
Tari Rantak merupakan tarian tradisional Indonesia yang berasal dari daerah Minangkabau (Sumatra Barat) yang ditampilkan oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang pada tanggal 2 Maret 2020 yang di posting oleh akun Youtube Bambang hrdyt. Pertunjukan Tari Rantak ini memiliki gerakan yang sangat dinamis, dan gerakannya juga terinspirasi dari gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang mengedepankan dan menegaskan ketajaman gerakan si penari. Acara ini diselenggarakan oleh Gusmiati Suid Institut Seni Indonesia, Di Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam.
Pertunjukan Tari Rantak yang ditampilkan oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang berdurasi kurang lebih 04.30 detik dengan jumlah pemain sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 pemusik dan 12 penari. Dalam pertunjukannya, Tari Rantak menampilkan hentakan kaki yang tegas, sesuai dengan namanya rantak yang berarti “menghentak,” serta gerakan tangan dan tubuh yang lincah mencerminkan kelincahan dalam silat. Beberapa gerakannya menyerupai jurus silat, seperti tendangan, sapuan, dan tangkisan. Tarian ini biasanya ditampilkan secara berkelompok, baik oleh penari laki-laki maupun perempuan, dengan formasi yang berubah-ubah menciptakan pola dinamis di atas panggung. Iringan musiknya menggunakan alat musik tradisional seperti talempong, gendang, dan saluang, dengan ritme cepat dan berulang yang memperkuat kesan enerjik dalam tarian. Kostum yang digunakan mencerminkan budaya Minangkabau, seperti baju kurung atau celana panjang dengan kain sarung, dengan warna-warna cerah yang menunjukkan semangat dan kekuatan. Tari Rantak sering dipentaskan dalam acara adat, pertunjukan seni, atau festival budaya sebagai simbol ketangkasan dan energi khas Minangkabau.
Penyajian Tari Rantak oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang ini dengan bentuk musik tradisi, komposisi gerakan terbagi dari beberapa bagian yang memiliki gerakan yang berulang-ulang. Tari Rantak dahulu memiliki tujuan sebagai bagian dari latihan bela diri silat di Minangkabau. Gerakan dalam tarian ini berasal dari teknik silat yang digunakan untuk melatih ketangkasan, kekuatan, dan kesiapan dalam pertarungan. Selain itu, tarian ini juga berfungsi sebagai bentuk ekspresi budaya dan sarana hiburan di lingkungan masyarakat.
Dulu, Tari Rantak sering dipertunjukkan dalam acara adat, seperti perayaan panen, penyambutan tamu kehormatan, serta upacara tradisional lainnya. Tarian ini juga memiliki makna filosofis, yaitu menggambarkan semangat juang, kekompakan, dan ketangguhan masyarakat Minangkabau. Seiring waktu, Tari Rantak berkembang menjadi seni pertunjukan yang lebih luas, tidak hanya sebagai bagian dari latihan silat tetapi juga sebagai warisan budaya yang terus dilestarikan dalam berbagai festival dan acara seni.
Kesenian Tari Rantak dulunya, kesenian Tari Rantak sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, khususnya di ranah adat dan latihan bela diri. Tarian ini sering ditampilkan di surau-surau, yang dahulu berfungsi sebagai pusat pendidikan dan latihan silat bagi para pemuda Minang. Dalam konteks ini, Tari Rantak tidak sekadar sebagai hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai metode pelatihan fisik dan mental bagi mereka yang belajar silat.
Selain itu, Tari Rantak juga berperan dalam berbagai acara adat dan sosial, seperti perayaan panen, penyambutan tamu kehormatan, serta upacara tradisional lainnya. Dalam konteks ini, tarian tersebut menjadi simbol semangat juang, persatuan, dan ketangguhan masyarakat Minangkabau. Seiring perkembangan zaman, fungsi Tari Rantak mengalami pergeseran dari sekadar latihan silat dan ritual adat menjadi seni pertunjukan yang lebih luas, dipentaskan dalam festival budaya dan acara kesenian sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya Minang.
Pertunjukan kesenian Tari Rantak oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang ini pada tahap pertama, pemusik tidak memerhatikan dinamika suara, sehingga ketika mulai pertunjukan pada bagian musik awal dimulainya pertunjukan pemusik menggunakan dinamika musik yang langsung keras. Alangkah baiknya dinamika suara dari sedang kemudian lembut harus digunakan dalam sebuah pertunjukan, agar iramanya sesuai dengan musik berikutnya, begitu juga dengan pola lantainya, sebaiknya jangan begitu monoton. Banyak pola lantai lain yang bisa digunakan untuk pertunjukan Tari Rantak.
Penulis, Ayunda Shalsabila, alamat Bireun, Aceh. Mahasiswa Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, S1 Pendidikan Seni Pertunjukan. [email protected]
Discussion about this post