Derah Rantau Pesisir Barat Alam Minangkabau, terbagi atas Tiga Rantau. Rantau Mudik terdiri dari Ulakan Pakandangan, Tiku Pariaman, Nagari Duobaleh Koto, Nagari V Koto, Tujuh jo Ampalu.
Rantau Tengah terdiri dari Nagari Padang, Nagari Tigo Lurah yakni Tanjung Saba Koto Di Hulu Pauhjanggi Pauh Limo dan Sembilan, Koto Tangah, Nanggalo Ujung Karang, Bungus, Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Air Manis Batu Bersurat.
Rantau Hilir (Baruah) terdiri dari Bayang-Pulut Pulut, Bayang Koto Barapak, Taratak, Tarusan, Lumpo, Salido, Painan, Batang Kapas, Surantih, Amping Parak, Kambang, Lakitan, Palangai, Punggasan, Air Haji, sampai ke Indrapura, Tapan dan Silaut.
Terkhusus di Rantau Baruah. Tidak kemungkinan Rantau Tengah dan Mudik, terdapat sebuah tradisi Limbago dalam adat kawin/nikah antara mempelai laki-laki dan perempuan. Sebuah acara yang sakral yang mengandung nilai-nilai yang sarat dengan makna.
Masyarakat Minangkabau yang terkenal oleh masyarakat ahli kias dan simbol-simbol sebuah acara dalam pernikahan anak kamanakan Minangkabau. yang disimbolkan dengan “Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek“ suatu simbol yang amat dalam maknanya.
Ketika seorang mempelai laki-laki sesudah menikahi seorang gadis di Pesisir Selatan (Rantau Baruah). Tidak dapat tidak, harus melakukan prosesi adat “Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek” suatu simbol dalam adat. Ketika sudah melakukan Ijab kabul seorang mempelai laki-laki akan dibawa ke dalam kamar penganti perempuan.
Seorang janang dari pihak perempuan, induak bako, bini mamak pengantin perempuan akan memberikan (Ma adok-Adokan Nasi Kunyik Apik Ayam), yang telah di persiapkan. Sedangkan seekor ayamnya ayam kampung kecil bujang tanggung. Terlebih sakralnya lagi dulu di pergunakan ayam hutan (ayam birugo) untuk acara resepsi “Nasi Adok-Adok Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek” oleh keluarga pengantin perempuan. Nasi kunyik (Nasi Kuning/Tupeng) ini. Terdiri dari beras ketan putih dikasih kunyit, dimasak dengan ssantan Sedang apik ayam (satu ekor ayam di bakar dan dibumbui), kemudian ayam bakar dihidangkan/ditarok di dalam piring besar ditelungkupkan, ditimbun oleh Nasi Kunyit (tupeng di daerah Jawa).
Janang perempuan akan menandai mana-mana bagian ayam di dalam Nasi Kunyit. Sesudah menandai Nasi Kunyit Apik Ayam, akan di bikin seindah rupa. Sehingga mempelai pria tidak akan bisa menebak bagian-bagian ayam bakar di dalam nasi kuning yang terletak di hidangan satu piring Nasi Kunyit Apik Ayam Babinjek.
Akan tetapi sebelum di berikan, Nasi Kunyit akan diputar dulu oleh seorang janang sebanyak tiga kali, baru diberikan (dihadapkan/dipersembahkan) kepada seorang mempelai pria yang duduk di lamin (kamar pengantin wanita) yang berjarak dengan pengantin wanita (berjahuan duduk). Nasi Kunyik Apik Ayam Babijek di berikan janang.
Oleh mempelai pria Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek. Akan di binjek (ditarik sedikit ke atas). Sedangkan seorang Janang. Memperhatikan di mana jejak “Bijek” tarikan (patukan tangan) mempelai pria. Kemudian Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek di bawa keluar. Ketika itulah keluarga pihak pengantin wanita antusias “Tanyo-tanyo-i” bertanya-tanya kepada seorang Janang. Saking sakralnya Nasi Kunyik Apik Ayam BABINJEK ini. Keluaga pihak perempuan akan bertanya kepada Janang. “Nama Nan di Patuak Binjeknyo” (bagian mana yang di patuak ditarinya).
Sedang menurut kepercayaan masyarakat Persisir Selatan (Rantau Baruah). Barang siapa mempelai megang Bagian Kepala. Hidupnya dalam berumah tangga akan sering basigigiah (berselisih) paham dengan orang rumah (Pengantin Perempuan). Begitu juga dalam rumah gadang terlalu ikut campur Meraja-i sebuah rumah yang diimbolkan haq mutlak di tangan Mamak Tunganai.
Sedangkan Bagian Kapak/Bagian Sayap. Dalam kehidupan berumah tangga. Akan “Menggunguang Mambaok Tabang” membawa pergi, merantaunya seorang pengantin wanita yang jauh dari sanak familinya di kampung. Atau bisa bercerai hidup.
Begitu hal dengan Bagian Kaki dan Paha, dalam kehidupan berumah tangga. Akan membawa turun pengantin perempuan dari rumah gadang. Tidak mau berbaur di atas rumah gadang pengen mendirikan rumah sendiri.
Yang terakhir suatu simbol yang di idam-idamkan pihak mempelai pria dan wanita Bagian Pinggang. Ini simbol yang amat di agung-agungkan. Apabila mempelai pria menarik bagian ini. Ia akan menjadi seorang sumando tahu diri, dan hidup semati dengan istri, sakit sama sakit, senang sama senang. Menjadi Sumando Niniak Mamak di rumah gadang. Penjalin hubungan dua belah pihak, antara dinasti kaum istri dan kaum pihak ibu (kaum dirinya) mempereratnya. “Bak Maelo Rambuik Dalam Tapuang, Rambuik Jan Sampai Putuih, Tapuang Jan Sampai Taserak”. Ukhuwah dalam hubungan silaturahmi tidak boleh putus.
Sedang dalam simbol Apik Ayam (Ayam Bakar) sangat mendasar sekali.sekali.Sebuah Sebuah Kaba Pusako MinangkabauBonsu Pinang Sibaribuik. Karya Emral Djamal Dt Rajo Mudo Alm. Penghulu Suku Tanjung Koto di Bayang. Tiga orang anak yang dibuang ke dalam rimbo ano (rimba raya) di kaki Gunung Selasih (Gunung Talang Sekarang). Tiga orang kakak beradik yang kelaparan. Menjuhuang (memanah) seekor ayam birugo (ayam hutan) kemudian di bakar dan dimakan adik beradik. Ketika ayam sedang dibakar, kakak yang bernama Rondok Dindin mencari air untuk minum. Sedang dua orang adik bernama Murai Batu dan Bonsu Pinang Sibaribuik “Unikan” menjaga ayam bakar itu. Ketika kakak yang tua sedang mencari air. Simurai Batu perutnya sudah keroncongan. Ayam yang dibakar langsung di makan tanpa menunggu kakak tua kembali. Ketika memakan bagian daging. Adik yang kecil menangis meminta makanan yang di makan Simurai Batu. Simurai Batu memberikan makanan, bagian pinggang dan kapak. Namun adik tetap menangis kelaparan, tidak puas makanan yang di berikan kakak Murai Batu. Dikasih lagi bagian kepala, si adik meliat ketakutan, meliat mata dan potok ayam.
Kembali kakak tua Rondok Dindin. Setelah menemukan air minum, ternyata ayam yang dibakar telah habis dimakan, oleh kedua adiknya, hanya tersisa bagian kepala. Di karenakan lapar, maka dimakan juga bagian kepala yang tersisa, oleh kakak tua. Tiga Beradik ini seiring berjalannya waktu, maka datang seorang kakek tua berpenampilan segala putih. Rambut putih, jangut putih, hingga baju pun putih menjulai sampai tumit. Adik yang bungsu ketakutan melihat kakek tua. Sedang riang-riang bermain dengan kakak berdua. kakak Murai Batu dan Rondok Ddindi ikut ketakutan.
Berkatalah kakek tua, tidak usah takut cucu, Kakek cuma mencari seokor ayam peliharan kakek yang sampai sekarang tidak pulang. Apakah cucu melihatnya?
Maka menyembahlah Rondok Dindi, ampun kami kekek. Ayam yang kekek cari itu telah kami juhuang (panah), dan di bakar. Ketika kami tadi lagi kelaparan. Dek Awih Taminum, Dek Lapa Tasama Beri maaf kami kakek. Kakek tua kaget alang kepalang, aduh… Cucuku ayam itu bukan sembarang ayam. Ayam yang bernama Si Buruang Nuri. Denai kasih nama “Kikkitot”, ikolah ayam birugo (ayam hutan), ayam sati lagi bertuah sejak dari lahir. Barang siapa yang memakanya, dapat ganjaran di dirinya. Barang siapa berjalan jauh, jalan menghadap ke matahari terbit. Langkah mati tiba akan dirinya. Sedangkan berjalan ke belakang menghadap matahari terbenam akan mendapat tiga perkara. Pertama, barang siapa yang makan dagingnya akan menjadi ampang limo raja kelaknya, dan yang Kedua, barang siapa memakan sayap dan pinggangnya itulah yang akan sensara hidupnya, besarnya akan menjadi Bintaro Rajo. Sedangkan yang ke Tiga, memakan kepalanya, itulah yang kelak akan menjadi raja.
Seluas dan sedalam makna apik ayam ayam bakar di daerah Persisir Selatan (Rantau Baruah) Minangkabau. Sedangkan Nasi Kunyik Apik AyamBabinjek ini, sudah diberikan telah nyatanya suatu tanda dari pihak wanita (pengantin wanita).
Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek, ketika pagi harinya akan diberikan kepada orang tua pihak mempelai laki-laki. Sebuah tanda baputiah hati (ketulusan hati/kejernihan hati) akan hal-hal yang kan terjadi dimasa yang akan datang. Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek. Akan dihantar dengan talam di bungkus kain Dalamak Makah (kain sulaman beludu). Perempuan tertua pihak wanita menghantarkan Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek (jejak binjek/patok mempelai laki-laki) kepada pihak pria (keluaga Penganten Pria). Sesampai di rumah mempelai pria Nasi Kunyit (Nasi Kuning) akan dijemur dijadikan kerupuk. Sedangkan ayam akan di gulai oleh ibu atau mandeh pengantin pria.
Sebagai mana halnya ketika prosesi pemberian Adok-Adok Nasi Kunyik Apik Ayam Babinjek, seorang mempelai pria sesudah itu tangan dicuci, lanjut dengan prosesi mencabut suatu buah sunting mempelai wanita. Gote Gotenyo diberikan kepada pengantin wanita. Lanjut lagi prosesi manghadu (menempelkan) jidat atau kening kedua mempelai wanita dan pria. Edt Marewai
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post