LANGGAM LAMA
Di langgam lama namamu kembali berputar
Kisahmu lirih terurai bersama sore yang menua
Adakah batas henti untuk semua kisah masa silam?
Sedangkan kalender berulangkali memajang nama yang sama
Aku tahu tak seorangpun ingin tinggal dalam kenangan
Tak ada yang mau terperangkap pada malam yang tak berwarna
Dan berhenti dengan rupa yang sama serta senyum yang tak berbeda
Tetapi, adakah yang ingin menolak sebagian kenangan yang singgah datang?
Di langgam tua aku tahu engkau dan jutaan manusia lainnya telah pergi
Sementara aku dan jutaan manusia lainnya mendatangi lagi stasiun ingatan
Bukan untuk bertamu pada hari-hari pedih atau bulan penuh sumringah
Sebaliknya, aku ingin membuat sketsa wajah yang baru untuk cerita berikutnya
( Semarang, 2021)
RUANG SANG MAHA
(Terinspirasi Lirik Lagu Ruang Rindu)
Telah lama aku salah mencari letak ruanganmu
Aku mendatangi riuh rendah kota untuk mencarimu
Namun engkau tak di sana dan kini kota telah poranda
Aku lantas berlari ke gedung-gedung langit tinggi
Tetapi engkau tiada diantara gedung warna-warni dan kaca raksasa
Apakah aku sudah terlambat mengunjungimu?
Aku berjalan dan bertanya kepada sesiapa saja
Sayang tak ada kata dan denah tentang ruang keberadaanmu
Buku-buku telah diikat keegoisan dan manusia terkurung ruang maya
Dimana dan kepada siapa aku menemukan kunci jawabannya?
Dalam lelah dan perangkap maya aku memutuskan istirah
Menerima perjalananku yang tak sampai padamu
Kini kuputuskan dalam bimbang dan istirah
Untuk memilih terang dibandingkan warna maya
Dan lamat-lamat kudengar engkau berbisik
“Akulah makna apabila engkau melepas wujud dan bayang”
Inikah ruangmu Sang Maha?
Semarang, 2021
MENGEMAS PERJALANAN
Dalam ransel usang ini rindu melipat kabut di punggung
Gelap berjalan menjadi sinar lentera oleh kata kecil doa
Jarak berubah menjadi selembar peta dengan sejumput tabah
Dingin terbalut hangat oleh harum tanah kampung halaman
Tiada yang benar-benar jauh
Tak ada musim yang membuat merapuh
Bagi para rantau mengemas perjalanan
Adalah sebuah kecup nikmat keniscayaan
Solo—Semarang
BIODATA PENULIS
Thomas Elisa, berasal dari kota Surakarta. Penulis juga telah menyelesaikan program Strata-1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) 2018 lalu. Karya terbaru penulis adalah novel fiksi anak berjudul Bangunnya Peri Merah (2017). Penulis mengajar di SMA Kolese Loyola Semarang. Temui saya di Facebook: Thomas Elisa P
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post