• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Minggu, Mei 11, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Puisi-puisi Diego Alpadani | Ia Memperkirakan Kisah Masa Depan

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
26 April 2022
in Sastra
1.4k 14
0
Home Sastra
BagikanBagikanBagikanBagikan

Ia Memperkirakan Kisah Masa Depan

Andai saja kerinduan telah dimiliki
segelas minuman seribu dengan utuh, tentu
Dini ingin melambaikan tangan ke kamera.
Memaksa diri untuk tetap membatu

di antara ragam wacana yang mulai
kelabu. Ia tak pernah pamrih,

masih bertahap merangkai ragam kisah,
tentang sepucuk surat yang tak lagi ingin
bicara. Menyoal piring yang enggan menemui
nasi hangat dan sambal yang tak lagi merah. Dini tak
pernah marah. Kerana andai saja kerinduan
seutuhnya dimiliki segelas minuman seribu

ia akan melambaikan tangan ke kamera.
Berakhir kisah,
dimulai tentang kelabu yang kini
menjadi nyata.

Piai, 2021


Kisah Kedua Adalah Puisi Paling Resah

Inti dari kemarahan adalah gergaji
yang mencium akal Dini. Walau tak pernah
ia berlabuh di dermaga kusam. Meski
tak pernah memberhentikan bus dengan
tangan kanan. Dini tak mampu menahan akalnya
dicampuri kediktaktoran gergaji.

Tak ada yang benar-benar renyah.

Dirinya sudah layu di ceruk pasrah.
Gergaji menajamkan setiap mata untuk
mengakali akalnya. Bagaimana bisa sepanjang
itu kisah Dini merajut resah.

Dalam akalnya.

Piai, 2021



Keutuhan Kisah yang Diambil Paksa

Burung camar burung kenari
Kedua burung tak di tangan
Jangan pernah coba mendekati
Jika hanya untuk meninggalkan
Dini tahu bahwa mata harus dibalas mata.
Burung kenari kembali ke peraduan
Burung camar hilang arah tujuan
Bukan niat hati hendak meninggalkan
Kehendak orang tua tak bisa dilawan

Piai, 2021



Kisah Terakhir

Sekian kisah berlalu akhirnya Dini melepas
tuah di dirinya. Pagar sudah lama lapuk

dihantam hujan dan panas. Setiap hari.
Bila malam datang, tak lagi perlu
ia rasa salah menghantuinya.

Hanya saja, Dini ikut terlepas di
Pelepasan tuah yang telah lama
tertanam di badan dirinya.

Piai, 2021



Awal Kisah

Dimulailah kisah yang turun.
Dari sepasang telinga ke semiliyar
muncung.

Dini pergi membunuh segelas minuman seribu,
ia tak pernah ingin menyakiti. Sebagaimana
mata yang lebih dulu mati dari yang lainnya.

“Jangan ucapkan selamat datang pada diri ini,
jika kelak kematian membisu di hadapan,”

Dini menghitung-hitung dirinya,
semakin dalam.
Semakin tak masuk akal.

Ia membunuh kisah di awal cerita.
Namun muncung tak pernah tahu
kata henti untuk dirinya.

Piai, 2021


Penulis, Diego Alpadani memiliki hobi duduk di Lepau Wo Wat sambil mendengarkan Ota Lapau dan meminum teh telur. Ia berharap dapat duduk di Lepau Wo Wat bersama Pevita Pearce.


  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: CerpenpuisiSastra

Related Posts

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Oleh Redaksi Marewai
12 April 2025

Cengir KETIKA kami pastikan bahwa Cengir benar-benar telah meninggalkan kami: rumahnya kosong. Sebatang rokok dan korek api masih terpancang...

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Oleh Redaksi Marewai
12 Maret 2025

Bu Ningsih sedari tadi berusaha sekuat tenaga agar kelopak matanya yang berkeriput itu tidak terpejam lebih dari lima detik....

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Oleh Redaksi Marewai
7 Maret 2025

S&J PRODUKSI             Tulisan-tulisan dengan nama dan identitas singkat pengenal lainnya, terpampang di batu-batu dengan corak ciri khas arab....

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Oleh Redaksi Marewai
22 Februari 2025

Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R Pintu terkuak, dari mulutnya kau muncul tiba-tibaBertelimpuh kian rapuh,...

Next Post
Punago Rimbun: Empat Pendekar Penyelamat Pesisir Barat | Zera Permana

Punago Rimbun: Empat Pendekar Penyelamat Pesisir Barat | Zera Permana

Punago Rimbun: Empat Pendekar Penyelamat Pesisir Barat | Zera Permana #2

Punago Rimbun: Empat Pendekar Penyelamat Pesisir Barat | Zera Permana #2

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In