Angin Rindu
Pada puisi kali ini, wajahmu
pada jatuh dari reranting.
Angin-angin rindu bertiup kencang dan
menggugurkan daun demi daun.
Hatiku tanah, yang lama-lama tak terlihat
ditutupi wajah-wajahmu yang pada tanggal.
Al Ikhsan, Desember 2020
Pasrah
Biarkan saja luka menganga
dan doa bekerja sekehendaknya.
Al Ikhsan, Januari 2021
Mengheningkan Kangen
Jika langit malam mengandung puisi
dan kepala puisi isinya cuma sepi,
pasti yang keluar dari mulut hanya kamu;
yang turun dari mata hanya rindu.
Al Ikhsan, Februari 2021
Setelah Rindu Lembur Semalaman
Apakah kau merasakan kesedihan rumput
yang sedang menjatuhkan manik demi manik embun setelah semalaman dipeluk dingin?
Apakah kau mendengar jerit embun
yang melesap ke bumi setelah tanggal atau mengering hilang walau bertahan di rerumputan?
Wajah kenangan menyerupa pagi yang berkabut,
matahari mengusirnya dengan lembut.
Apakah masih ada hari di hari ini?
Matahari pun mulai mengunyah bumi
: pertanda bahwa waktu tak pernah berhenti
untuk menunggumu tak sempoyongan lagi.
Al Ikhsan, Februari 2021
Bunga
Perempuan-perempuan pada ingin
menjadi sekuntum bunga yang wangi.
Para lelaki ingin sekali memetik bunga-bunga
dan tak mau jari-jarinya tertusuk duri.
Di suatu taman yang sepi dan sangsi,
ada banyak bunga yang mulai rontok
sebelum sempat wanginya terbeli.
Di suatu tempat di mana bunga
menjatuhkan tubuhnya, banyak sekali
kesakitan yang mengalir lewat ulu hati.
Pada waktu itu, tak ada suara,
kecuali percakapan sengit
yang membicarakan perihal sakit
dan penyesalan-penyesalan yang rumit.
Al Ikhsan, Maret 2021
Medusa
Di atas bumi yang megah ini,
medusa selalu bereinkarnasi
menjadi perempuan yang kita cintai.
Rambutnya yang wangi
dikutuk menjadi ular
yang mematuk hati laki-laki
di setiap denyut nadi.
Kita semua jangan berani-berani
masuk ke tubuhnya lewat mata.
Bisa-bisa kita ‘kan terjebak
dan membatulah segala watak.
Namun cinta seringkali dikelabuhi
oleh nafsu. Para perempuan dikejar-kejar
bukan untuk dicintai,
tapi hanya untuk dipenggal perasaannya
— mereka meninggal sebelum
sempat merasakan cinta.
Al Ikhsan, Mei 2021
Biografi Penulis
JAMALUDIN GmSas— adalah nama pena dari Jamaludin. Lahir di Pemalang, 20 Juli 1997. Ia adalah santri di Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji, Banyumas. Laki-laki pecinta kopi ini puisi-puisinya pernah disiarkan di laman: Koran Tempo, Pos Bali, Medan Pos, Tanjungpinang Pos, Radar Banyumas, Radar Cirebon, LP Maarif NU Jateng, Metafor.id, Kami Anak Pantai, dan lain-lain. Tersebar juga di beberapa antologi bersama. Facebook: Jamaludin GmSas. Instagram: @jamaludin-gmsas. Email: [email protected].
- Yuang Sewai: Poli samo jo Voli - 8 Desember 2024
- Bincang Karya Pertunjukan Harimau Pasaman oleh Lintas Komunitas di Pasaman - 2 Desember 2024
- Cerpen Celana Dalam Robek | Thomas Elisa - 24 November 2024
Discussion about this post