Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Sastra

Puisi-puisi Muhammad Daffa | Surat Penghabisan

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
25 Desember 2020
in Sastra
3.7k 195
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

SETELAH SAJAK DITULISKAN

Tidakkah ingin kembali

Kepada peluk kata

Dan membayangkan sebuah dunia

Tanpa jendela

Lalu kita sama mabuk

Menenggak waktu

Surabaya, November 2020

PERIHAL MELANKOLI

Bagaimana kuakhirkan sunyi yang percuma?

Jika kau masih bersembunyi

Di antara nyeri bunga-bunga

Sajak ini lahir dari pertentangan melankoli

Bayanganmu membentuk igauan palsu

Dari tidur yang tak benar-benar lelap

Di mana bisa kubaca kembali alamat penciptaan

Jika kau masih menjelma huruf-huruf kosong

Sajak ini lahir dari igauan tentangmu

Melankoli yang mengingatkan

Pada selembar jalan pulang

Surabaya, November 2020

SURAT PENGHABISAN

Bakarlah kata-kataku

Di atas unggun

Jika malam menambah demam

Dan pintu-pintu mengatupkan suara

Kelak kau akan mengerti

Sajak yang menyendiri

Di antara biru

Kesedihan

Habis nubuat di tengah jalan

Tak lagi ingat

Kalam pertama

Dikepung lolong kabut

Surabaya, November 2020

ALTERNATIF PULANG KE TUBUHMU

Bahwa kita masih saja seperti dulu

Ketika magrib biru dan puisi-puisi bercerai dari bujuk mantra

Sebuah buku terbuka, lalu dunia menjamah lembarnya

Ada Sapardi, Rendra, Sutardji

Sibuk berkampanye

Menunaikan amanat bahasa langit

Yang tak pernah sampai

Yang tak pernah dipahami penyair-penyair koran

Ada pula ragu

Mengetuk-ngetuk tubuhku

Sudahkah bertandang kepada puisi

Almarhumah puisi sedang khidmat merindu

Pekuburan ramai pelayat

Dan orang-orang seluruh negeri meminta berkah

Dari tidur panjangnya

Biarkan ia

Mencatat sendiri nama

Di atas nisan tua

Kelak dunia akan memanggilnya kembali

Sebagai rupa yang baru

Lahir dari rahim sebuah rubrik kebudayaan

Koran Ibukota

Surabaya, September 2020

MENOLAK KANON

Mengapa

Penyair menolak bujuk buku-buku

Ketika dunia berhenti

Setidaknya dalam puisi ini?

Mengapa penyair kembali berpulang

Ke peluk biduan

Sementara malam memabukkannya pelan-pelan

Kata-kata masih mengusung lelucon lama:

Sepasang tubuh yang mencari jejak cinta!

Surabaya, September 2020

DI ATAS KATA-KATA, HARI MASIH SELALU SAMA

Ada yang akan terus terulang

Dari setiap pertanyaan yang lahir dari jiwa rumpang

Semisal bagaimana dunia menolak buku-buku

Dan puisi khusyuk mencium tubuh mantra yang perawan

Tanpa gamang menyenandungkan bait kasmaran

Ada yang akan terus datang

Dari setiap pertanyaan yang tak kunjung menemu jawab

Penyair-penyair dibungkam minggu bising

Dan kata-kata, masih di atas segalanya

Mengajak duel semalam suntuk

Penyair-penyair akan terus bungkam

Sampai dunia kembali samar

Dalam merah padam bibir perawan

Surabaya, September 2020

DI TEPI KANON

Penyair yang gentayangan

Mendedah bahasa langit

Ke dalam buaian nasib baik

Seorang penyair

Tak ingin dungu

Dalam pertanyaan yang tak menemukan hulu

Ia hanya ingin samar

Dalam derai keramaian

Menimang puisi-puisi mentah

Yang ditulis pada remang minggu

Minggu yang berkelakar tentang nasib remeh

Sebuah puisi dengan perempuan

Yang menemuinya di ujung ajal

Surabaya, September 2020

IBU NEGARA DI RUBRIK MINGGU

Ibu ibu!

Kau kah yang memanjangkan tangis

Tersebab malam menjarah negara

Di jalan yang hiruk oleh desing senjata?

Pertiwi, anak sulungmu

Menjual kemaluan ke kota orang

Tak bakal pulang, katanya

Ibu ibu!

Kau kah bulan separuh mati

Menyanyikan merdeka

Tanpa upacara?

Tangismu menuntun arwah pahlawan

Ke dalam tahun-tahun penuh lelucon

Surabaya, Agustus 2020

EPITAF MERDEKA

Merdeka hanya gema

Yang runtuh ke dalam dongeng masa lalu

Dan kau membaca pedih yang dibawanya

Sebagai kisah paling purba

Merdeka hanya milik mereka yang terjaga

Membakar puisi-puisi yang telanjur ditulis tangan sendiri

Surabaya, Agustus 2020

PERGINYA PERTIWI

Pertiwi mati

Tertembak aparat

Di perempatan

Menjelang huru-hara pemungutan suara

Pertiwi, tubuhmu anggur

Yang memabukkan penyair jalang

Mereka kisahkan padamu pengembaraan kata-kata

Sebuah negara

Tanpa suara

Kembali menguncimu

Antara narasi yang kesepian

Surabaya, Agustus 2020

DONGENG PERTIWI

Di koran pagi,

Sebuah negara

Menjelma berita hangat

Seorang gadis

Pertiwi namanya

Ditemukan dalam kondisi setengah telanjang

Orang-orang, yang berdecak ketika melihatnya, serempak berseru,

“Pertiwi sayang, Pertiwi malang, ranum tubuhmu diperkosa negara!”

Surabaya, Agustus 2020

MENCULIK PERTIWI

Katakan, manisku, apa yang tak sembunyi dari puisi?

Semisal bagaimana negara bunuh diri

Dan para penyair yang sibuk menimbang harga mati

Dari kata-kata yang berloncatan minta ditulis

Surabaya, Agustus 2020


Muhammad Daffa, lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 1999. Puisi-puisinya tersebar di sejumlah media cetak dan antologi bersama. Buku puisi tunggalnya TALKIN(2017) dan Suara Tanah Asal(2018). Mahasiswa di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya.


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
  • Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Tags: CaritoPunago RimbunSastra

Related Posts

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Oleh Redaksi Marewai
16 September 2023

sedikit sepasang muda-mudiberdua dalam remangdi atas jam sembilanbulan bintang berpilinmeremas cemas aku, bapaknyayang telah meninggal duniamelihat dari jauhdari akar...

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Oleh Redaksi Marewai
9 September 2023

Patung Tuanku Rao yang menjulang setinggi mobil ALS itu sudah berdiri bahkan sebelum pertigaan itu ramai macam sekarang. Jika...

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Oleh Redaksi Marewai
8 September 2023

MENUTUP JENDELA "ash-sholaatu was-salaamu ‘alaikyaa imaamal mujaahidiin"langkah suara tarhim seorang muadzinterseret panjangdari surau ke jalanan yang mulai lengang.teriak emak...

Puisi-puisi Burhanuddin Jamal | Tik Tok

Oleh Redaksi Marewai
3 September 2023

TIK TOK Tik tik bernyanyi tokTok tok bernyanyi tikTik dan tok bisa jadiGoyang goyang di balik androidNikmat pinggul di...

Next Post
Cerpen Chalvin Pratama Putra | Cinta Asap Kemenyan

Cerpen Chalvin Pratama Putra | Cinta Asap Kemenyan

Mewujudkan Kepengurusan IMPPLISBA yang Kreatif, Inovatif, Solidaritas dan Mengabdi Kepada Masyarakat

Mewujudkan Kepengurusan IMPPLISBA yang Kreatif, Inovatif, Solidaritas dan Mengabdi Kepada Masyarakat

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In