![](https://marewai.com/wp-content/uploads/2022/10/jpg_20221016_161328_0000-1024x1024.jpg)
Mertua Pintu Bilik
engkau mengintip lewat tingkap kala ninik-mamakku mematung di laman
tanpa himbauan masuk serta suguhan lemang pulut
pintumu melintang sapu ijuk halangi induk-induk beri pinang muda berbalut sirih
lalu mereka hanya pandangi sampaian baju sedang engkau kelumun dalam kelambu.
panggulku telah mekar cendawan sejak tunggu engkau keluar jumunan
cerano dan emas suasa ini seakan hantaran orang kubu dari pedalaman.
andai selepas raya haji belum jua nampak puncak hidungmu
hantar saja anakmu kembali pada bakonya
sementara aku bakal ikut rombongan kasidah menuju sungai pagu dan kucari gadis baru.
Pauh, 2022
Koa dan Kepulangan Datuk
bini tua datuk tidur di lapik batang pandan tanpa berkawan
kerbau jantan pamenan belum jua dikurung
selepas kacaukan sepetak sawah orang pendatang
datuk takkan pulang jika tunggu coki sampai
sebab kartu gampang terduga dan klorok selalu beradu
nun teh telur sudah terpangkal.
apabila telah terbusai seisi saku, datuk hanya bisa membilang
“aku batang besar tempat orang nagari bersandar!
jika kemenakan hendak mengatur tabiatku,
hidangkan dulu nasi bergelimang gulai kepala kerbau
sebagai syarat pelepas pulangku.”
Pauh, 2022
Kain Hitam
lihat dirimu ayah
tidur lasak bergaun sarung aki aroma kambing rebus.
aku ingin tahu perihal kain hitam tegak
dan sedang menggali apa sekaum orang di belakang parak.
sebab kulihat,
apak-apak berbaju hitam pekat; marah tanpa suara
induk-induk tersedu-sedan; tanpa air mata
adakah gelagat yang dapat engkau lakukan?
atau bolehkah aku masuk bilikmu untuk salami ibu
karena tak mendengar gelak beliau sedari tadi.
Pauh, 2022
Tubuh Penyempit Tanah
tanah terus tanam badan berkafan bersih, diikat mati walau lapuk jua
hantarkan daging pasi berlumur dosa untuk cacing gila berpesta-pora sebulan suntuk.
mereka tak butuh pondok keramik buat tidur nyenyak
namun bisikan jawaban dari runtunan tanya berbahasa arab.
kita pangkas jalan demi tubuh hendak terurai
paku jangkar pada kaki lantaran mulut menyulam dongeng
gedung-gedung enggan tumbuh jika pondasi berserak nisan
sepatutnya tubuh itu di batang air maupun perapian jerami sawah siap panen.
tak usah di parak belakang rumah biar anak-cucu menyemai kacang miang nantinya.
Limau Manis, 2022
Lidah Karib
: Fito Firmansyah
aku tidak dukun pamanih bikin gadis sawan pandangi pria
bukan ninik mamak penjodoh semua kemenakan
jua tak secakap tungganai sampaikan pitaruh kaum
aku hanya karib dari kegirangan-kegirangan semasa bujang
walau lantang kudengar piring pecah rumahnya namun pandir sambung lidah
kediamannya umpama dermaga para pelaut; menganga dan ramai
maka jangan utus aku hantar salam tak sampaimu!
Lubuk Gadang, 2022
Dandri Hendika: Lahir di Ranah Pantai Cermin, Solok Selatan, tahun 2003. Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Andalas. Menulis puisi dan Bergiat di Sarang Tampuo, sebuah komunitas sastra kecil-kecilan di kota Padang.
Discussion about this post