Perenung Pujangga Dukun Padi Angku Bujang Jari Sabaleh (alm) diam dan bertempat tinggal di Muara Sakai, seorang orang Tua Adat dan pemimpin spiritual bergelar Maruhum Alamsyah di Nagari Lunang. Yang oleh masyarakat dikenal sebagai seorang yang mewarisi kharisma tersendiri, karena kemampuan spiritualnya sebagai Dukun Padi.
Di daerah Siguntur menurut ayah Zulkifli Imam Mangkuto, Angku Busalir Rantuo Rajo Lenggang dan Bapak Busamah Seorang Penghulu di Sungai Lundang. Masyarakat Siguntur Mudo mengundang seorang ahli pengobatan padi di daerah Muara Sakai Lunang. Sedangkan menurut Surah-Surah (penjelasan) dari nan tuo-tuo Emral Djamal Dt. Rajo Mudo (alm) Budayawan dan Praktisi tradisi Minangkabau guru penulis sendiri, baliau ini berasal dari Bayang. Merujuk kepada pertalian beliau dari nasab dan keilmuan sebagai dukun padi yang telah diwarisi oleh orang Bayang, beberapa generasi. Hingga beliau generasi yang ke VII. Pada saat itu beliau diundang untuk hadir di Siguntur Muda. Beliau datang ke Siguntur Muda sekitaran umur 15 tahun (masa remaja) untuk mengobati tanaman padi yang telah dilanda wabah hama wereng. Dengan Izin Allah beliau dipertemukan dengan seorang tokoh Thariqah Sufi Angku Lubuak, beliau sedang dalam penyuluhan agama di negeri tersebut. Setelah dipandang dari Basyiriyyah (pandangan batin) buah butiran-butiran penjelasan yang dijelaskan kepada mayarakat yang berada disurau (masjid). Bertepatan keberadaan tempat khusus istrirahat dukun padi yang selalu di masjid atau surau. Maka dengan itulah, beliau tergerak hati hendak menyatakan diri ingin memperdalami ilmu-ilmu agama di Tarekat Naqsabandiyyah serta berkhalawat dengan bimbingan Buya (Angku) Lubuak sendiri.
Ketika masa Bujang Jari Sabaleh seorang Dukun Padi ini menyatakan diri dan berkhalawat di Surau Lubuk Kampung Talawi menjadi ramai. Banyak didatangi anak siak, baik dari Tarusan, Bayang, Bungus, daerah Bandar Sepuluh, Tapan Indopuro serta dari Solok. Masa ini negeri sehiliran Batang Tarusan (dulunya dikenal negeri sehiliran Batang Barus) Barung-Barung Balantai di juluki “Camin Bandarang” Koto Sabaleh Tarusan.
Dukun Padi tersebut diangkat menjadi Khalifah pada tahun 1936. Itulah sebabnya kemudian, semenjak Bujang Sabaleh menjadi Khalifah banyak tokoh masyarakat dan ulama di Siguntur – Barung-Barung Belantai, Mandeh, dan Ampang Pulai memasuki Tarekat, sehingga berkembanglah Ilmu Tarekat dari Surau Lubuak, diikuti beberapa Surau di Lubuk Aur dan Lubuk Bagaluang di Bayang, di Lumpo, di Painan sampai ke Lunang dan Inderapura. Buya Lubuak bersama Bujang Sabaleh gelar Maruhum Alamsyah mengembangkan Tarekat sampai ke Kerinci, Muko-Muko Bengkulu Utara. Oleh karena itu kehadiran Bujang Sabaleh di Lunang disamping sebagai Urang Tuo Adat Lunang juga sebagai pemimpin spiritual yang disegani, sehingga Mande Rubiah Lunang (Rakinah) masih kecil (masih gadis remaja) beliau inilah yang banyak campur tangan atau memang sebagai pemangku adat dalam membimbing dan melayani tamu-tamu luar yang datang mengunjungi. Kalau ada pertanyaan yang rumit biasanya Mande Rubiah menyarankan untuk bertanya kepada Bujang sabaleh saja, baik masalah sejarah, silsilah atau tentang benda-benda pusaka yang ada di Rumah Gadang, yang masih awam tetap “dibawah bayang-bayang” Bujang Sabaleh. Zera Permana
Discussion about this post