Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Sastra

Puisi-puisi Arham Wiratama | Tiketnya Selalu di Saku

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
13 Maret 2021
in Sastra
3.5k 266
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Salat Subuh

Nyaring adzan menjadi jaring
yang tidak bisa menangkap
segenap orang-orang
yang sedang sibuk terlelap

Subuh ini terdapat orangtua
dengan asyik terbatuk-batuk
dan menyeka kantukannya
dengan dingin air wudu

Bila tiada dia dan aku
imam akan salat sendiri
tanpa makmum untuk berkata amin
sebelum surat lain terbacakan

13 November 2020
3:57

Hidup di Jaring Penyesalan

Syair-syair merinai di pembuluh nadi
berusaha melelehkan beku dalam hati
tapi kata-kata tidak lagi sehangat kopi
semenjak kulihat punggungmu pergi
meninggalkan aku seorang diri

Bayang-bayangmu masih melekat
dan memelukku dengan erat
agaknya aku sudah di jaring laba-laba
terjerat tanpa bisa selamat sebelum kau tiba

Lalu kutakankan “apa boleh buat?”
ada-tiada dia aku akan tetap di sini
terus terjebak sampai sesal memadat
kecuali bila dia kembali membawa belati
mungkin untuk ia bebaskan semua ikat tali

Atau ia benamkan sedalam-dalamnya
ketajaman bilah besi itu di dada
biar penyesalan yang aku selalu genggam
berganti menjadi kebebasan yang lama kuidam

Jombang, 16 Desember 2020
21:04

Tiketnya Selalu di Saku

Manusia mulai bermigrasi ke Mars
dan aku masih berusaha berhijrah
dari lumpur dosa ke tanah hijau
tanpa sekalipun berusaha lepas
dari planet biru penuh cemas ini

“Di mana aku pertama menghirup udara
di sanalah aku akan mengembuskan
napas penghabisanku,” kubilang padamu
saat kau ajak aku ke planet merah itu

Di akhir tahun kau berangkat
dan kendaraan yang kau tumpangi
menjadi kembang api raksasa
di dekat rotasi rembulan

Di malam itu terbitlah luka dalam
yang kemarin sudah terjahit rapat
di surat kabar kubaca, “Tidak ada
penumpang selamat.”

Aku jadi mulai berpikir tentang,
apakah mati bersama akan menjadi lebih baik
ketimbang mengenangmu sampai sisa hidupku
padam seperti api lilin dituip dinginnya angin

Sebelum sinar harapanku bergerhana penuh
seorang gadis menekan bel dekat pintu
dia mirip sekali denganmu, kataku dalam hati
dan dia bilang, “Aku tidak jadi pergi ke sana, karena
tempat untukku pulang adalah di sisimu, Arlan.”

Jombang, 16 Desember 2020
22:28

Di Ujung Pulau Sana

Sayap gagak diterpa pagi
kilapnya mengingatkan aku akan
gemilang opal hitam di kedua matamu
dan kata-kata bijak sebelum perpisahan
tidak lebih berarti dari satu pelukan panjang
yang mengharap untuk bisa bertemu kembali

Di medan tempur aku lihat wajah kematian
membaringkan musuh dan kawan-kawanku
di tanah akhirat untuk akhirnya bisa beristirahat
sedang yang hidup menghunuskan pedangnya lagi
ke leher lawan, dan bila peperangan ini tidak terjadi
mungkin mereka berdua akan mabuk bersama di bar

Mengocehkan tentang istrinya yang dahulu
langsing, berkulit kencang, putih, dan manis,
telah menjadi gemuk, menyebalkan dan berisik,
tapi hal itu hanya terjadi dalam fantasi utopia
saat pertempuran usai, prajurit kehilangan kaki,
tangan, atau nyawa pun dibawa pulang

Setiba di kampung halaman, penduduk menyambut,
bunga ditaburkan, lagu-lagu kemenangan dinyanyikan,
dan pesta malam ini akan semeriah granat yang meledak
namun jauh dalam batinku, aku merasa lemah dan kalah
karena hal yang sepatutnya manusia bantai adalah
keinginannya untuk menjajah tanah bangsa lain

Jombang, 16 Desember 2020
23:22

Danau

Berlaksa bahu menyodorkan diri
tapi aku hanya mau bersandar padamu

Dari semua kiriman kembang
hanya wangi bungamu kucium

Banyak orang siap memelukku
tapi lebih baik tidak jika itu bukan kau

Puluhan orang memberikan hatinya
semuanya kukembalikan kecuali milikmu

Kau datang padaku sambil mengaca
di riak tenang danau di tengah hutan

Dan kau tenggelam di dalam tubuhku
bersama ikan-ikan pemakan sepi

Jombang, 17 Desember 2020
2:50

Sekawanan Serigala Lapar

Aku lesapkan diri ke belantara asing,
depanku sepasang mata menyala
di gelap malam bulan bersabit.

Erang-geram sekawanan lain serigala
mulai memanjangkan lancip taringnya
yang akan mengoyak tubuhku sampai ke tulang.

Sebelum anjing alpha
memberi aba-aba menyerang,
kawanannya menatapku,
di sana ada amarah
yang terbit dari perut laparnya,
juga sekeping iba yang berusaha
ia abaikan.

Awan mabuk berpelesir
ditiup napas seorang sufi
yang bertapa brata di padang pasir,
menutup kilau haru dari langit
sebelum harum darah tercium
oleh mereka yang membenamkan
kuku-kuku tajamnya di perutku.

Setelah mengantongi dosa di tiap ronde hidup,
aku berikan segala yang aku punya:
daging dan tulang dari tubuhku.

Nanti bila Dia menatapku
dengan segenap terang bola mata suryaNya,
apakah pelangi di bibirNya akan merekahkan senyum?

Jombang, 10 Desember 2020
1:39


Arham Wiratama lahir di Jombang, 1 Agustus 1997. Pernah menerbitkan buku, Deru Desir Semilir (Intelegensia Media, 2016) dan Segara Duka (J-Maestro, 2018). Karya-karyanya pernah dimuat di Radar Selatan, Radar Jombang, nalarpolitik.com, rubrik.indhependent.com, kuluwung.com, floressastra.com,travesia.co.id, diksijombang.myblog.id, becik.id, dan lain-lain tempat.


Facebook: Arham Wiratama (https://www.facebook.com/gerimismenderasapi)


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
  • Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Tags: BudayaCaritoPelesiranPunago Rimbun

Related Posts

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Oleh Redaksi Marewai
16 September 2023

sedikit sepasang muda-mudiberdua dalam remangdi atas jam sembilanbulan bintang berpilinmeremas cemas aku, bapaknyayang telah meninggal duniamelihat dari jauhdari akar...

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Oleh Redaksi Marewai
9 September 2023

Patung Tuanku Rao yang menjulang setinggi mobil ALS itu sudah berdiri bahkan sebelum pertigaan itu ramai macam sekarang. Jika...

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Oleh Redaksi Marewai
8 September 2023

MENUTUP JENDELA "ash-sholaatu was-salaamu ‘alaikyaa imaamal mujaahidiin"langkah suara tarhim seorang muadzinterseret panjangdari surau ke jalanan yang mulai lengang.teriak emak...

Puisi-puisi Burhanuddin Jamal | Tik Tok

Oleh Redaksi Marewai
3 September 2023

TIK TOK Tik tik bernyanyi tokTok tok bernyanyi tikTik dan tok bisa jadiGoyang goyang di balik androidNikmat pinggul di...

Next Post

Cerpen: Ridho Daffa Fadilah | Kepulangan dan Cerita yang Tak Diinginkan

Air Terjun Batirai: Berkaca Pada Alam di Hulu Air Sungai Pinang | Pelesiran

Air Terjun Batirai: Berkaca Pada Alam di Hulu Air Sungai Pinang | Pelesiran

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In