Pada Masa Raja Bagindo Sati menjadi Raja di Koto Marapak, pada waktu itu pula Tuangku Malin Sirah dan Imam Abdullah yang menurun ke Hulu Bayang (Sentral Keislaman Baruah Alam Minangkabau) melalui Solok Salayo Kubuang Tigo Baleh mehiliri hulu Sungai Bayang menepat di Bayang Janiah, terus ke Bayang Pulut-pulut, belayar ke Lawik Nan Sadidih Alam Pulau Paco, menempuh Pasia Nan Gumelang. Keluar Di Solok Bonta, terus Ke Talang Gadang memudiki Pasar Kambang.
Sebagai mana perjalanan Tuangku Malin Sirah dan Imam Abdullah ke Kambang hendak Menjadi Rajo Syarak di Nagari Kambang, penyebar Islam (Suluah dalam Nagari) menetapkan hukum-hukum berdasarkan hukum Islam di Pusek Jalo Banda Nan Sapaluah pada masa itu, penobatan dikala itu di minta di Talang Gadang. Maka diminta oleh Tuangku Malin Sirah dan imam Abdullah kepada Kampai Nan Barampek berserta Ikek Nan Ampek datang ke Talang Gadang untuk menghadiri nobat yang akan dilakukan oleh Tuangku Malin Sirah. Mengingat hal demikian, maka Kampai Nan Ampek beserta Ikek Nan Ampek datang ke Talang Gadang. Setelah Kampai Nan Ampek dan Ikek Nan Ampek hadir, lalu diperiksa persyaratan Adat Batagak Rajo Syarak, maka kedapatan persyaatan Adat Batagak Rajo Syarak (Mangkuto, dan baju kebesaran) tidak ada untuk di nobatkan. Diwaktu itulah seluruh Kampai Nan Ampek dan ikek Nan ampek menolak dan tidak menerima untuk acara penobatan di lakukan pada saat itu.
Di saat itu bermufakat kampai Nan Ampek dan Ikek Nan Ampek, “bulek lah sagolek, kato lah sabuah”, dikatakan kepada Tuangku Malin Sirah dan imam Abdullah “ kalau hendak menjadi Raja Syarak carilah atau adakanlah alat kebesaran Raja supaya boleh kami sahkan, dilelokan dalam nagari Banda Nan sapuluah.
Mendengar perkataan dari Kampai Nan Ampek dan Ikek Nan Ampek Tuangku Malin Sirah dan Imam Abdullah berumbuk berdua dan memutuskan untuk kembali ke Alam Surambi Sungai Pagu. Akan menghadap Yang Dipatuan Sungai Pagu. Memohon supaya diberi alat kebesaran raja-raja.
Disaat itu, setelah putus permufakatan maka berangkatlah Tuangku Malin Sirah dan Imam Abdullah ke Sungai Pagu. Sesampai di Sungai Pagu, langsung menghadap Daulat Yang Dipatuan Sungai Pagu, menghaturkan sembah menyampaikan tujuan dan maksud meminta kebesaran Raja Sungai Pagu, untuk penobatan di Talang gadang. Mendengar permohonan dan permintaan Tuangku Malin Sirah dan Imam Abdullah, Daulat Yang Dipatuan Sungai Pagu menjawab dan menjelaskan bahwa alat kebesaran raja-raja Sungai Pagu sudah habis, tak ada lagi yang untuk diberikan. Kemudian Raja Sungai Pagu terdiam sebentar dan berpikir, lalu berkata pada Tuangku Malin Sirah; kalau Tuangku mau kebesaran juga datanglah ke Aceh meminta kebesaran kepada Daulat Yang Dipatuan Aceh karena raja Aceh itu adalah saudara kita juga, sedangkan kebesaran Raja-raja yang ada dibawa semua ke Aceh, karena dia adalah saudara kita yang tertua dari kita di Sungai Pagu. Oleh Daulat Yang Dipatuan Sungai Pagu diberi Tando Mato beserta surat sepucuk untuk menuju Negeri Aceh Darussalam.
- Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 11 Februari 2024
- Kembalinya Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana - 21 Januari 2024
- Seri Punago Rimbun: Datuk Parapatiah Nan Sabatang Tokoh Besar Minangkabau dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 14 Januari 2024
Discussion about this post