
Suatu Ketika di Kota Samudera
Suatu ketika di kota samudera
aku hanya ingin berjalan-jalan sendiri
sepanjang bibir pantai itu
menyimak lagu dalam debur ombak
menenangkan debar gelisah di dada
ada yang tak mampu kupahami
ada yang belum dapat dinamai
tapi sangat dikenali oleh sepasang airmata
yang tiba-tiba jatuh sendiri
laut menyimpan rahasia masa silam
langit sembunyikan catatan hari depan
aku terus berjalan
meninggalkan masa silam di belakang
waktu terus mencatat kehilangan demi kehilangan
Satu kehilangan telah mengubah seluruh hidupku.
2020
Luka Kehilangan
Kusimpan ingatan senja itu
seperti memeram duri pada sekepal daging dalam dada
ketika kabar kepergianmu mengubah angin jadi badai
aku menggigil menahan ngilunya
sewaktu-waktu ingatan itu kembali berdenyut
duri menyusup lebih dalam hingga ke inti daging
menjadi bagian dari diriku yang lain
nyerinya masih sama
luka kehilangan itu
adakah ia akan pulih?
meski dirawat beribu musim
bekas tikamnya tak lagi mengalirkan amis darah
tak akan pernah utuh semula
sebab, engkau telah benar-benar pergi
membawa penawar segala nestapa segala luka
sepanjang ingatan
meninggalkan sekepal daging yang rumpang
dalam tubuh kenangan.
2021
Pulang yang Lain
Perjalanan kali ini
menyisakan debar lain
kubawa dada yang kosong
ingatan menjalar sepanjang jalan berkelok
menyibak lirih nyanyian hutan cemara
di antara kertap daun jatuh menimpa tanah merah
tak mampu kupahami bahasanya
seperti terkurung dalam asing mimpi
kueja tanda yang tertinggal pada lembar almanak silam
adakah isyarat kepergian telah engkau tinggalkan?
perjalanan kali ini
dadaku menanggung debar ngilu
membayangkan di pintu rumah lama
tanganmu yang gaib menyambut kepulanganku
dengan pelukan yang tiba-tiba sedingin tanah makam ini.
2021
Jalan Lain bagi Sepasang Rindu
Tak ada sambutan di pintu
sepasang rindu barangkali telah menemukan jalan lain
untuk saling bertemu
menembus dinding kefanaan
terlepas dari kungkung ruang dan waktu—tubuh ini, detak usia dalam dada.
kuhampiri engkau
melewati wajah-wajah pasi
bibir-bibir katup
sembunyikan rahasia luka yang purba
dalam sejarah hidup manusia
tak ada yang perlu kupertanyakan
kepada takdir—yang begitu lekas menjadikanmu kenangan
segalanya terjawab oleh senyum kekal di bibirmu
di balik sehelai cahaya
selimuti sebatang tubuh yang dingin
menguarkan harum mawar
mengecup jiwaku yang gigil
sementara kepalaku runduk tepekur di sisi sunyi kepalamu
sepasang rindu tengah erat berangkulan
lesap menyatu dalam putih cahaya
sajikan hakikat keindahan—barangkali telah sampai kabarnya kepadamu
kita berpisah dalam kefanaan
tapi rinduku yang abadi
selalu menemukan jalan untuk menjangkau jiwamu
melalui debar doa dan cerlang cahaya pada sepertiga malam terakhir.
2021
Senja di Bukit Cemara
Di bukit cemara
kutanam segala sepi
bersama senja jatuh menderaikan warna-warna
sepanjang setapak mendaki
menuju rumah jiwamu yang kekal
kelak tumbuh merindang dahan-dahan
payungi tanah sunyi
tempat segala doa kualamatkan
rumah bagi segenap rindu berpulang
senja dan kabut cahaya
jelang matahari meranggas dari pucuk bukit cemara
menjalarkan hangat pada sunyi tanah
membujuk bunga-bunga rekah
seperti mekar kuncup-kuncup doa
senantiasa kurawat dalam getar rindu
pada malam-malam yang menguarkan harum tubuhmu.
2021
Bilik Kenangan
Selepas keramaian
dan hari-hari penuh linang tangis
kicau burung di beranda rumah lama
terdengar lebih lantang dari biasanya
selepas derap kaki para petandang
satu-satu
meninggalkan daun pintu
mesti ada yang tetap tinggal
menunggui sepi
memunggungi waktu
mengemasi bengkalai rindu
sebelum jejak-jejak yang ditinggalkan
memintal jaring-jaring kenangan
memenuhi setiap sudut bilik kosong
dalam diri.
2021
Gema Sunyi
Jarak yang kaurentang
telah membuka jalan
bagi sunyi
yang kurindui
sunyi itu
dinding ngarai
pantulkan suara-suara
dalam diri
2021
Sepeninggalan Engkau
dan waktu terus menguji
seberapa lapang dadaku
menanggung debar canggung
puisi ini.
2021
Penulis, Yeni Purnama Sari. Lahir 22 Agustus, di Kota Kopi Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Alumni UIN Imam Bonjol Padang. Pernah bergiat di LPM Suara Kampus dan Teater Imambonjol. Karya-karyanya berupa cerpen dan puisi terbit di berbagai surat kabar cetak dan daring. Beberapa puisinya tergabung dalam antologi puisi “Kelopak Bunga Jantung” (TIB Press, 2010). Cerpennya yang berjudul “Rumah Larik” termaktub dalam buku kumpulan cerpen “Datang dan Pergi Hanya Persoalan Waktu” (UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, 2020), merupakan satu dari lima pemenang lomba cerpen yang diadakan UPTD Taman Budaya Sumatera Barat pada 2020 silam.
Saat ini tengah mempersiapkan naskah kumpulan puisi tunggal perdananya. Bisa dijumpai lewat akun IG @yeni_purnama.s dan akun facebook Yeni Purnama Sari.
- Telah Tayang! Single kedua Andip berjudul ‘Aku Paham Itulah Jarak’ - 23 April 2025
- KRITIK SENI PERTUNJUKAN RAPA’I DABOH OLEH Acara HUT Bhayangkara di Banda Aceh - 23 April 2025
- Gairah Literasi dan Dunia Baca Anak Muda | Muhammad Nasir - 20 April 2025
Discussion about this post