. Dan giliran pembesar yang terakhir, Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang diangkat hanya sampai talam. Maka berkatalah pembesar Istana Pagaruyung, diwakili Manti Tuo Kerajaan. Semua pembesar dari Ikur Darek Rantau Alam Minangkabau tidak bisa mengangkat dan menonggokan (menaruh) di kepalanya. Tapi ada seorang anak kecil yang seiring berjalan. Ia ikut mengiringi raja bertiga ini menuju ke kerajaan Pagaruyung.

Oleh raja dipanggil remaja itu. Kemudian diperintahkan untuk mengangkat Mahkota Qulahkamar. Ternyata oleh si pemuda itu mengangkatnya dengan mudah. Lalu dipasangkan ke kepalanya, heran semua basa-basa. Termenung semua pembesar istana, berkatalah Daulat Tungku Pagaruyung, inilah yang akan menjadi raja Negeri Ikur Darek kepala Rantau Minangkabau Janjang ka Darek Alam Minangkabau. Seorang pemuda kecil bernama Samsudin Sandeowano. Dinobatkan seketika itu, Raja Kampai Tuangku Bagindo di Nobatkan jadi Raja Adat, Raja Panai Tuangku Batuah jadi Raja Ibadat, Raja Tiga Laras Tuanku Rajo Malenggang jadi Raja Parit Pagar. Dan yang terakhir remaja bernama Samsudin Sandeowano dinobatkan menjadi Raja Alam di Alam Surambi Sungai Pagu.

  • About
  • Latest Posts
Zera Permana
ikuti saya
Zera Permana
Redaksi Marewai at Media
Zera Permana
Salimbado Buah Tarok (Anggota Pusat Kajian Tradisi Salimbado Buah Tarok). Sekarang bekerja fokus di Serikat Budaya Marewai. Berasal Dari Nagari Sungai Pinang, Koto XI Tarusan Pesisir Selatan. Pengelola dan Penulis Tetap Rubrik "Punago Rimbun". Zera merupakan arsiparis muda manuskrip-manuskrip Minangkabau, selain fokus mengarsipkan manuskrip, Zera juga aktif berkegiatan dalam Alih Aksara dan Alih Bahasa. Salah satu manuskrip yang sudah terbit, "Kitab Salasilah Rajo-Rajo Minangkabau".
Zera Permana
ikuti saya
Latest posts by Zera Permana (see all)
  • Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
  • Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
  • Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Tags: BudayaCaritoMarewaiPunago Rimbun

Related Posts

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Oleh Zera Permana
2 Oktober 2024

Seri Punago RimbunSejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan (Bagian 2) Maka...

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Oleh Zera Permana
21 September 2024

Sumatra yang lebih dikenal dalam bahasa tradisi Pulau Perca, ujungnya Negeri Aceh pangkal hingga Lampung. Orang yang mendiami Pulau...

Kembalinya  Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana

Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana

Oleh Zera Permana
11 Februari 2024

Anjing Kumbang Datuk Perpatih Nan Sebatang menyamar dengan merubah penampilannya seperti orang tua ketika datang ke Pariangan, beliau juga...

Kembalinya  Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana

Kembalinya  Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana

Oleh Zera Permana
21 Januari 2024

Seri Punago Rimbun Puto Balun bergelar Datuk Perpatih Nan Sebatang  adalah anak pertama dari pernikahan Puti Reno Indojuito/Puti Indrajuita...

Next Post
Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani

Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani

Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori

Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In