Negara Indonesia dengan banyak upaya konyolnya menjadikan kebudayaan sebagai sektor wisata, kerap lupa bahwa ia adalah salah satu negara terbelakang dalam pelestarian budayanya. Alih-alih menjadikan budaya sebagai sektor wisata guna menarik minat wisatawan, pada akhirnya tinggal lagu sumbang belaka. Meski banyak pencatat dan peneliti handal kerap menulisnya sebagai temuan-temuan sarat teoritis untuk dimuat bahkan dicetak sebagai buku panduan dengan label urgensi: sudah saatnya kita terbitkan. Tapi tidak dapat diakses publik. Mantap.
Sebagaimana kepercayaan masyarakat tradisional terhadap alamnya, hal-hal lain yang juga terus diwarisi adalah mitologi-mitologi, umumnya diwarisi secara lisan. Di Indonesia, Pesisir Barat Sumatra (Minangkabau) terdapat banyak mitologi yang sampai saat ini masih berkembang dikalangan masyarakat tradisionalnya. Sebut saja Cindaku, Hantu Aru-aru, Palasik dan Siluman Harimau. Sebutan-sebutan tersebut hanya segelintir, yang mungkin sempat tercatat secara luas. Namun, lebih dari itu, ada mitologi lain yang nyaris selalu digambarkan sebagai dewa oleh masyarakat tradisional di Minangkabau, semisalnya, Kuda Emas, Naga, Ular Besar, Raja Babi, Raja Tapir, Buaya Putih, dan lainnya. Tentu saja nama-nama tersebut tidak tersohor secara luas menjadi mitologi Minangkabau, tetapi cukup dikenal di masyarakat tradisional. Beberapa orang mengatakan itu hanya sebuah simbol untuk sesuatu hal yang disembunyikan oleh leluhur, sebagian lain tetap memercayai hanyalah mitos belaka.
Mitologi merupakan mitos-mitos kuno secara umum yang terdapat di suatu masyarakat, budaya tertentu sebagai mitos. Selain itu, dalam mitologi juga diartikan sebagai ilmu mengenai mitos. Setiap negara mempunyai mitologi masing-masing, meski sebagian juga memiliki kesamaan, seperti; mitologi naga, ikan, dan binatang-binatang lainnya. Tak ayal beberapa peneliti juga sering berangkat dari sebuah mitologi untuk mencari tau seberapa lama peradaban suatu daerah. Di dunia, para peneliti memercayai peradaban tertua itu ada di wilayah Mesopotamia, lengkap dengan mitologi dan peninggalan kepercayaannya. Bukti peradaban tertua di dunia dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan budaya dan artefak-artefak yang tersisa, seperti peradaban bangsa Sumeria yang awalnya dianggap sebagai peradaban tertua di wilayah Mesopotamia dengan usia 4000 SM, sekarang mereka hidup di wilayah yang disebut Irak modern. Peradaban Mesopotamia kemudian dikenal sebagai Babilonia, Sumeria dan Asyur.
Mitologi Dewa Babi di Sumatra Barat (Minangkabau)
Ke selatannya lagi, Pesisir Selatan, disebut juga sebagai daerah “rantau” di Minangkabau, Dewa Babi dipercayai oleh masyarakat tradisional sebagai jelmaan atau siluman yang diwaktu tertentu bisa berubah bentuk menjadi manusia. Peladang di Pesisir Selatan tak heran lagi dengan cerita ini, bagi masyarakat umum, mungkin ini terdengar mitos belaka, tetapi para penutur cerita dewa babi memanglah benar-benar pernah bertemu dengan babi besar itu. Babi dengan ukuran sebesar jawi jantan dewasa itu bukanlah hisapan jempol belaka. Ada klasifikasi jenis dewa babi yang berkembang di kalangan masyarakat di Pesisir Selatan. Bila di kelompok berburu babi diperkirakan sebesar rusa dewasa dan setinggi 1.8 meter. Nyaris setinggi orang dewasa. Dan punggung sang babi dapat terlihat jelas saat berlari di padang ilalang lebat. Begitu para pemburu babi kerap bercerita kalau sudah “gagal kejaran” (babi lepas atau babi tak mati).
Sedangkan dikalangan peladang, dewa babi dianggap sebagai sesuatu yang gaib. Kerap ditemui diwaktu tertentu, misalnya menjelang magrib atau subuh. Ia sering muncul di jam-jam peladang pulang atau pergi. Biasanya kemunculan babi tersebut sebagaimana mendekatnya seekor anjing meminta makanan. Dewa babi juga demikian. Namun ukuran tubuh yang tidak wajar jelas membuat peladang takut, tak heran bila akhirnya peladang berdiam lama di atas sebuah pohon demi menghindari amukan. Kalau itu menjelang petang, maka sial tak tertolong, tapi jika itu subuh, maka naas yang sepintas lalu saja. Dewa babi dipercaya tidak bisa terkena matahari menjelang naik (kurun waktu sejak terbit sampai turunnya matahari: pukul 07-12). Apabila terkena matahari, ia akan berubah menjadi setengah manusia. Aneh memang.
- Tim Kenal Adat: Progress Awal dalam Mengimplementasikan Project Sociopreneurship Innovillage 2024 di Perkampungan Adat Sijunjung - 14 Desember 2024
- Cakap Pilem: Vedaa, 2024 | Kasta Dalit dan Potret Kehidupan Nyata Perempuan India – Arif P. Putra - 7 November 2024
- Cakap Film: Raayan – Kemelut Persaudara dan Peghianatan - 18 September 2024
Discussion about this post