Deburan ombak Pesisir Selatan, menyimpan sebuah pelabuhan Samudrapura yang hening dalam “Kungkuang Parangkok” percaturan politik dan zaman. Negeri yang menyimpan Misteri sejarah Daulah-daulah kebesaran di Pesisir Barat Minangkabau. Dalam Tambo/Ranji Kesultanan Indrapura salinan Alm. Emral Djamal Dt. Rajo Mudo. Sebelah Utara berbatasan dengan Sikilang Air Bangis, sebelah Selatan berbatasan dengan Taratak Air Hitam sampai Ketaun Urai, sebelah Timur, Durian Ditakuak Rajo, Pangkalan Jambu Jambi, di daerah Bandar Nan Sapuluah dan Rajo Tiga Kedudukan: Salido Painan, Bayang Pulut-Pulut dan Tarusan. Sebelah Barat, laut samudra pesisir nan panjang. Kerajaan Islam, tertua, setidak-tidaknya sama tuanya dengan ketuaan masuk dan berkembangnya agama Islam itu sendiri di samudera nusantara.
Negeri Indrapura, terletak di Selatan Kota Padang masuk dalam kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Persisir Selatan, Sumatera Barat. Yang telah mewarisi marwah dan kebesaran Raja-raja Sultan yang dulu terkenal dengan naunganya “kuduang karatan (Pertalian Sako), sapiah balahan (Pertalian Pusako), timbang pacahan (Pertalian Adat), dan kapak radai (Hamba Rakyat)” sampai kepada Berunai Darussalam, Negeri Sembilan, Serawak Malaysia, (Nusantara), terkusus Negeri Alam Minangkabau. Menerima “Warih Nan Bajawek Pusako Nan Batolong” di Kerajaan Indrapura Sebuah Payung Kuning. Payung kebesaran dari daulah-daulah Sultan Indrapura semenjak Sultan Muhyuldinsyah Daulat Jamalul Alam Sultan Sri Maharajo Dirajo, Muhammadsyah, sampai kepada negeri pertautan pada adat Katumangguangan dan Perpatiah Nan Sabatang (Pisang Sikalek-kalek Hitam) adat pegang pakai yang turun temurun dipakai, yang disebut adat pegang pakai Kesultanan Indrapura. Yang melambangkan sebuah Payung Gadang Kuniang penuh umbul-umbul dipinggirnya, payung kebesaran daulah-daulah Sultan sampai kepada pewarisnya Kaum Malayu Tinggi Kampuang Dalam Indrapura bergelar martabat seiring pertukaran zaman yang disimbolkan dengan Pucuk Adat Melayu Kampuang Dalam, Pucuk Negeri Indrapura, sebuah susunan pemerintah (adat) yang dikepalai oleh sultan atau raja.
Dibawahnya ada Pamangku Rajo, Perdana Mentri atau Mangkubumi, Para Penghulu Matri Nan Dua Puluh, di Indrapura Datuk-Datuk, Pamuncak-Pamuncak, Lareh-Lareh, Penghulu-Penghulu, dalam wilayahnya Kerajaaan Kesultanan Indrapura. Urang Tuo Adat (Candikio), Imam Khatib, Dukun Raja, Panglima Hulubalang-Hulubalang Panggaho-Panggaho, Si Pau-Pau, Pisuruah Istano, Panjago Gobah, Panjago Baliruangsari, Situkang Guguah Tabuah Larangan, Jurutulis Kerajaan Indrapura. Semunya ini dikepalai oleh sultan atau raja Indrapura, sebagai lambang kebesaranya.
Sebagai Warih Nan bajawek, Pusako nan batolong, Malayu Kampuang dalam yang sekarang diwarisi pemegang Pucuak Adat Malayu Kampuang Dalam Kerajaan Kesultanan Indrapura ialah Sutan Rusdal F, SH, Gelar Sultan Inayat Syah Daulat Yang Dipatuan Indrapura Nobat di Halaman Rumah Gadang di bawah kebesaran Payung Kuniang, Payung kebesaran kerajaan kesultan Indrapura, pedang, dan alat-alat kebesaran Kerajaan Indrapura. Sebagai mana payung besar atau Payung Gadang Kuniang (Kuning) Kerajaan Indrapura ini berwana kuniang emas dan berpunco di atas, lekukan lingkar dipinggirinya dipenuhi semua umbul-umbul di sekeliling.
Makna yang terdapat pada Payung Gadang Kuning ini, melambangkan ialah seorang Pemimpin/Raja di Indrapura sebagai Negeri Urat Tunggang di Minangkabau, sebagai mana kata-kata dalam Tambo Bongka Nan Piawai “Baurek Tunggang ka Indropuro, Bapucuak Bulek Ka Pagaruyuang”, yaitu seperti kata Nabi Muhammad SAW. Pada segala umatnya: man sada qaumahu, fid’dunia wal akhirah fahuwa sayyid. Artinya : barang siapa yang memerintah segala kaumnya dari dunia sampai akhirat, maka yaitu Penghulu (Raja/Sultan) namanya. Seperti Nabi kasih pada umatnya, itu penghulu pada syarak. Begitu halnya dengan Indrapura bewarnakan Islam yang disebut Raja Syarak di Indrapura.
Warna Kuning di Payung Gadang itu menandakan Raja di Indrapura jelas keturunannya, cerdas dan kepintarannya (piawai), jelas sanak keponakan dan hamba-hamba rakyatnya, ibarat petuah dalam adat Minangkabau “kuniang ameh tahan uji”. Begitu halnya dengan lingkaran dan punco di atas payung itu. Sebuah kata dan keputusan di Kerajaan Indrapura “biang tabuak rantiang putuih” di tangang raja/sultan yang menurun kepada Pamangku Raja menjalar ke Mangkubumi berserta umbul-umbul Manti Nan Duo Puluah yang akan dilaksanakan diperbuat oleh sanak kamanakan (rakyat) di Indrapura.
- Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 11 Februari 2024
- Kembalinya Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana - 21 Januari 2024
- Seri Punago Rimbun: Datuk Parapatiah Nan Sabatang Tokoh Besar Minangkabau dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 14 Januari 2024
Discussion about this post