Salat Subuh
Nyaring adzan menjadi jaring
yang tidak bisa menangkap
segenap orang-orang
yang sedang sibuk terlelap
Subuh ini terdapat orangtua
dengan asyik terbatuk-batuk
dan menyeka kantukannya
dengan dingin air wudu
Bila tiada dia dan aku
imam akan salat sendiri
tanpa makmum untuk berkata amin
sebelum surat lain terbacakan
13 November 2020
3:57
Hidup di Jaring Penyesalan
Syair-syair merinai di pembuluh nadi
berusaha melelehkan beku dalam hati
tapi kata-kata tidak lagi sehangat kopi
semenjak kulihat punggungmu pergi
meninggalkan aku seorang diri
Bayang-bayangmu masih melekat
dan memelukku dengan erat
agaknya aku sudah di jaring laba-laba
terjerat tanpa bisa selamat sebelum kau tiba
Lalu kutakankan “apa boleh buat?”
ada-tiada dia aku akan tetap di sini
terus terjebak sampai sesal memadat
kecuali bila dia kembali membawa belati
mungkin untuk ia bebaskan semua ikat tali
Atau ia benamkan sedalam-dalamnya
ketajaman bilah besi itu di dada
biar penyesalan yang aku selalu genggam
berganti menjadi kebebasan yang lama kuidam
Jombang, 16 Desember 2020
21:04
Tiketnya Selalu di Saku
Manusia mulai bermigrasi ke Mars
dan aku masih berusaha berhijrah
dari lumpur dosa ke tanah hijau
tanpa sekalipun berusaha lepas
dari planet biru penuh cemas ini
“Di mana aku pertama menghirup udara
di sanalah aku akan mengembuskan
napas penghabisanku,” kubilang padamu
saat kau ajak aku ke planet merah itu
Di akhir tahun kau berangkat
dan kendaraan yang kau tumpangi
menjadi kembang api raksasa
di dekat rotasi rembulan
Di malam itu terbitlah luka dalam
yang kemarin sudah terjahit rapat
di surat kabar kubaca, “Tidak ada
penumpang selamat.”
Aku jadi mulai berpikir tentang,
apakah mati bersama akan menjadi lebih baik
ketimbang mengenangmu sampai sisa hidupku
padam seperti api lilin dituip dinginnya angin
Sebelum sinar harapanku bergerhana penuh
seorang gadis menekan bel dekat pintu
dia mirip sekali denganmu, kataku dalam hati
dan dia bilang, “Aku tidak jadi pergi ke sana, karena
tempat untukku pulang adalah di sisimu, Arlan.”
Jombang, 16 Desember 2020
22:28
Di Ujung Pulau Sana
Sayap gagak diterpa pagi
kilapnya mengingatkan aku akan
gemilang opal hitam di kedua matamu
dan kata-kata bijak sebelum perpisahan
tidak lebih berarti dari satu pelukan panjang
yang mengharap untuk bisa bertemu kembali
Di medan tempur aku lihat wajah kematian
membaringkan musuh dan kawan-kawanku
di tanah akhirat untuk akhirnya bisa beristirahat
sedang yang hidup menghunuskan pedangnya lagi
ke leher lawan, dan bila peperangan ini tidak terjadi
mungkin mereka berdua akan mabuk bersama di bar
Mengocehkan tentang istrinya yang dahulu
langsing, berkulit kencang, putih, dan manis,
telah menjadi gemuk, menyebalkan dan berisik,
tapi hal itu hanya terjadi dalam fantasi utopia
saat pertempuran usai, prajurit kehilangan kaki,
tangan, atau nyawa pun dibawa pulang
Setiba di kampung halaman, penduduk menyambut,
bunga ditaburkan, lagu-lagu kemenangan dinyanyikan,
dan pesta malam ini akan semeriah granat yang meledak
namun jauh dalam batinku, aku merasa lemah dan kalah
karena hal yang sepatutnya manusia bantai adalah
keinginannya untuk menjajah tanah bangsa lain
Jombang, 16 Desember 2020
23:22
Danau
Berlaksa bahu menyodorkan diri
tapi aku hanya mau bersandar padamu
Dari semua kiriman kembang
hanya wangi bungamu kucium
Banyak orang siap memelukku
tapi lebih baik tidak jika itu bukan kau
Puluhan orang memberikan hatinya
semuanya kukembalikan kecuali milikmu
Kau datang padaku sambil mengaca
di riak tenang danau di tengah hutan
Dan kau tenggelam di dalam tubuhku
bersama ikan-ikan pemakan sepi
Jombang, 17 Desember 2020
2:50
Sekawanan Serigala Lapar
Aku lesapkan diri ke belantara asing,
depanku sepasang mata menyala
di gelap malam bulan bersabit.
Erang-geram sekawanan lain serigala
mulai memanjangkan lancip taringnya
yang akan mengoyak tubuhku sampai ke tulang.
Sebelum anjing alpha
memberi aba-aba menyerang,
kawanannya menatapku,
di sana ada amarah
yang terbit dari perut laparnya,
juga sekeping iba yang berusaha
ia abaikan.
Awan mabuk berpelesir
ditiup napas seorang sufi
yang bertapa brata di padang pasir,
menutup kilau haru dari langit
sebelum harum darah tercium
oleh mereka yang membenamkan
kuku-kuku tajamnya di perutku.
Setelah mengantongi dosa di tiap ronde hidup,
aku berikan segala yang aku punya:
daging dan tulang dari tubuhku.
Nanti bila Dia menatapku
dengan segenap terang bola mata suryaNya,
apakah pelangi di bibirNya akan merekahkan senyum?
Jombang, 10 Desember 2020
1:39
Arham Wiratama lahir di Jombang, 1 Agustus 1997. Pernah menerbitkan buku, Deru Desir Semilir (Intelegensia Media, 2016) dan Segara Duka (J-Maestro, 2018). Karya-karyanya pernah dimuat di Radar Selatan, Radar Jombang, nalarpolitik.com, rubrik.indhependent.com, kuluwung.com, floressastra.com,travesia.co.id, diksijombang.myblog.id, becik.id, dan lain-lain tempat.
Facebook: Arham Wiratama (https://www.facebook.com/gerimismenderasapi)
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post