Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Sastra

Puisi-puisi Dafrika Doni

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
5 Oktober 2020
in Sastra
3.7k 114
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Asing

Rasanya baru sebentar

Sebuah penyakit

Melemparku

dalam labirin

Kesunyian yang panjang

Namun tubuhku

Serasa baru terbangun

Dari tidur panjang

Seribu tahun

melelahkan

dunia dan seisinya

seekor bunglon

yang mengubah

warna kulitnya.

Aku di dalam ambulans

Membelah malam

Kota yang berhenti berdenyut

Seperti jantungku

Ketika dijangkiti sebuah virus

Serasa kiamat berjaraklebih dekat dari maut.

Apa yang baru terjadi di kota ini?

Tak ada yang bisa kubaca

Selain tiang-tiang lampu kota

menggigil

Menembaki pedagang kaki lima

Berhati bebal yang dikalahkan

Nasib paling buruk

Namun telah khatam menamatkan

Ayat-ayat tuhan tentang maut.

Taman-taman menutup diri

Seperti lelaki patah hati

Yang terlanjur kecewa

pada perasaan sendiri.

Ambulans melesap

Dengan denyut sirine yang panjang

Membuat semua orang

Menutup semua pintu

rumah dan dirinya.

Semua mata mengintip dari balik jendela

memvonisku bersalah

dan begitu memalukan

Bagai seorang remaja

Yang diarak sepanjang kota

Setelah tertangkap basah

Dirundung nafsu dan birahi

di bawah lampu taman kota.

Waktu melamban

Memberi ruang

Untuk menimbang

Bahwa merindukan dunia

Di luar pengasingan

Adalah sebuah kesalahan

Maka Tuhan

Jangkiti aku sekali lagi

Sekali lagi saja

Agar lebih dekat aku

Padamu

Pada doa-doa

Yang tak pernah selesai dirapalkan

2020

Sebuah Puisi yang Ditulis Seorang Penyair Untuk Pacarnya Pada Hari-hari Pengasingan

Aku mencintaimu

Melebihi ketakutanku

Pada rasa sakit dan maut.

Kamar sempit

lampu yang menyala tanggung

dan tak henti-henti berbisik menyebut namamu

Adalah neraka tanpa api di dalamnya

Sebab semua api

Hanya ada pada nyala rindu

membakar hangus tubuhku.

Jangan bersedih, Cintaku

Aku terjangkit

dan jadi begitu dekat dengan Tuhan

Tuhan yang baik

Ia kirimi aku sebentuk bayang-bayang samar

Dari nyala cahaya lampu

Agar aku tak benar-benar sendiri

Tapi ia bukan hawa

Sebab aku bukan adam

yang kesepian oleh dosa sendiri.

kami bercerita banyak hal

tentang apa saja

Tentang maut

Tentang kehidupan setelah mati

Begitu menyenangkan

sekaligus menyedihkan

Sebab esok jika tiba-tiba aku mati

surga yang seluas langit dan bumi

Akan begitu sempit tanpamu.

Maka kuminta padamu

pada hari pemakamanku

datanglah dengan seikat bunga

tanda engkau sedang berduka

agar orang-orang tak bertanya

bahwa memang cintalah

yang menuntunmu pada maut

yang kelak mengantarmu padaku.

2020

Orang-Orang Bebal

Kami orang-orang bebal

Yang memiliki seribu nyawa

menghambur ke jalan raya

ke hadapan maut

menjinjing nasib paling buruk

2020

Terjangkit

Kita yang menjerumuskan diri

dalam ruang penuh udara bau handsanitaizer

Terantuk pada aturan yang katamu

bahasa Tuhan yang harus didengarkan semua orang

langit lapang yang memuntahkan kesedihan di luar jendela

Adalah mata banyak orang

yang ia tangisi dari pertemuan;

sepasang mata ragu-ragu membaca getar rindu

Sementara kita dikutuk jadi pohon tua seribu tahun

yang kaku membawa bahasa sunyi ke atas meja ini.

Kau abai pada lagu-lagu tentang senja

Yang diputar dan selalu gagal menuntunmu

Pada jalan kenangan paling melankolis kita

Minuman yang kau pesan dengan gambar hati di atasnya

menggigil dan tak menguapkan apa-apa

selain hari lalu yang hambar;

jam-jam melelahkan di dalam kamar

seperti suluk para sufi yang tak selesai

tak sampai kepada tuhan dan kebijaksanaan

sebab ia hanya melahirkan seungguk bahasa rindu

yang gagal ditumpahkan di atas meja kesunyian ini.

Seorang barista melempar batuk bertubi

di sudut ruang yang lain

Sambil membetulkan letak kain

penyumpal mulut

penyumpal bahasa takutmu

kau dengar gaungnya dengan sungguh

Seperti mendengar ayat-ayat Tuhan

yang sedang menghakimi dosa semua umat manusia

Aku hapal betul matamu

Di dalamnya aku pernah terperangkap

dan tak sekali pun pernah ingin dikeluarkan.

Mata yang sedang kau kenakan kini

sepasang mata lain yang tak kukenali lagi

sepasang mata yang lihai melihat hari-hari buruk

dalam pengasingan:

ruang sunyi dan pengap,

dinding yang bicara pelan padamu

perihal lalu-lalang bunyi sirene yang mungkin saja akan datang

mengantarmu pada pengasingan yang lain.

Sebuah penyakit bahkan terlalu jauh

mengurusi urusan cinta umat manusia kataku

Kau orang bebal yang berpura-pura kebal soal maut katamu.

Waktu berjalan lamban seperti kurakura tua

memikul seribu tahun perih perjalanan

Adalah labirin yang menyesatkan kita

pada pertemuan yang tak menghasilkan apa-apa

Sebab semua jalan tarantuk pada hutan dan kengerian

Sementara itu sebuah  ruang yang lain dalam dirimu

berisik dan berbisik pelan

Soal maut yang mengintai dekat

sedekat darah dan urat nadimu.

Malam jatuh

langit lapang masih mata banyak orang

menumpahkan kesedihan di luar jendela

kau ingin segera pulang

kemudian menjadi seorang sufi yang baik

bertapa dalam hutan kesunyian

di dalam kamar sendiri

sambil membetulkan letak kain

penyumpal mulut

penyumpal bahasa takutmu

kau berlalu dan pergi

kemudian menyerahkan semua kesunyian padaku

yang sejak lama tidak pernah percaya

pada kain yang menyumpali

mulutmu, mulutku dan mulut banyak orang.

sebab sebuah penyakit

yang tak seorang dokter pun tahu

diam-diam menjangkiti

kepalaku, kepalamu dan kepala semua orang.

2020

Menjadi Orang Gila

Jika kau berkenan

beri aku patah hati

Paling menyakitkan

Di muka bumi

Yang tak sanggup

Ditampung

Dada dan kepala manusia

Agar putus segala

Urat dalam diriku

Urat malu

Urat pengharapan

Yang memberat

Mengekang manusia

Dengan segala

norma dan aturan

yang tak baku.

Aku ingin sekali saja

Menjadi orang gila

Menghukum dunia

Di luar diriku

dengan cara

terbahak menertawainya.

Dunia dan seisinya

Pendusta yang baik

Sebuah panggung sandiwara

yang selalu terantuk

pada ujung cerita bahagia

kita pada bangku penonton

terandung cinta bertubi

membohongi diri sendiri

bahawa di luar panggung ini

dunia sedang baik-baik saja.

Sementara itu

hujan jatuh

Di trotoar

Di lapak-lapak

Pedagang kaki lima

Yang tersandung

sakit lambung yang hebat

hujan yang menggelinding

dari ujung kepalanya

dengan lihai menyembunyikan

air mata dan kesedihan.

Dan segeralah cintaku

Beri aku patah hati

paling menyakitkan

yang mampu mengirimiku

sebentuk kekuatan gaib

agar mampu

kubangun dunia baru

seperti tangan-tangan lucu bocah

membangun istana pasir

di tepian pantai landai

kemudian menjadi raja

untuk semua umat manusia

Agar semua orang tahu

bahwa dunia di luar diri orang gila

adalah dunia yang pantas ditertawakan.

2020

Penulis, Dafrika Doni lahir di kajai, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat di beberapa media cetak dan online dan pernah tergabung dalam beberapa antologi bersama. Sekarang bekerja dan tinggal di Pasaman.

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
  • Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023

Related Posts

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar

Oleh Redaksi Marewai
16 September 2023

sedikit sepasang muda-mudiberdua dalam remangdi atas jam sembilanbulan bintang berpilinmeremas cemas aku, bapaknyayang telah meninggal duniamelihat dari jauhdari akar...

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang

Oleh Redaksi Marewai
9 September 2023

Patung Tuanku Rao yang menjulang setinggi mobil ALS itu sudah berdiri bahkan sebelum pertigaan itu ramai macam sekarang. Jika...

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Puisi-puisi Winarni Dwi Lestari | Menimang Bayi

Oleh Redaksi Marewai
8 September 2023

MENUTUP JENDELA "ash-sholaatu was-salaamu ‘alaikyaa imaamal mujaahidiin"langkah suara tarhim seorang muadzinterseret panjangdari surau ke jalanan yang mulai lengang.teriak emak...

Puisi-puisi Burhanuddin Jamal | Tik Tok

Oleh Redaksi Marewai
3 September 2023

TIK TOK Tik tik bernyanyi tokTok tok bernyanyi tikTik dan tok bisa jadiGoyang goyang di balik androidNikmat pinggul di...

Next Post
Teluk Tempurung: Keindahan Pulau Kecil di Tepian Pantai

Teluk Tempurung: Keindahan Pulau Kecil di Tepian Pantai

Marewai.com

Tukang Tafsir Hari Pemukat | Cerpen: Arif P. Putra

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In