• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Kamis, November 6, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Punago Rimbun : Garuda Orang Eropid (Rupik) Bangsa Portugis Tengelamnya Kerajaan-kerajaan Pesisir Barat | Zera Permana

Zera Permana Oleh Zera Permana
20 September 2021
in Punago Rimbun
1.3k 82
0
Home Punago Rimbun
BagikanBagikanBagikanBagikan

Percaturan Politik, dagang, dan pendidikan (agama)  untuk menjalin kerja sama dengan bangsa-bangsa Nusantara khusus Negeri Timur  tujuan untuk mengendalikan politik dagang di dunia Pada tahun 1537. Pihak Aceh mengirim pasukan gagah beraninya untuk menyerang bangsa Portogis yang telah bercokol di Malaka, mengendalikan situasi, hubungan erat antara Malaka dan Aceh. Baik dibidang perdangan, pendidikan (agama) maupun secara jalur silsilah keturunan, dengan serangan beberapa armada dan para pendekar untuk menakluknya. Tetapi pihak  Portugis pada saat itu dapat mengendalikan situasi menangkis serangan, dan serangan itu pun gagal.  Sejak itu pertentangan Aceh dengan Portugis menjadi-jadi. Dimana-mana tempat sepanjang lautan kedua pasukan apabila bertemu terjadi bentrok senjata. Sebagaimana istilah dalam bahasa Minangkabau “co urang Pauh jo urang Padang (kompeni)”.

Sejak pertempuran itu, Aceh melakukan peryerbuan-penyerbuannya ke semenanjung dengan tujuan menguasai wilayah-wilayah yang bisa dijadikan markasnya, bagi pengepungan terhadap Malaka. Sementara itu Portugis, mengerahkan pasukan bajak bajau lautnya, melakukan pembajakan terhadap kapal-kapal niaga Aceh dan kapal-kapal niaga dari mana saja yang menyokong Aceh. Seterusnya bajak-bajak laut Portugis ini juga diperintahkan, membajak pantai-pantai yang dikuasai oleh Aceh, termasuk Pesisir Barat Sumatera.

Pada kl. 1546, bajak laut dalam jumlah besar yang dipimpin oleh perwira-perwira laut Portugis mendarat di Pesisir Barat Sumatera. Saat itu, hanya beberapa orang tentara Aceh saja yang ada di setiap pos.  Pariaman, Padang, Painan, dan Indrapura. Serangan ini mengakibatkan, banyak kerajaan-kerajaan kecil tengelam, seperti halnya, ketika terjadi ekspedisi militer Portugis tahun 1520. Kala itu  diantara kerajaan yang tenggelam adalah kerajaan Camin Toran, Pauhjanggi, Kualo Banda Mua, Teluk Lelo Jati, Teluk Andam Puro, dan Sungai Nyalo. Baik Tiku Pariaman maupun Padang diduduki Portugis, orang  Portugis yang menamakan dirinya sebagai “Eropid” orang Eropa, dikenal oleh penduduk sebagai  urang Rupik. Pemimpin-pemimpin Portugal oleh penduduk disebut Rajo Sipatokah Rajo Si Portugal. Inilah dalam kaba-kaba tradisi Panglima-panglima (Raja-raja) kecil Portugis, di ibaratkan “Buruang Garudo Bakapalo Tujuah tabang malayok  mambaka jo manyia”.

Nagari Kualo Sungai Nyalo dibumihanguskan, penduduk banyak yang mati, dan sebagian lari ke pedalaman Minangkabau. Kemudian Negeri Kualo Sungai Nyalo berganti nama dengan Kualo Langang Sunyi. Hal serupa juga terjadi di Painan Pinang Balirik dalam “Buku Bayang Nan Tujuh Koto Nan Salapan Karya Alm. Emral Djamal Dt. Rajo Mudo” di daerah Medan Sabah, berasal  Dari kata Madinatus Sabah, artinya Koto Pagi Hari. Negeri ini diduduki oleh Raja Badurai Hitam yang mengambil alih pucuk pemerintahan atas perintah Raja Badurai Basi yang telah menduduki Taluak Sinyalai Tambang Papan. Tempat hasil tambang emas penyalur rempah-rempah hasil bumi perdalaman Minangkabau hingga timbul nama negeri “Salido”. Setelelah terjadi pergolakan perperangan Bangsa Rupik dengan penduduk Negeri Painan Pinang Balirik. Rumah-rumah penduduk habis dibakar dan semua pembesar ditawan di Pulau Cingkuk.

  • About
  • Latest Posts
Zera Permana
ikuti saya
Zera Permana
Redaksi Marewai at Media
Zera Permana
Salimbado Buah Tarok (Anggota Pusat Kajian Tradisi Salimbado Buah Tarok). Sekarang bekerja fokus di Serikat Budaya Marewai. Berasal Dari Nagari Sungai Pinang, Koto XI Tarusan Pesisir Selatan. Pengelola dan Penulis Tetap Rubrik "Punago Rimbun". Zera merupakan arsiparis muda manuskrip-manuskrip Minangkabau, selain fokus mengarsipkan manuskrip, Zera juga aktif berkegiatan dalam Alih Aksara dan Alih Bahasa. Salah satu manuskrip yang sudah terbit, "Kitab Salasilah Rajo-Rajo Minangkabau".
Zera Permana
ikuti saya
Latest posts by Zera Permana (see all)
  • Punago Rimbun: Indrapura Urat Tunggang Daulah Kesultanan Minangkabau – Zera Permana - 3 September 2025
  • Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
  • Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
Tags: BudayaPelesiranPunago RimbunSastra

Related Posts

Punago Rimbun: Indrapura Urat Tunggang Daulah Kesultanan Minangkabau – Zera Permana

Punago Rimbun: Indrapura Urat Tunggang Daulah Kesultanan Minangkabau – Zera Permana

Oleh Zera Permana
6 November 2025

Burek Tunggang Ka Karajaan Indopuro Lunang Bapucuak Bulek Di Minangkabau Pagaruyuang Bajulai si aka jambai, di Tepian Sungai Muara...

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2

Oleh Zera Permana
6 November 2025

Seri Punago RimbunSejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan (Bagian 2) Maka...

Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung

Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung

Oleh Zera Permana
26 September 2024

Suatu waktu terjadi peristiwa di Alam Surambi Sungai Pagu, tiga orang pembesar; Raja Kampai Tuangku Bagindo, Raja Panai Tuangku...

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana

Oleh Zera Permana
21 September 2024

Sumatra yang lebih dikenal dalam bahasa tradisi Pulau Perca, ujungnya Negeri Aceh pangkal hingga Lampung. Orang yang mendiami Pulau...

Next Post
Puisi-puisi Arham Wiratama | Tiketnya Selalu di Saku

Puisi-puisi Arham Wiratama | Tiketnya Selalu di Saku

Cerpen: Ridho Daffa Fadilah | Kepulangan dan Cerita yang Tak Diinginkan

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In