![](https://marewai.com/wp-content/uploads/2021/08/Punggasan-1-1024x576.png)
Monografi merupakan sebuah karya tulis ilmiah (KTI) hasil penelitian yang luas dan detail pada sebuah topik atau subjek dengan tingkat pembahasan yang mendalam dan/atau mengaitkan dengan berbagai pendekatan keilmuan. Secara umum, monografi adalah sebutan lain untuk buku dan digunakan untuk membedakan terbitan tersebut dengan terbitan berseri dan bunga rampai. Monografi berisi satu topik atau sejumlah topik (subjek) yang berkaitan dan biasanya ditulis oleh satu orang. Selain itu, monografi merupakan terbitan tunggal yang selesai dalam satu jilid dan tidak berkelanjutan.
Sejarah Negeri, Susunan Adat (adat monographie) dari Kewalian Negeri Punggasan, Wilajah Ranah Pesisir, Kab. Pesisir Selatan/Kerintji.
1. Dari mana/siapa diperdapat keterangan untuk menyusun sejarah ini?
Keterangan diperdapat dari sebahagian ninik-mamak (menurut waris jang didjawek pusako nan ditolong) dan dari orang-orang tjardik pandai dalam kewalian negeri Poenggasan.
2. Batas-batas pemerintahan dari kewalian negeri Poenggasan
Batas-batas negeri ini menurut keadaan tanggal 17-08-1945 sesuai dengan batas-batas negeri semasa pemerintahan Hindia Belanda (semasa berkepala Negeri (J.G.O) no. – tahun 1914.
Timur dengan Bukit barisan
barat dengan Lautan Hindia dan Sei. Tunu
Utara dengan Negeri Palangai Sungai Tunu
Selatan dengan Negeri Air Hadji
3. Terdiri dari Beberapa Kampung
Koto Pandjang, Padang Hilalang, Limau Hantoe, Telao Sebuk Mudik (Tengah Padang), Bungo Tandjung, Koto Marapak, Balik-Gunung, Padang Tjerek, Telao Sebuak Hilir, Kampung Maggie, Teratak Radjo Malih, Padang Kaju Dadih, Tjibadak Ampan, Rantau Batu Pasar, Muaro dan Kandis, Rantau Batu (Pasar Lama), Tandikat, Ambatjang, Air Djamboe, Bukit Poetoes, Kampoeng What, Lagan Gadang Mudik, Lagan Gedang Hilir, Lagan Keep Mudik, Lagan Ketek Hilir.
4. Bagaimana Asal Nama Negeri Poenggasan
a. Asal Penduduk
Ratusan tahun yang silam, dari Sungai pagu ada seorang yang bernama Pa’labah, pekerjaannya mencari manisan dan lilin labah, memikat burung ke negeri Punggasan. Yang di waktu itu belum bernama “Poenggasan” cuma terdiri dari rimba raya dan padang tempatkan berpikat dengan melalui Bukit Musia, sampai ia ke Bukit Sikai dan menurun sampai ke Kelaka (Pesisir Laut); selama Pa’labah berpikat, dan mencari manisan dan lilin labah padang tempat yang tersebut di atas. Ia berpendapat tempat-tempat yang dilihatnya itu sangat baik dibuat negeri. Sesampainya dan sekembalinya ia ke Sungai Pagu, Pa’labah menceritakan semua yang ia lihat dan pendapatnya kepada tuangku penghulu di Sungai pagu.
Demikianlah berangkat bersama Palabah Satu rombongan penduduk Sungai pagu untuk melakukan peninjauan yang dipelopori oleh satusatu suku yaitu; Melayu, Kampai, Panai dan 3 Laras (Jambak, Caniago dan Sikumbang).
b. Asal negeri Poenggasan
Rombongan yang tersebut kembali ke Sungai Pagu, menjemput kerabatnya untuk membuat teratak kepada yang telah ditinjau itu. Dalam perjalanan kembali ke negeri untuk menyampaikan maksudnya tersebut, waktu mereka di atas Bukit Sikai, mereka menurun ke kampung Akat (Tempat bermufakat), membuat nama negeri yang bakal mereka jadikan tempat itu adalah tempat “Peunggasan” Pa’labah dan kini bernama negeri Punggasan, yang asalnya “Paunggasan” dari kampung Akat, mulai mereka mengatur dan membuat ladang (teratak) dari Lagan Ketek, Lagan Gadang dan keseluruh kampungkampung yang ada sekarang seperti Tandikat Ambatjang dan Koto Marapak serta lainnya.
Tentu tulisan ini hanya sekilas saja, hanya bagian kecil dari sejarah panjang Punggasan. Selain itu, tulisan yang terdapat dalam buku Monografi Sumatera Tengah tersebut sangat sulit untuk dibaca, apalagi ditulis ulang. Jadi daripada terjadi kesalahan penulisan, kami mengambil bagian awalnya/bagian-bagian penting (bukan berarti yang lain tidak). Kami berharap semakin banyak akses sejarah yang muncul dengan tujuan edukasi, atau anggaplah sebagai pengingat. Dapat menyentil sedikit simpati khalayak kepada sejarah, bahwa sangat penting untuk dijaga ataupun dibagikan.
Dalam buku “Monographie Sumatera Tengah” kami mencoba membagikan bagian halaman “Pesisir Selatan/Kerintji”, dan sesuai susunan dalam buku, kami mulai dari Negeri Punggasan. Semoga bisa menjadi suatu pengingat bagi penonton/pendengar. Tentu dalam buku ini masih banyak lagi, seluruh wilayah yang ada di dalam Propinsi Sumatera Tengah, sebelum di pecah menjadi Sumatra Barat, Jambi dan Riau pada tahun 1957. Bila ada kesalahan ataupun pendapat lain, silakan handaitaulan tinggalkan jejak di kolom komentar. Salam…
Kilas Balik: Rubrik ini akan menayangkan sejarah-sejarah seputar Pesisir Selatan (mungkin Minangkabau) secara ringkas. Semisalnya sejarah/asal mula penamaan suatu daerah/wilayah/nagari/ulayat dan lainnya. Sumber data berasal dari buku, tinjauan langsung dan tutur. Selain melalui tulisan, kami juga berusaha menayangkan versi visualnya melalui kanal yutub Marewai TV; https://youtube.com/channel/UCtZWHc5Lls2Q0e2LS28Os2A
Dukung kami dengan Subscribe, bagikan, like dan komen.
Referensi: Buku Monografi Sumatera Tengah
- Ketuklah Pintu Itu, 2025, Kami Menunggu dan Siap Melanjutkan - 1 Januari 2025
- Tim Kenal Adat: Progress Awal dalam Mengimplementasikan Project Sociopreneurship Innovillage 2024 di Perkampungan Adat Sijunjung - 14 Desember 2024
- Cakap Pilem: Vedaa, 2024 | Kasta Dalit dan Potret Kehidupan Nyata Perempuan India – Arif P. Putra - 7 November 2024
Discussion about this post