Asing
Rasanya baru sebentar
Sebuah penyakit
Melemparku
dalam labirin
Kesunyian yang panjang
Namun tubuhku
Serasa baru terbangun
Dari tidur panjang
Seribu tahun
melelahkan
dunia dan seisinya
seekor bunglon
yang mengubah
warna kulitnya.
Aku di dalam ambulans
Membelah malam
Kota yang berhenti berdenyut
Seperti jantungku
Ketika dijangkiti sebuah virus
Serasa kiamat berjaraklebih dekat dari maut.
Apa yang baru terjadi di kota ini?
Tak ada yang bisa kubaca
Selain tiang-tiang lampu kota
menggigil
Menembaki pedagang kaki lima
Berhati bebal yang dikalahkan
Nasib paling buruk
Namun telah khatam menamatkan
Ayat-ayat tuhan tentang maut.
Taman-taman menutup diri
Seperti lelaki patah hati
Yang terlanjur kecewa
pada perasaan sendiri.
Ambulans melesap
Dengan denyut sirine yang panjang
Membuat semua orang
Menutup semua pintu
rumah dan dirinya.
Semua mata mengintip dari balik jendela
memvonisku bersalah
dan begitu memalukan
Bagai seorang remaja
Yang diarak sepanjang kota
Setelah tertangkap basah
Dirundung nafsu dan birahi
di bawah lampu taman kota.
Waktu melamban
Memberi ruang
Untuk menimbang
Bahwa merindukan dunia
Di luar pengasingan
Adalah sebuah kesalahan
Maka Tuhan
Jangkiti aku sekali lagi
Sekali lagi saja
Agar lebih dekat aku
Padamu
Pada doa-doa
Yang tak pernah selesai dirapalkan
2020
Sebuah Puisi yang Ditulis Seorang Penyair Untuk Pacarnya Pada Hari-hari Pengasingan
Aku mencintaimu
Melebihi ketakutanku
Pada rasa sakit dan maut.
Kamar sempit
lampu yang menyala tanggung
dan tak henti-henti berbisik menyebut namamu
Adalah neraka tanpa api di dalamnya
Sebab semua api
Hanya ada pada nyala rindu
membakar hangus tubuhku.
Jangan bersedih, Cintaku
Aku terjangkit
dan jadi begitu dekat dengan Tuhan
Tuhan yang baik
Ia kirimi aku sebentuk bayang-bayang samar
Dari nyala cahaya lampu
Agar aku tak benar-benar sendiri
Tapi ia bukan hawa
Sebab aku bukan adam
yang kesepian oleh dosa sendiri.
kami bercerita banyak hal
tentang apa saja
Tentang maut
Tentang kehidupan setelah mati
Begitu menyenangkan
sekaligus menyedihkan
Sebab esok jika tiba-tiba aku mati
surga yang seluas langit dan bumi
Akan begitu sempit tanpamu.
Maka kuminta padamu
pada hari pemakamanku
datanglah dengan seikat bunga
tanda engkau sedang berduka
agar orang-orang tak bertanya
bahwa memang cintalah
yang menuntunmu pada maut
yang kelak mengantarmu padaku.
2020
Orang-Orang Bebal
Kami orang-orang bebal
Yang memiliki seribu nyawa
menghambur ke jalan raya
ke hadapan maut
menjinjing nasib paling buruk
2020
Terjangkit
Kita yang menjerumuskan diri
dalam ruang penuh udara bau handsanitaizer
Terantuk pada aturan yang katamu
bahasa Tuhan yang harus didengarkan semua orang
langit lapang yang memuntahkan kesedihan di luar jendela
Adalah mata banyak orang
yang ia tangisi dari pertemuan;
sepasang mata ragu-ragu membaca getar rindu
Sementara kita dikutuk jadi pohon tua seribu tahun
yang kaku membawa bahasa sunyi ke atas meja ini.
Kau abai pada lagu-lagu tentang senja
Yang diputar dan selalu gagal menuntunmu
Pada jalan kenangan paling melankolis kita
Minuman yang kau pesan dengan gambar hati di atasnya
menggigil dan tak menguapkan apa-apa
selain hari lalu yang hambar;
jam-jam melelahkan di dalam kamar
seperti suluk para sufi yang tak selesai
tak sampai kepada tuhan dan kebijaksanaan
sebab ia hanya melahirkan seungguk bahasa rindu
yang gagal ditumpahkan di atas meja kesunyian ini.
Seorang barista melempar batuk bertubi
di sudut ruang yang lain
Sambil membetulkan letak kain
penyumpal mulut
penyumpal bahasa takutmu
kau dengar gaungnya dengan sungguh
Seperti mendengar ayat-ayat Tuhan
yang sedang menghakimi dosa semua umat manusia
Aku hapal betul matamu
Di dalamnya aku pernah terperangkap
dan tak sekali pun pernah ingin dikeluarkan.
Mata yang sedang kau kenakan kini
sepasang mata lain yang tak kukenali lagi
sepasang mata yang lihai melihat hari-hari buruk
dalam pengasingan:
ruang sunyi dan pengap,
dinding yang bicara pelan padamu
perihal lalu-lalang bunyi sirene yang mungkin saja akan datang
mengantarmu pada pengasingan yang lain.
Sebuah penyakit bahkan terlalu jauh
mengurusi urusan cinta umat manusia kataku
Kau orang bebal yang berpura-pura kebal soal maut katamu.
Waktu berjalan lamban seperti kurakura tua
memikul seribu tahun perih perjalanan
Adalah labirin yang menyesatkan kita
pada pertemuan yang tak menghasilkan apa-apa
Sebab semua jalan tarantuk pada hutan dan kengerian
Sementara itu sebuah ruang yang lain dalam dirimu
berisik dan berbisik pelan
Soal maut yang mengintai dekat
sedekat darah dan urat nadimu.
Malam jatuh
langit lapang masih mata banyak orang
menumpahkan kesedihan di luar jendela
kau ingin segera pulang
kemudian menjadi seorang sufi yang baik
bertapa dalam hutan kesunyian
di dalam kamar sendiri
sambil membetulkan letak kain
penyumpal mulut
penyumpal bahasa takutmu
kau berlalu dan pergi
kemudian menyerahkan semua kesunyian padaku
yang sejak lama tidak pernah percaya
pada kain yang menyumpali
mulutmu, mulutku dan mulut banyak orang.
sebab sebuah penyakit
yang tak seorang dokter pun tahu
diam-diam menjangkiti
kepalaku, kepalamu dan kepala semua orang.
2020
Menjadi Orang Gila
Jika kau berkenan
beri aku patah hati
Paling menyakitkan
Di muka bumi
Yang tak sanggup
Ditampung
Dada dan kepala manusia
Agar putus segala
Urat dalam diriku
Urat malu
Urat pengharapan
Yang memberat
Mengekang manusia
Dengan segala
norma dan aturan
yang tak baku.
Aku ingin sekali saja
Menjadi orang gila
Menghukum dunia
Di luar diriku
dengan cara
terbahak menertawainya.
Dunia dan seisinya
Pendusta yang baik
Sebuah panggung sandiwara
yang selalu terantuk
pada ujung cerita bahagia
kita pada bangku penonton
terandung cinta bertubi
membohongi diri sendiri
bahawa di luar panggung ini
dunia sedang baik-baik saja.
Sementara itu
hujan jatuh
Di trotoar
Di lapak-lapak
Pedagang kaki lima
Yang tersandung
sakit lambung yang hebat
hujan yang menggelinding
dari ujung kepalanya
dengan lihai menyembunyikan
air mata dan kesedihan.
Dan segeralah cintaku
Beri aku patah hati
paling menyakitkan
yang mampu mengirimiku
sebentuk kekuatan gaib
agar mampu
kubangun dunia baru
seperti tangan-tangan lucu bocah
membangun istana pasir
di tepian pantai landai
kemudian menjadi raja
untuk semua umat manusia
Agar semua orang tahu
bahwa dunia di luar diri orang gila
adalah dunia yang pantas ditertawakan.
2020
Penulis, Dafrika Doni lahir di kajai, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat di beberapa media cetak dan online dan pernah tergabung dalam beberapa antologi bersama. Sekarang bekerja dan tinggal di Pasaman.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post