Perkampungan lain yang didirikan oleh orang-orang Sungai Nyalo dari Linjuang adalah Kototinggi. Sementara itu, pendatang dari Solok-salayo (Niniak Nan Tigobaleh Dibuang) bergelar Dt Rajo Nan Gadang, Dt Bagindo Sati, medirikan perkampungan “Guguek”.
Kemudian dari Sungai Nyalo sebagian besar pergi merantau ke-pesisir. Sisanya bergabung kepada sanak keluarganya di Linjuang dan Kototinggi (karena berdekatan namanya kemudian: Linjuang Kototinggi). “Niniek Nan Tigobaleh“ berkumpul di Salayo, dan dua di antaranya adalah Dt Rajo Nan Gadang dari “Guguek” dan Dt Bagindo Sati dari Linjuang Kototinggi, kemudian mendirikan perkampungan di Singkuang. Tidak banyak yang dapat diceritakan tentang Singkuang, kecuali berdirinya perkampungan Jawi-jawi dekat Banda Mua.
Pertempuran yang terjadi kemudian, ialah larinya segala warga Banda Mua. Salah satu keluarganya yaitu Dt Rajo Nan Putiah, bertahan dan menyerah pada orang-orang Jawi-jawi pimpinan Dt Rajo Usali (adik Dt Tan Basa) nama “Banda Mua” di hapus, bahkan dilarang untuk menyebutnya. Tempat ex Pusat kerajaan ditukar dari Banda Mua menjadi “Banda Lakuek”.
Dari Singkuang perkampungan dipindahkan ke Ranah Koto Randah pada saat itu Linjuang Kototinggi telah kosong tampa orang.
- Sejarah Makanan Adat: Gulai Pangek Bada Jo Gulai Kacang, Tanda Penghormatan Raja Kepada Cendikiawan – Bagian 2 - 2 Oktober 2024
- Seri Punago Rimbun: Sejarah Menepinya Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Samsudin Sandeowano Setelah Penobatan di Pagaruyung - 26 September 2024
- Punago Rimbun: Hilangnya Keris Kesaktian Bunga Kesayangan | Zera Permana - 21 September 2024
Discussion about this post