
Tiga Perempuan dalam Sajak Lugu
1. Fitri Yani
Ia melihat lelaki penggali kubur terpekur, mungkinkah ia sedang menimbang-nimbang umur? Tentang seberapa dalam usia sampai ia mati sia-sia tanpa sisa di sebuah kuburan penuh jengking dan kala. Apa lelaki penggali kubur itu juga berpikir tentang tata cara paling benar menggali sumur? Misal, menggali sumur dengan teori yang benar bisa memancarkan Yusuf dari gelap dadanya. Dari gelap prasangka atau dari tidak gelap prasangka, Fitri Yani terus saja memperbaiki metafora, berdiskusi dengan diksi, dan menghapus lagi segala sangsi hingga benar-benar menjadi tangsi.
2. Fitria Yarni
Hanya memiliki sajak pendek tentang cinta, curiga, dan perasaan cemburu yang memburu lelaki kate di sebuah kafe.
Meski pendek, sajak-sajak itu berisi ejek, juga prasangka-prasangka lelaki pesek tentang perempuan penggemar pant*k.
Sajak-sajak itu kerap mengajak kita tengkurap, telentang tiba-tiba, lalu seperti mengikuti kehendak semesta, kita harus tengkurap dan telentang tanpa harap yang tersisa.
3. Fitri Yati
Ia telah mengajak dirinya sendiri untuk menulis puisi berkali-kali, puasa ke pesta demi membeli buku yang harganya tinggi setengah mati.
Ia mulai membaca puisi dengan pertanyaan-pertanyaan pikiran seorang bayi. Kenapa diksi ini di sini, bukan ke pinggir dan lebih kepinggir lagi.
Apa makna bunga dalam celana? Kenapa bukan burung dalam celana misalnya? Lebih logika dan lebih perkasa.
Ia mulai meminjam kamus ke tetangga, yang anak gadisnya gila dan putus sekolah. Dari kamus gadis gila itu ia meluncur mencari makna bunga, tapi makna yang ia temukan melulu berarti manis, bukan tragis.
Terberkatilah kau Yati, kata suara dari penjuru angin ke sembilan, matanya berkedip pelan, ngantuk menyerang, puisi pun sarang ke mimpi-mimpi bolongnya yang siang.
…
Perempuan-perempuan buas yang tak puas-puas mencabik tubuh puisi.
Kubang Raya, 30 Juli 2021
After A Long While
Dentoj,
hello baby katamu
hello babi dengarku
hendak kugulingkan tubuhmu
di atas bara api,
agar cinta yang lama padam
tak lagi mencaci maki.
tak lagi mencaci maki.
mencaci maki tak.
hello babi kata fotomu
hello kataku
Balonbucin, 7 Juni 2020
Hujan Jantan
hujan di sepanjang jalan menuju ru(ma)hmu kekasihku,
dan kita mesti menunggu diam selumut batu
untuk mengukur berapa jarak mendung:
matamu-mataku.
mari kita tanya orang orang yang berbaju hitam
yang coraknya lebih mirip kelelawar
di sebuah makam: tempat mengubur nasihat ibu
2014
Perempuan Bertato
Kau menyukai perempuan bertato, citato dan potato.
Kau mencintai citato dan potato karena perempuan bertato menyukainya.
Ia pernah memakannya, detik-detik jelang lumat, ia mencucup bibirmu
sampai dalam, sampai napas serasa akan karam.
Ia tersenyum, memakan citato dan potato lagi, dengan saos lumer di bibir, cemong,
lalu ia memainkan lidah seperti menjilat es krim panjang, ia mendesis dan mengaku kepedasan.
Kau tak lagi memakan citato, tapi masih makan potato, karena perempuan bertato
telah pergi ke perigi lelaki, mandi dan sembarang singkap, membuatmu ngeri
dan geli-geli tapi bukan nikmat.
Hanya potato. Sebab kau mengaku hidupmu tak ubah hp kentang, dibuang, dibiar membusuk.
Suatu hari kau tampil di sebuah konser musik, kau lagukan kota rindu
sampai serak suaramu, penonton bingung, kecuali seorang perempuan yang rambutnya awut-awutan; entah di pusarnya atau di sela payudaranya, atau di lehernya, ada tato bibir yang telah dihapus,
sepertinya telah mati-matian dihapus.
Kubang Raya, 5 September 2021
Jeruk, Jeruk
Jeruk, jeruk di mata orang kampung yang dengki adalah ladang terbaik untuk mencuri, sebab agama mereka yang paling benar, diri mereka adalah kekasih Tuhan, jika mencuri jeruk orang-orang yang Tuhannya berlainan. Surga bakal berwarna oranye, menggelinding dengan sendirinya, memberikan mereka pilihan, sebagai upah bagi yang bodoh sebesar gajah.
Kubang Raya, 5 September 2021

Muhammad Asqalani eNeSTe. Kelahiran Paringgonan, 25 Mei 1988. Menulis sejak 2006. Ia adalah Pemenang II Duta Baca Riau 2018. Puisi-puisinya dimuat di pelbagai media massa cetak maupun online lokal dan nasional. Ia juga memenangkan sejumlah lomba baca puisi. Setelah bukunya yang berjudul ULANG DOKON-DOKON NA HUDOKON-DOKONI PALA DOKONKO NA HUDOKON-DOKONI, ia sedang mempersiapkan buku puisi tunggalnya yang ke 11. Mengajar puisi di Asqa Imagination School (AIS) berbasis di group WA. IG: @muhammadasqalanie. Aktif di Youtube: Dunia Asqa
Discussion about this post