Sekolah merupakan hal yang umum bagi sebagian masyarakat luas, peminatan masyarakat terhadap pendidikan mulai tinggi semenjak meningkatnya pembangunan di sektor-sektor industri maupun informatika. Di tengah Pandemi, dunia pendidikan sedang mengalami krisis berkepanjangan terkait alih fungsi pendidikan online dengan offline.
Wahana yang ramah anak adalah sebutan bagi pembahasan yang satu ini, meskipun banyak kasus-kasus kekerasan yang masih berkutat pada dunia pendidikan yang belum juga terpecahkan seperti kasus bullying yang sering terjadi. Asumsi-asumsi masyarakat mulai berdatangan mengaspirasikan bagaimana sih sebenarnya sekolah masa depan yang mereka damba?
Meskipun sebuah opini satu dengan yang lain berbeda, disini saya ingin membeberkan bagaimana sekolah masa depan yang mungkin dapat tercapai seiring dengan pembangunan bangsa. Menyikapi sikap dan perilaku minus pemuda era digital memang tak bisa disalahkan mereka kurang memahami yang namanya etika. Ditambah dengan kehidupan dunia maya dan tolak ukur trending adalah gaya hidup kebanyakan orang membuat mereka lupa dengan jati dirinya. Dalam masa Pandemi demam tiktok merajalela, munculnya berbagai pandangan sempit masyarakat dan meluasnya budaya yang tak seharusnya ada di hadapan kita. Sebagai masyarakat yang berbudaya, saya pribadi juga mendamba ketika suatu hari pintu-pintu sekolah terbuka, dan para murid sudah tidak sabar untuk belajar.
Sekolah berbasis agama adalah terpenting bagi saya, tak perduli itu sekolah negeri, swasta, madrasah, aliyah dan sebagainya. Melalui pendidikan religi manusia dapat membentuk karakter yang baik dari dalam dirinya. Banyak penyimpangan dalam dunia pendidikan dimana keilmuan hanya berdasar kepada materi pembelajaran umum, namun mereka melupakan bahwa ada lagi hal yang perlu diperhatikan yaitu memperbaiki kualitas pendidikan agama di dalam kurikulum pembelajaran.
Yang kedua adalah sekolah dengan konektor kebudayaan, merupakan wahana dimana para generasi muda dididik untuk menjadi sebagaimana mestinya, kebudayaan tidak hanya meliputi suku, bangsa, agama dan ras saja melainkan lebih dari itu adalah untuk menjaga martabat sebagai manusia dan sebagai seorang pembelajar yang baik adalah sekolah yang benar-benar transparan terhadap sanksi tegas pelanggar, bukan sekolah yang menutupi kesalahan peserta didiknya demi sebuah akreditasi.
Setelah berlangsungnya Pandemi yang melibatkan banyak pengaruh baik maupun buruk, harapannya di suatu hari taman pendidikan dapat menyisipkan sedikit daripadanya hal-hal yang sedang diminati para pemuda misalnya seperti trend tiktok untuk dipadukan kepada materi dan keilmuan dalam pendidikan yang lebih efektif.
Dan yang terakhir pastinya semua orang mendambakan sekolah yang modernitas, istilahnya mengikuti perkembangan zaman. Dimana wahana tersebut dapat menjadi tempat terbaik bagi para peserta didiknya dengan memberikan ekstrakurikuler yang eksis kepada kebudayaan, mempekerjakan pengajar yang terampil, ramah anak, berkompetisi dengan sehat dan terbuka terhadap segala bentuk aduan yang terjadi di dalam lingkungan sekolah, mendidik siswa-siswinya menjadi pribadi yang berlandas ilmu agama dan beretika, dengan begitu dapat kita lihat bagaimana bentuk pembangunan di bangsa ini dengan majunya sektor pendidikan, maka segala sektor pembangunan juga akan ikut menyertainya.
Aisy, Andi Sitti Rohadatul. “Generasi Muda dalam Kepemimpinan yang Berprestasi, Berbasis Budaya Lokal, dan Berwawasan Global, sebagai Modal Emas Pembangunan Bangsa.”
Sumber Referensi
Tentang Penulis
Inez Syawalytrie F. Aku seorang gadis darah Malang yang kini sedang mengeyam pendidikan di SMA kelas 10.
Usia ku 15 tahun dan aku adalah penikmat proses, prinsip yang selalu aku tanam dalam diri adalah berusaha menjadi seseorang yang ingin menikmati hasil dari kerja keras bukan keberuntungan.
Kunjungi aku di instagram : @syawal311_
Surel : [email protected]
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post