
Sari Dano yang kecewa dan merasa tertindas di Pasir Laweh. Menghadap Daulat Yang dipertuan Sungai Pagu, melaporkan kejadian menimpa dirinya serta anak kamanakan Orang Tiga suku yang berada di Pasir Laweh telah tertindas diperbudak oleh Raja Sitatok Sitarahan berserta kaum-kaumnya yang disebut Bangsa Rupik itu.
Oleh Daulat Dipertuan pengaduan Sari Dano itu diterima, dan langsung menitah kepada Hulubalangnya yang bernama “Inyiak Alang Parabah” berserta toboh, ondoh kaumnya. Untuk berangkat ke Pasir Laweh, memerangi Raja rupik yang telah berbuat semena-mena terhadap kaum dan anak kamanakan Orang Tiga Suku dan sebagai rakyat oleh Raja Alam Surambi Sungai Pagu.
Titah yang diberikan Raja Alam Sungai Pagu dijunjuang bak mangkuto di tanai bakumalo (dijunjung tinggi) oleh “inyiak Alang Parabah”. Inyiak Alang Parabah berserta toboh, ondoh, kaumnya berangkat bersama-sama dari Sungai Pagu menuju Hulu Kambang melalui Pamatang Panjang, Bukit Batu Gadang terus ke Gunung Salo dan menurun sampai ke Pasir Laweh terus hilir ke Batu hampa.
Berbilang hari pada saat itu, sampai Inyiak Alang Parabah di kampung itu, melakukan perkumpulan Rapak (mupakat) bersama anak kamanakan Orang Tiga Suku, di sebuah batu besar. Kemudian tempat ini dikenal dengan “Batu Hampa” setelah biang tabuak, kato putuih, bulek lah sagolek, pipih lah samo dilayang (telah sepakat semunya) anak kamanakan Orang Tiga Suku dengan Inyiak Alang Parabah.
Dilakukan penyerangan bersama-sama melawan Bangsa (kelompok) Rupik. Pimpinan perang dikomandoi oleh Inyiak Alang Parabah, perperangan itu terjadi di Kampung Akad, toboh, ondoh kaum Inyiak Alang Parabah berserta anak kamanakan orang tiga suku sangat tangkas, lihai dalam perkelahian dan straregi dalam perperangang. Bangsa Rupik lelah menghadapi toboh, ondoh kaum Inyiak Alang parabah, membuat kaum dan Raja Sitatok Sitarahan lari koca-kacir. Lari dan menghindar menyebrangi sungai (batang air) dan terus dikejar oleh Inyiak Alang Parabah sehingga sampai Raja Sitatok Sitarahan berserta kelompaknya, ke Kalam dan mendaki ke puncak Bukit Kayu Manang serta bertahan di sana.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post