orang-orang berbondong ke jalanan
setelah cuaca tak lagi mengganti musim
antara kota dan jalan menuju desa
tak ada rasa aman di sepanjang
langkah meninggalkan jejak
dengan arah bersemayam di mata
Arah Langkah, LY. Misnoto
Nyanyian di Tanah Desa
tanah ini gersang sepanjang musim
membakar kaki telanjang yang berpijak
pada batu-batu di atas kerikil
dengan halus menjelma tanya
saat gendang ditabuh pada kesunyian
memanggil gending di atas kesempurnaan
dan tiba-tiba angin gending mewartakan duka
beralas batu-batu,
seorang perempuan tua bernyanyi
tentang tanah desa yang mematikan
pohon dan menelan daun gugur
berulang kali doa dipanjatkan di kuburan
tentang derita tanah yang dihantam
ombak dari karang laut selatan
sebelum selesai menjadi nada dan puisi
ia tak tahu, musim berlalu di samping
batu-batu jalanan
dan krikil yang merawat senyum
sekaligus menyembunyikan lagunya sendiri
Bekasi, 22 Juni 2020
Sebelum Pulang
berkemaslah, sayang
kota ini tak lagi memberi harap
jangan lupa bawa mimpimu
kembali pada rumah kita
sebelum langkah dipijakkan
pada jalan pulang,
carilah sepasang sapi
untuk disembelih pada hari doa
delapan ratus enam puluh delapan
kilometer jalan tanpa bisu
bawalah air dan sedikit makanan
ikat erat tas ransel di pundak
biar tak terjatuh dan kita kembali
dengan harap masih bertanya
antara pulang dan kembali
kita harus tahu, masih ada ritual
senantiasa doa menjadi hujan
membasahi, bahkan menggenang kepasrahan
tak perlu kita puja kota ini,
meskipun kabar nasib terus terdengar
biarlah. kita pulang, sayang
Bekasi, 23 Juni 2020
Sebelum Senja
terik meriwayatkan kerja di sepanjang hari
juga keringat yang membasahi tubuh
dua abjad dipintal menjadi doa
menunjukkan arah yang menjadi
malam pada saksi gerak alam tidur
melalui matahari di antara
pagi dan sore, kita sepakati janji
pada gersang tanah kelahiran
yang sempat menghilangkan lelah
tentang kenikmatan sebelum malam
pada tanah, kita menutup
dan menanam harap di masa
kota di gusur dengan langkah kecil
yang akhirnya senja memberi kesimpulan
jalan panjang kehidupan
sebelum tiba-tiba terbenam
Bekasi, 24 Juni 2020
Arah Langkah
orang-orang berbondong ke jalanan
setelah cuaca tak lagi mengganti musim
antara kota dan jalan menuju desa
tak ada rasa aman di sepanjang
langkah meninggalkan jejak
dengan arah bersemayam di mata
pergerakannya seperti sedang berjalan
di pinggir jurang yang tak ada lalu
lintas pengetahuan
sebagian ada yang masih merapikan
harapan pada dentam jam tangan
atau buku-buku bekas di kediaman
seorang laki tua yang terkadang dibaca
di ruang tengah
adalah asal dari segala arah
di setiap langkah berpijak pada
percikan luka dua musim
dan orang-orang tak kembali
meski selalu meminta masa kanak
yang tamak dengan pelukan dan
restu sepanjang ingin
melangkah pada waktu yang tak
pernah dibagi dengan kepulangan:
menjadi doa atas yang kalah
berputus asa dalam langkah yang
tak lagi berjejak–kehilangan arah
Bekasi, 25 Juni 2020
Restu Kepulangan
sudah lama menempuh jarak
antara kotaku dan perantauan
seperti kata dalam puisi
terbaca dalam khayalan pulang
dan sebagiannya meminta restu
Bekasi, 26 Juni 2020
LY. Misnoto, seorang perantau yang lahir di Pulau Giliraja, Giligenting, Sumenep, Madura. Menulis ketika aktif di Sanggar Aksara dan Forum Intelektual Santri (FITRI). Buku antologi puisi tunggalnya berjudul Memori Juli (Vista, 2018) dan Mayang (Kali Pustaka, 2019). Karyanya telah tersebar diberbagai media dan antologi bersama.
Discussion about this post