Namun disaat itu Taluek Sinyalai Tambang Papan sebagai tempat kedudukan pertama Bangsa Paringgi (Portugis) di Pesisir Barat dengan nama Panglima Sonsang Lawik, datang pasukan dari Pulau Rangeh Suai dan Pulau Sikundandan juga membawa pasukan dari Batang Kalam Hamparan Padang serta pasukan Banua Siandaka. Batang Kalam pasukannya langsung dikepalai oleh rajanya Rajo Biram Bijayo, kemudian Hamparan Padang dikepalai oleh rajanya Raja Paloangso Polorajo yang datang ke Taluek Sinyalai Tambang Papan untuk memperluas daerah kekuasaan Rajo Sonsang Lawik sebagai Ampanglimo utusan Pulau Lantuang Kuang Rajo Aniayo, yang dibawah kendali saudaranya yang memerintah di Pulau Rangeh Suai, Pulau Sikundandan yang bernama Raja Kuali wakil oleh Raja Gagah Gambipito Jayo saudara Raja Ungeh Layang di negeri Koto Malapari.
Datangannya pasukan ini ke Taluek Sinyalai Tambang Papan membuat Raja Sonsang Lawik hatinya senang bisa menjadi “Raja Simaharajo Lelo” (Raja Besar Pesisir Barat) di Taluek Sinyalai Tambang Papan bagi daerah sekitarnya. Pasukan yang datang ini bergabung dengan pasukan Bajak Laut Rupik untuk menyerang Pasukan Sonsoang Barat di lautan, membuat tiap awak dan panglima pasukan Sonsoang Barat banyak yang mati terbunuh oleh pasukan gabungan ini, juga pasukan gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan memutus mata rantai pasukan Kilek Bayang Mato Kabua, serta pasukan Umban Tali Bungo Pasang dikepung kemudian dibunuh oleh Pasukan Gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan. Situasi yang demikian, Tuanku Raja Mudo kembali memutuskan untuk mengadakan Musyawarah dengan Raja Dipatuan Rajo Mudo dan Rajo Tuo, untuk menarik Pasukan Juhuang yang berada di teluk pesisir Taluek Sinyalai Tambang Papan. Akan tetapi sebulum pasukan ini kembali ke Bayang Kubang Ula Pasukan Gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan menggkempurnya sehingga pasukan hancur dan orang-orang banyak yang mati. Maka amek bicaro Tuanku Rajo Mudo, terdiam Dipatuan Rajo Mudo tamenung Rajo Tuo.
Pasukan gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan itu pun masuk keperdalaman Banda Mua mencarak ke Kualo Sungai Nyalo, terjadi bentrok dengan pasukan Kualo Sungai Nyalo hingga berujung perperangan. Di Kualo Sungai Nyalo yang disaat itu tidak mempunyai pasukan khusus membuat kampung Negeri Sungai Nyalo dibumihanguskan hingga tinggal putuang arang yang hanyut dihambur hamburkan oleh pasukan Gabungan Taluek Sinyalai ke dalam sungai. Sehingga sungai Kualo Sungai Nyalo menjadi hitam, disinilah pangkalnya Negeri Sungai Nyalo itu dikenal juga dengan nama Kualo Aie Itam sungai yang hitam oleh arang yang dibuang oleh pasukan gabungan rupik Taluek Sinyalai Tambang Papan.
Pasukan gabungan terus melancarkan aksinya menghilir ke bawah. Karena dihulu Sungai Nyalo terdapat sebuah perkampungan yang keramat mebuat pasukan gabungan berputar-putar di rimba raya tidak menemukan jalan keluar sehingga memutuskan terus berjalan kehilir dan sampai di Taluek Lelo Jati (Teluk Kabung Sekarang) untuk meminta setiap masyarakat tunduk kepada Panglima Sonsang Lawik, bagi yang melawan akan di bunuh serta rumahnya akan dibakar.
Gencatan senjata pasukan gabungan yang kuat dari Taluek Sinyalai Tambang Papan mebuat seluruh Kerajaan di Pesisir Tenggara negeri Pesisir tunduk dan mengakui ke Daulata Raja Sonsang Lawik sebagai raja yang berdaulat di Taluek Sinyalai Tambang Papan.
Aksi pasukan gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan ini juga terjadi dilautan, perang berkecamuk di bagian Timur Pulau Pagai membuat Pesisir Barat tidak aman bagi saudagar-suudagar perdalam Pulau Paco yang memasarkan barang dagangan kepada penguasa tiap teluk perairan di bandar pelabuhan. Perperangan itu berlanjut selama tujuh hari tujuh malam. Namun peperangan dimenangkan oleh Pasukan Gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan.
Disaat situasi mencekam di perairan Taluek Sinyalai Tambang Papan datang Pasukan Pendekar dengan nama Pasukan Saok Langik, Ragi Batang Bingkalai Bukik, Kuciang Lalok semuanya ini pasukan pesilat yang ulung yang bergabung dengan Pedekar Pesisir Barat Dandang Kualo, Magek Tambilang, Kayo Bulang, Magek Sando. Menerobos Taluek Sinyalai Tambang Papan dengan yang dilepas ilmu pertapaan mereka berempat dengan nama Ilmu Kilat Siapi-Api, serta Ilmu Padang Nan Baramo. Membuat Pasukan Gabungan Taluek Sinyalai Tambang Papan lari terberit-berit ketakutan melihat pedang yang terbang seperti rama-rama dan kilat yang berapi-rapi. Panglima Sonsang Lawik ketika itu ikut sungkua-sungku-i mencari tempat persembunyian, akan tetapi dirinya tetangkap Pasukan Kuciang Lalok di kepoh oleh Pasukan Bingkai Bukik, yang juga kenak talajang Pasukan Bingkalai Langik akhinya Raja Sonsang Lawik meyerakan diri.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post