Pulau Cingkuek yang berada di Negeri Salido Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Pulau yang dikenal tempat bercokolnya bangsa-bangsa Eropa, di Pesisir Barat Minangkabau. Ketika itu Salido bernama Bungo Pasang yang duduk seorang raja yang bernama Rajo Pasisie, sedangkan di Kerajaan Kualo Bungo Pasang yang berhadap-hadapan langsung dengan Pulau Cingkuek Rajanya bernama Rajo Bandaro. Sedangkan dimasa itu, sebelum muncul Koto XI Tarusan. Tarusan dikenal dengan sebuah kerajaan yang bernama Taluek Sinyalai Tambang Papan dengan raja bernama Rajo Nan Sati kemudian arah Tenggara Koto XI Tarusan ada juga sebuah kerajaan yang bernama Kualo aie Batu berkedudukan di Kualo Sungai Nyalo yang nama Raja Tuangku Rajo Basa dikenal dengan nama Rajo Bujang, sedangkan di Kualo Banda Mua yang berada tepat di Negeri Mandeh sekarang disebut dengan rajanya Tuangku Rajo Mudo yang juga berdiam di Kualo Aie Batu.
Pada di masa itu koto XI Tarusan terdiri dari beberapa nagari, yaitu : Taratak, Sungai Tanuak, Koto Pulai, Sawah Karambie, Sungai Lundang, Sungai Tawa, Sungai Pinang Lamo (Taluek Kualo Aie Batu) Carocok Tambang Papan, Sungai Nyalo, Dusun, Taluek Puyu dan Banda Mua.
Kemudian kerajaan yang bersebelahan dengan Kerajaan Bungo Pasang yang bernama kerajaan Pinang Awan dengan gelar Raja Dipatuan Putiah. Dipatuan Putiah kemudian mendudukan seorang adindanya untuk menjadi Raja di Pulau Cingkuek, bernama Pulau Mundam Sati yang tinggal bersama istrinya barnama Puti Rambun Jani.
Raja Pulau Mundam Sati ini bernama Raja Dipatuan Hitam, yang memimpin seluruh nelayan menanti semua saudagar dan anak dagang yang singgah dengan bertukar barang di sana. Di masa perkawinan, Raja Dipatuan Hitam diberi sebuah Mundam (tempat air) oleh Raja Sungai Pagu sebagai buah tangan dan pemberian terhadap istrinya Puti Rimbun Jani yang terus mengambil air minum ke daratan Kualo Bungo Pasang untuk persedian air minum di Pulau Mundam Sati. Sedangkan Puti Ambun Jani adalah kemenakan oleh Raja Talue Sinyalai Tambang Papan Rajo Nan Sati dan juga adinda oleh Raja Kualo Sungai Nyalo Tuangku Rajo Mudo yang berkedudukan di Bandar Muar. Sang Puti ini dikenal di kampung halamannya Kualo Aie Batu (Sungai Pinang Lamo), Sungai Nyalo, Bandar Muar serta Taluek Sinyalai Tambang Papan dengan nama Poyang Rani Ambun Pingai dengan panggilan Rani Intan. Sedangkan sebelum Raja Dipatuan Hitam ke Pulau Cingkuek, ia telah memperistri sepupu dari Puti Rimbun Jani yang bernama Puti Rambun Jali Anak Raja Sungai Nyalo Di Patuan Basa.
Sang permaisuri Puti Rimbun Jali ini difitnah oleh Manti Simarajo Erah yang telah menolak pinangnya ketika di Kerajaan Sungai Nyalo. Dendam kesumat membuat sang Manti Simarajo Erah mensiarkan kabar di Pulau Simundam Sati ketika sang Puti Rimbun Jali pulang kampung halaman, bertemu dengan orang tuanya Rajo Dipatuan Basa. Fitnah yang disebarkan itu dengan kata berbuat yang tidak-tidak (perbuatan yang tidak senonoh) dengan seorang pembesar kerajaan Sungai Nyalo bernama Magek Naniang, sahabat sang puti ketika kecil. Padahal sebelum keberangkatan sang puti Kerajaan Sungai Nyalo, Puti Rimbun Jali sedang mengarang (hamil 1 Bulan). Fitnah yang dilancarkan oleh Manti Simarajo Erah itu berhasil di Pulau Sibinuang Sati. membuat seluruh warga desak-desus membicarakan tentang Puti Rimbun Jali.
Pembicaraan itu sampai kepada Hulubalang raja yang bernama Cigak. Hulubalang Cigak pun berusaha meredam masyarakat supaya tidak membicarakan hal-hal yang tidak baik itu kepada Puti Rimbun Jali. Incaran fitnah itu terus dilakukan oleh Manti Simarajo Erah yang bertempat tinggal di Kualo Bungo Pasang. Fitnah pun disebar luaskan di Kualo Bungo Pasang, menjadi buah bibir manyarakat. Sehingga sampai ke telinga Raja Dipatuan Hitam yang pergi berjalan-jalan di tepi pantai dengan Putri Rimbun Jani permaisurinya yang kedua. Mendengar perkataan manyarakat itu membuat hati Raja Dipatuan Hitam panas, lantas marah kepada Hulubalang yang tidak memberitahu berita yang telah menjadi buah bibir masyarakat Pulau Mundam Sati dan Kualo Bungo Pasang.
Berkata Raja Dipatuan Hitam “Dubalang cepat kau jemput Puti Rimbun Jali Kerajaan Sungai Nyalo. kemudian dijawab oleh dubalang Cigak “baik Tungku”.
Dubalang Cigak pun belayar menjemput Puti Rimbun Jali, dan kemudian Puti Rimbun Jali segera berangkat dengan bertanya kepada Dubalang Cigak, “kenapa baginda tergesa-gesa menjemput daku, adakah salah kaki ini menarung, ataukah ada berita duka dari kerajaan tetangga? Dubalang Cigak tidak menjawab hanya diam dan membisu.
Setelah itu, Puti Rimbun Jali sampai di Pulau Mundam Sati dan berjalan menuju istana, masuk ke dalam lamin kelambu kamar peristirahatan raja. Puti Rimbun Jali kemudian berkata kepada Raja Dipatuan Hitam.
“Duhai Baginda, junjunganku, apa yang terjadi? Begitu tergesa-gesanya engkau menjemputku ke Sungai Nyalo?” Baginda memalingkan badan, dengan berkata.
“Sekarang cepat kumpulkan pakaianmu dan bersegeralah kembali ke kerajaan Sungai Nyalo”.
Mendengar ucapan dari baginda Raja Dipatuan Hitam, Puti Rimbun Jali terkejut, terdiam membisu. Kemudian raja Dipertuan kembali berkata, ”cepatlah berkemas! Dubalang telah menunggumu di halaman”. Puti Rimbun Jali pun mengumpulkan pakaiannya dengan mata berlinang-, satu demi satu air mata Puti berjatuhan, atas tindakan Raja Dipatuan Hitam yang berkata kasar dan tidak mau bicara kepadanya. Kemudian Puti Rimbun Jali segera turun jenjang Istana.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post