
Catatan Sang Aktivis
Aktivis adalah kerja cari perkara
bagi mereka yang tak jumpa hakikatnya
ia kerap dihadiahi “mati”
oleh antek-antek yang peduli perut sendiri
Dalam kalbu seorang aktivis
semangat Marsinah menenun asa
kematian Munir menjadi lidah api
yang menjulurkan deru semangat abadi
Senandung puisi Wiji Tukul masih
terdengar menggelegar dari
liang kubur sana
haram!!! haram penindasan atas kemanusiaan
Munir, Marsinah, Wiji Tukul, dan aktivis
lainnya boleh tiada
namun benih-benih mereka akan terus
menyebar di hamparan tanah Indonesia
Padang, 2021
Perenungan Diri
Aku melarikan diri, berkabung
menuju pulau, bukit, laut, dan gunung
menanggalkan seisi kepala
menyatu dalam utopia
Aku merenungi setiap kerja semesta
melafazkan sabda: alam takambang jadi guru
ke dalam hamparan jiwa
meresapi setiap makna katanya
Hidup sejatinya menghadapi
bukan berlari dan meratapi
hidup nyatanya bicara penerimaan
bukan mengeluh dan berputus harapan
Padang, 2021
Kembalikan Adat pada Tempatnya
Nagari Minang satu ini makin edan saja
norma tak lagi berlaku pintanya
adat dipandang sebelah mata
niniek mamak tak lagi pada perannya
Para inyiek pasti menangis di liang lahat sana
meratapi laku anak dan kemenakan
yang melanggar adat seenak perutnya
menuruti dunia modern sejadinya
Bukankah dalam mazhabnya
Buya Hamka sudah menulisi
modernisasi kawan sapamenan aka jo budi
bukan menanggalkan adat dan tradisi
Padang, 2021
Penulis Mita Handayani lahir di Talunan Baru, 28 Januari 1998. Ia adalah seorang mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Ia aktif bergiat di Komunitas Lapak Baca Pojok Harapan. Ia juga sudah menerbitkan buku tunggal berjudul “Memories of Netherlands: My Travel Stories”. Tulisannya juga telah dimuat di beberapa media cetak dan online.
- Puisi-puisi Kiki Nofrijum | Magrib Macet - 30 September 2023
- Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
- Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
Discussion about this post