Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Sastra

Puisi-puisi Ilhamdi Putra | Lemang Berlua

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
1 Mei 2021
in Sastra
3.8k 199
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Mengkal Kalang

Usah kau tanyakan seberapa jauh aku berjalan
bagaimana kutinggalkan pekarangan bersemak sirih
harum lengkuas tumbuh kisut bermiang lebat.

Kuangkut sansai yang tak pernah kau dengar
menjadi seorang hilang lagi terbuang, asing pada tubuh sendiri
membawa gelambir kulit pada hari-hari siam penanggalan ganjil,
aku tahu, sesungguhnya kelaliman bersarang dalam doa panjang
tapi katakanlah pada seluk mana pengaminanmu tersesat.

Dan usah kau tanyakan lagi seberapa hitam liang mataku
seberapa putih telapak kaki menjauhi kilas hari lalu
sebab kutuk namamu tinggal biru empedu, pahit melulu.

2021

Lemang Berlua
kepada Janet DeNeefe

Kalau aku tuturkan tentang ketan ditanak dalam ruas talang, Ibu
tidak akan sampai-sampai lidahku menjangkau langi-langit mulut
sebab gelintin sekalian legitnya membuat lidah senantiasa menggeliat.

Kami sisipkan sehelai pucuk daun pisang ke dalam buluh
ketan ditanak bersama pati santan mendidih, yang pekatnya
aih, gincu pada bibir perempuan teluk bakal bias dibuatnya!

Dan lua di tengahnya terbuat dari kelapa dimatangkan usia
daging kelapa diserut kukur tangan itu kami siram gula lawang.

Lemang berlua kami hidangkan, kami jadikan hantaran
ketika pinangan dianjung, atau setiap hari baik bulan baik.

Kalau serta aku tuturkan lengan gesit amai-amai melemang
lelaki mana yang tidak jatuh hati pada perempuan kaum kami
asin tangannya bertuah, yang membuat makanannya menjadi.

2020

Pawai

Kota dengan pawai kematian sepanjang jalan
orang-orang mengubur sebagian badan sebelum mereka dilahirkan
dan kita terpaksa memilih, ajal yang bersarang pada desah terakhir
atau yang sengaja terbentur ke lingkar pinggang.

Di rumah sehabis penurunan tajam dengan jalur menikung selipatan usus itu
aku kira maut adalah satin hitam penutup ubun

takdir adalah detik yang pergi sebelum kata berangkat batal diputuskan.

Dan gema pengeras suara itu kian membangun kebencian
hasrat kota untuk terus menjadikan kita sekafir puisi.

Pawai yang dipenuhi badan selanyak daging mengkudu jatuh menampuk
takdir sengaja dibiarkan datang dari tidur dengan mimpi buruk.

2021

Kepada Arlin

Di sini tadi gerimis
dan kita bertukar kabar
kau, atau mungkin aku
di kejauhan yang tak sebentar.

Pejamkan saja mata, di luar dedaun basah dipukul cuaca
tapi di kedalaman ini yang tertinggal hanya kerontang.

Mungkin kita akan segera paham
pada suatu yang pernah mendesak ke ambang pintu
di mana kau, atau mungkin aku, pernah berkata:

“kesementaraan hanya kabung lindur”.

Di sini tadi hujan tanggung
dan kita saling berhitung.

Sedang sisa debu kilometer masih berjaga
dan angin dari selat kembali menyela

kau, atau mungkin aku
menghirup bau basah dari jendela.

Tapi seseorang yang lekas menjadi kita
akan berigau di balik selimutnya

“jarak hanya kabung lindur, sebentar bakal pudur”.

2021


Ilhamdi Putra lahir di Padang, Sumatera Barat. Bergiat di ruang riset sastra dan humaniora Lab. Pauh 9. Tulisannya disiarkan media cetak dan elektronik, serta terhimpun dalam beberapa antologi bersama. Menghadiri beberapa pertemuan kesusastraan, salah satunya Ubud Writers and Readers Festival 2019 (Ubud, Bali) sebagai Emerging Writers. Temui saya di FB: Ilhamdi Putra
Email : [email protected]


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
  • Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Tags: BudayaCerpenPelesiranpuisiPunago RimbunSastra

Related Posts

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Oleh Redaksi Marewai
16 September 2023

sedikit sepasang muda-mudiberdua dalam remangdi atas jam sembilanbulan bintang berpilinmeremas cemas aku, bapaknyayang telah meninggal duniamelihat dari jauhdari akar...

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Oleh Redaksi Marewai
9 September 2023

Patung Tuanku Rao yang menjulang setinggi mobil ALS itu sudah berdiri bahkan sebelum pertigaan itu ramai macam sekarang. Jika...

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Oleh Redaksi Marewai
8 September 2023

MENUTUP JENDELA "ash-sholaatu was-salaamu ‘alaikyaa imaamal mujaahidiin"langkah suara tarhim seorang muadzinterseret panjangdari surau ke jalanan yang mulai lengang.teriak emak...

Puisi-puisi Burhanuddin Jamal | Tik Tok

Oleh Redaksi Marewai
3 September 2023

TIK TOK Tik tik bernyanyi tokTok tok bernyanyi tikTik dan tok bisa jadiGoyang goyang di balik androidNikmat pinggul di...

Next Post
Cerpen Topik Ismanto | Ilusi Bahagia

Cerpen Topik Ismanto | Ilusi Bahagia

Robohnya “Monumen Lope” Painan

Robohnya "Monumen Lope" Painan

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In