
Panggung di atas bukit
Wajahku membatu melihat pria uzur dengan seonggok uban didagu
Tergesa-gesa seakan membawa dosa fira’un dipundaknya
Belum sempat berkodak di depan muka bukit cermin pagi ini, hanya mendengar siulan cempreng gagak yang congkak di atas batang anai
Dia membuang liur pada wajahku “gerakkan kaki malasmu,dewa sudah menunggu tubuh kita”
Tak peduli jelatang menggeli diselangkangan, tak peduli istri menjadi tanah
Pasca itu, telinga kami mendapat suara dipuncak bukit cermin “Tuhan, lihatlah dirimu penuh dengan kebohongan”
Bukit cermin sekarang bekerja untuk tangisan atap semesta
Rahim di Desember
Tubuhku sudah lelah telungkup tanpa benang sewindu ini
Tak ingin mendekam didalam tubuh wanita bertubuh pendek lagi, tak ingin tali pusar membelit kehidupan
Aku coba menendang keras perut buncit ibu yang kenyang dengan penderitaan
Ia terpaksa bangkit dari kapuk tipis, mengangkang sejenak dini hari
Ayahku diselimuti daki tambang menyampaikan orasi dipagi buta
Seketika aku menggerutu “basuhlah aroma tubuh ini, aku siap mencicipi kepedihan”
Khotbah pengantar lindungan setan
Gorong-gorong persimpangan berlumut, atas jenjang, mengalir deras sungai tengku
Terpapar nyata kumuhnya badai purnama malam pertama
Si musuh tuhan melenggok ke dalam bangunan berkhubah, tempat para pendosa merengek atas kebohongannya
Kulit berukir tinta arang duduk bersila ditengah hamba-hamba pesakitan
Mulut latah, mata hitam, telinga sel sel besi,
berkumandang menyerukan takut kepada pencipta, ia pura pura lupa dengan pelacur di lipannya pagi ini
Bibir tebalnya melahirkan air ludah yang menjijikkan, telunjuk bengkok mengarah ke mana-mana
Gema suaranya membacakan ayat-ayat yang hanya diketahui anaknya,
di luar bumi mereka mengumpat “dia bukan malaikat kalian, dia wujud sempurna dari rupa iblis”
Dandri Hendika; lahir di Solok Selatan, 31 Desember 2003. Mahasiswa Universitas Andalas, program studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya. Bergiat di Sarang Tampuo, sebuah komunitas sastra di kota Padang.
- Cerpen Kurnia Gusti Sawiji | Senja di Kampung Jam Pasir - 9 Februari 2025
- Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Rwanda Pasca 1994 - 8 Februari 2025
- DENGUNG TANAH GOYAH KARYA IYUT FITRA: TENTANG NEGARA, LINGKUNGAN, DAN KEBIJAKSANAAN NUSANTARA - 3 Februari 2025
Discussion about this post