Rencana pemerintahan daerah Kabupaten Pesisir Selatan untuk melanjutkan kembali pembangunan Pelabuhan Panasahan yang telah terbengkalai dari 2017 memberi semacam harapan baru. Hal tersebut bisa sebagai perangsang tumbuh optimalnya berbagai sektor di kelautan, yang selama ini dibiarkan saja. Membiarkan pundi-pundi ekonomi yang tersedia di sektor laut, dimana Pesisir Selatan dengan garis pantai lebih dari 240 km tentu adalah semacam hal yang kurang bijak. Selain memaksimalkan fungsi laut, juga bisa sebagai penghemat uang negara untuk selalu memperbaiki jalan yang rusak. Salah satu penyebab rusaknya jalan karena dilewati oleh angkutan yang bebannya bertonase tinggi.
Berkaca pada masa lampau, Pesisir Selatan dengan Banda Sapuluah-nya merupakan daerah yang terkenal karena hasil alam. Daerah ini merupakan tempat yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa asing dalam berdagang. Banda Sapuluah merujuk pada Kamus Minangkabau merupakan perkampungan atau kota pelabuhan di daerah Pesisir bagian selatan pantai barat Minangkabau. Kesepuluh daerah tersebut adalah: Batang Kapeh, Taluak, Taratak, Surantiah, Ampiang Parak, Kambang, Lakitan, Palangai, Sungai Tunu, dan Punggasan.
Tempat-tempat tersebut menjadi penampung hasil alam daerah sekitarnya yang akan dijual kepeda para pedagang. Merujuk pada Penelitian Situs Benteng Portugis Pulau Cingkuk di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Balai Arkeolog Medan, 2002), disaat Belanda memonopoli perdagangan dengan organisasi dagangnya (VOC), barang yang didapat di sepuluh tempat tersebut dikumpulkan di Pulau Cingkuak. Diambilnya Pulau Cingkuk sebagai tempat penampung barang berkemungkinan terpengaruh oleh Portugis yang memilih tempat tersebut terlebih dahulu. Atau melindungi parkiran kapal-kapal mereka yang diamuk gelombang samudera yang tidak restu dengan cara berdagangnya. Selain hal tersebut, merupakan batu loncatan untuk mengerogoti kekuasaan Aceh yang masih kuat di Indrapura.
Terbentuknya bandar dagang yang berada disepuluh tempat tersebut dikarenakan oleh kekayaan alamnya yang melimpah. Hasil alamnya berupa rempah-rempah dan hasil tambangnya berupa emas, perak dan batubara sungguh merupakan magnet yang menarik pedagang luar. Bisa dipastikan mereka yang berdagang tempo dulu selanjutnya merebut hak-hak nenek moyang kita. Terkhusus barang tambang berupa emas dari Pesisir Selatan (terdapat di Salido) ada istilah “demam Salido”. Sebutan mereka yang mencari barang dagangan kalau belum menemukan hasil perut bumi Salido tersebut.
Meskipun hasil alam yang membuat nama Pesisir Selatan mendunia pada masa lampau, sekarang sudah tak seperti dahulu lagi. Namun banyak hal yang bisa di hidupkan lewat lautan. Itulah tugas dari cerdik pandai yang telah diberi amanat, mereka leader yang akan memberi solusi. Kelihatan jelas hal tersebut saat ini, aksi yang akan dimulai dengan memperkuat ekonomi dari basis laut jelas pengamalan dari maambiak contoh ka nan sudah, maliek tuah ka nan manang. Dahulu sewaktu Indonesia masih berupa kerajaan-kerajaan yang tersebar diseluruh nusantara, lancarnya perekonomian bergantung pada tiga hal. Pertama, penguasa yang dapat mengendalikan pergerakan barang dari pedalaman sampai pelabuhan. Kedua, produsen yang mengelola hasil pertanian, kehutanan dan pertambangan. Ketiga, pelaut kerajaan yang menjaga keamanan selama orang melakukan perniagaan.
Namun yang perlu diperhatikan pemerintah adalah suara hati masyarakat bederai. Pembangunan pelabuhan tentu perlu, tapi solusi pemenuhan kebutuhan hidup yang primer tentu tidak kalah penting. Membantu petani dalam masalah pertanian, nelayan dalam melaut, pedagang dalam berniaga adalah bagian itu. Jaminan kesehatan masyarakat, pendidikan gratis yang dijanjikan sampai bangku setingkat SMA adalah janji yang masih terngiang di pelupuk mata. Memang masing-masing kebijakan mempunyai sumber dana tersendiri. Tapi bagi dunsanak yang selama ini ditekan berbagai kebutuhan hidup alangkah lepas dahaga bila kesempitan tersebut dilapangkan terlebih dahulu. Selain hal tersebut, mungkin bisa sebagai sikap arif yang ditempuh pemimpin dalam menyikapi ada sebagian kelompok yang menunggu-nunggu kesalahan yang terjadi.
Pelabuahan panasahan bisa menjadi pondasi kokoh berjayanya pundi-pundi rupiah dari lautan, terkhusus di wilayah Pesisir Selatan. Mungkin nantinya bila bumi Allah ini masih keras akan menebar ke Dermaga Wisata di Daerah Kawasan Mandeh. Pelabuhan yang menghunjam pondasinya ke dasar lautan tidak hanya sebagai daerah untuk menebar jala menjaring rupiah. Negeri Sejuta Pesona benar-benar akan terwujud di Pesisir Selatan. Daratan rancak, lautan tacelak, masyarakat badunsanak. Baldatun thayyibatun warabbun ghafur.
Penulis, Irwandi. Alimnus Fakiltas Ilmu Budaya Arab IAIN Imam Bonjol Padang 2012. Domisili Pesisir Selatan, IV Jurai.
Discussion about this post