Seiring berjalan. Suatu perkembangan zaman dari kurun ke kurun perjalanan masa lampau suatu perjuangan hidup masyarakat Persisir Barat Minangkabau. Yang dipengaruhi oleh suatu peradaban yang penuh ambisi yang saling membutuhkan, di persisir yang panjang terbentang dari Tiku Pariaman sampai kepada unjung daerah Taratak Air Hitam (Muko-muko) yang penuh geliat pada zamanya. Memasarkan hasil buminya dengan daerah-daerah sekitar dan sampai kepada Negeri Alang (Malaysia barat), Koto Malabari (Negeri Vietnam) Sinjiang Tajun (negeri dekat Sungai Cina), Tanah Basa (Mekah) dan Negeri Eropa. Abad 15 M berdatangan seluruh Bangsa-bangsa untuk menjalin hubungan dagang di daerah sepanjang Persisir Barat Minangkabau. Kedatangan Bangsa Portugal, Inggris, dan Belanda. Menurut Kaba Tareh Batang dan Tambo Bongka Nan Piawai (Salinan Alm. Emral Djamal Dt Rajo Mudo), pada masa itu Raja Pariaman Secara turun temurun mewarisi gelar Raja Tua, sebaliknya raja-raja Kualo Banda Mua mewarisi Gelar Raja Muda. Bahwa di negeri ini, mahkota dan gelar kebesaran diwariskan pada kamanakan. Disebutkan, bahwa Raja Tua menikah dengan seorang, putri ” di Kualo Banda Mua (Rantau Mudiak Minangkabau)”, yang sejak itu telah bernama “Tiku” lahirlah Magek Ri’yatsyah dan Puti Ameh Manah. Sebaliknya Raja Muda menikah dengan adik dari Raja Tua, dan lahirlah Reno Sudah, Reno Puti, Reno Bulan, adik yang sulung menikah dengan Dt Tumangguang (Tuangku Nangkodoh Basa) dari “Pariangan” dan lahirlah tujuh orang Putra putri, masing-masingnya: 1. Dt Nangkodoh Rajo, 2. Puti Ameh Urai, 3. Dt Mangkudum Sati, 4 Puti Ganto Sari, 5. Dt Rajo Intan (Khatib Intan) 6. Puti Abun Sari, 7. Puti Ganto Pomai.
Puti Ganto Pomai menikah dengan Magek Ria’yatsyah, maka lahirlah “Anggun Nan Tongga” sedangkan Dt. Nangkodo Rajo menikah dengan Puti Ameh Manah melahirkan Puti Gondan Gandoriah, sedangkan Dt. Mangkudum Sati lahirlah Puti Reno Laut,(Kaco Batuang, Andam Sutan?), dalam perkawinannya dengan Puti Camin Talayang Reno-tuah, dari Negeri Kuala Ampiang Sutera (Ampiang Parak Kecamatan Sutera Persisir Selatan, di Teluak Karando kaco (Sikabu Ampiang Parak). Di ceritankan oleh Kaba Tareh bahwa yang menjadi musuh Anggun nan Tongga, adalah Raja Badurai Putiah, dari Negeri Taluak Sinyalai Tabang Papan (Negari Ampang Pulai Tarusan), di Kualo Sungai Nyalo (Negari Sungai Nyalo Tarusan), di Carocok Gaduang Intan (carocok Tarusan sekarang).
Pertempuran Anggun Nan Tongga “dengan Raja Badurai Putiah” menyebabkan larinya Raja Budurai dari Taluak Sinyalai Tabang Papan, lari ke tempat kakaknya Raja Badurai Basa, negeri Koto Malabari.
Dikisahkan, bahwa Anggun telah dapat merebut paman/ibu-ibunya dari tawanan. Kemudian dia berjumpa Puti Reno Laut di Paga Batu Basi, dalam Nageri Kualo Ampiang Suto, di Taluak Karando Kaco, ia kawin dengan Puti Reno Laut dan lahirlah Magek Manduga Ombak. Sampai di Tiku, Anggun tidak berjumpa dengan Gondan Gandoriah. Gondan telah lari ke Gunung Ledang. Kelak anggun setelah berjumpa Gondan, tak dapet di kawini karena ke duanya “sa-pasusuan”.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post