Adat istiadat serta sikap kultural masyarakat kuno dalam menyikapi suatu ekranisasi sebuah zaman ialah salah satu alasan daripadanya faktor penghambat kemajuan sistem sosial masyarakat. Dalam bangsa ini krisis-krisis segregasi tak banyak menjadi sorotan penting, namun pada dasarnya hal ini sangatlah jelas dapat mengubah pola pikir serta pandangan seseorang terhadap sesuatu hal.
Bagi penulis begitu miris menatap serta menyaksikan berbagai rasis-rasis menjelengar dalam seluruh aspek kehidupan luas. Padahal kita sendiri telah mengetahuinya bahwasanya negeri ini merupakan bangsa heterogen dimana semua asimilasi serta akulturasi perbedaan mau tidak mau mesti hidup dalam satu perlindungan Bhinneka Tunggal Ika. Pun hal ini hanya digunakan dalam konteks-konteks lateral, yang nyatanya tiada pernah berakhir, memanglah hal ini menjadi tantangan bagi sebuah bangsa seperti Indonesia ini untuk mempersilahkan para rasial serta diskriminatif berlaku semaunya.
Hal ini jelas saja terbukti dalam berbagai potret kasat mata dalam bumi Pertiwi, ditambah lagi dengan kemajuan ilmu teknologi serta informatika maka hal semacam diferensiasi dapat dilakukan oleh banyak personil dan akan semakin bertambah setiap harinya. Menurut data penelitian Pusat Pengembangan Sosial Masyarakat bahwasanya diskriminasi terhadap nilai-nilai kultur serta etika terjadi selama lebih dari 50x dalam satu kali embusan napas manusia normal. Miris sekali, kan? Bila harus melihat kenyataan seperti itu, asal kamu tahu bilamana saat ini diferensiasi bukan hanya terjadi terhadap kultur seperti kebudayaan, suku, ras, maupun latar belakang melainkan hal ini telah merambah hingga aspek asasi serta hak hidup manusia, kira-kira seperti apa?
Yah! Hal ini berlaku terhadap penyimpangan perlakuan masyarakat terhadap perempuan maupun makhluk lainnya, jangan jauh-jauh di negara koresponden seperti Indonesia sendiri saja telah banyak sekali hal semacam itu, yang pada dasarnya hal ini dapat ditekan serta dilawan dengan pemikiran masyarakat yang semakin terbuka terhadap perubahan. Namun ngga sedikit juga kok hal ini masih berlanjut di suatu daerah di Indonesia ini.
Berbicara soal diskriminasi, jika saat ini kata tersebut telah berubah aliansi, jadi pada masa atau era serba canggih dan instan hal ini bisa disalahgunakan dalam keterlibatan dunia informasi, banyaknya berita hoax maupun kabar-kabar yang meresahkan telah meliputi dasar daripadanya sebuah disimilasi.
Jadi jika Anda berkata soal diskriminasi dalam bumi Pertiwi, maka kenyataan tersebut agaknya telah menjadi dampak dari semua persoalan yang ada, pengaruh ini mengakibatkan sumber permasalahan dan perpecahan didalam sistem bernegara. Kusebut ini diferensiasi sosial, sudahlah kamu melihat dampaknya dalam perkembangan era? Entahlah! Sampai kapan hal tersebut kan terus menghantui progres pembangunan negara untuk maju dan berkembang.
Mau bagaimanapun juga hal ini harus dikembalikan kepada masyarakat sendiri dalam menyikapi seluruh pori-pori problematik dalam kehidupan, sudah seharusnya sebagai anggota masyarakat dalam negara seheterogen ini untuk bisa membina hubungan baik dengan semua aspek dalam masyarakat, sebab ditangan kitalah bagaimana baiknya kita mengemban teori sebagai seorang ‘pemuda berintegritas’.
Sebab-sebab utama timbulnya perasaan pengucilan maupun pemisahan ini akibat adanya sifat otoriter serta tertutup sehingga sebuah perasaan tidak suka terhadap kepunyaan orang lain membuat suatu hubungan akan menjadi pertikaian publik apalagi dalam kondisi sekarang dimana segalanya serba viral dan manusia sangat rentan terprovokasi. Maka dari itu mulailah dari sikap untuk meninggalkan segalanya yang akan membuat kita pun menjadi terhasut, mulailah bersikap dewasa dalam menyikapi segala tindakan rasial, sebab dari kitalah kemajuan era akan sangat bergantung, berkecimpung, serta berkesinambung.
Malang, 20 Maret 2021
17.12
Penulis, Inez Syawalytrie F Berusia 15 tahun, berdomisili di Malang dan duduk di bangku SMP, Penulis dari 3 buku solo dan beberapa buku antologi nasional lainnya. “Selagi masih ada waktu, menulislah, ungkapkanlah dengan gila” Email : [email protected] Akun instagram : @syawal311_
— Opini, Inez Syawalytrie F
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post