
HARIMAU DI MULUTMU
Seekor harimau lelap di mulutmu,
Sembari bermimpi,
Terkam hati yang bersedih;
Tatkala kata menjadi beringas,
Dan mencaci segala rupa.
Jari-jari liar,
Yang ikut bermain di papan ketik ponselmu,
Adalah tambur yang bangkitkan harimau dari tidurnya.
Mencabik jiwa yang tak bersalah,
Menebar teror dengan fitnah keji di dunia maya.
Harimau keluar dari sarang; rongga mulut menganga,
Ia berlari dan buas menerjang,
Sakiti dada yang sesak dengan maki,
Menyantap hingga rasanya telah mati.
Kembali pulang ke kandang dengan perut terisi.
Jakarta, 2020
MISTERI LORONG GELAP
Segerombolan gagak bertengger,
Saat malam dingin mendekap angkasa,
Nyalang matanya menyasar pada tubuh,
Yang tergeletak bersimbah darah.
Noda-noda yang tinggalkan jejak,
Di lorong gelap bersama tong-tong sampah,
Dan lalat hijau yang hilir mudik,
Tatap sang jasad terharu; mata terbelalak,
Tinggalkan misteri yang sukar terungkap.
Gaok gagak menggelegar.
Seketika tetes air mata mengalir dari kornea,
Yang telah getas; tiada mimpi, tiada harap.
Raga itu beraroma anyir,
Mengetuk mentari untuk segera hadir,
Dan para manusia lekas menyelidiki.
Jakarta, 2020
DI BANGKU TAMAN YANG BASAH
Di bangku taman yang basah,
Sisa hujan semalam.
Kusimpan segala rindu,
Untuk perjumpaan hari ini.
Di bangku taman yang basah,
Tanah-tanah kering mulai temukan jati diri,
Kembali hadirkan jiwa dengan gairah bersemi.
Memupuk harap serta kembali bermimpi.
Di bangku taman yang basah,
Kutunggu dikau dari waktu ke waktu,
Berbagi sebungkah senyum yang kau tawarkan,
Saat pertama kali kita bertemu.
Jakarta, 2020
TELISIK RUANG SUNYI
Selidiki ruang-ruang sunyi,
Ada kau yang terpasung di tengah sepi.
Gulita meraba wajah yang bersedih.
Lelah memagas hati, yang kini tak bertepi.
Kucoba telisik ruangan itu,
Untuk apa kau ada di sana?
Sedang canda ada di luar,
Yang meski tak selamanya bertahan.
Di bibir setiap insan.
Aku datang untuk bebaskanmu,
Usap air mata dan terbitlah mentari,
Membunuh sunyi.
Dan kini bersiaplah.
Gaduh datang, membuatmu berang.
Jakarta, 2020
HARI-HARI TERBAKAR
Hangus hari-hari kemarin,
Selepas abu berlumur di wajah lesu,
Membakar tubuh layu yang kemarau,
Ringkih dan gugur di antara butir pasir.
Tarian hujan, merapal doa sendu,
Para daun telah membunuh dirinya,
Kala tahu pohon hanya tulang belulang,
Yang akan mati.
Sajak adalah debu,
Kata-kata berhamburan lari,
Cari tempat mengaduh,
Selepas makna tewas dari tubuh penulisnya.
Hujan air mata, jerit bibir ranum,
Gelisah undang tanda tanya di kepala jangar,
Aroma duka memberi salam,
Seperti mentari yang dilumat malam.
Segala berakhir kelam.
Jakarta, 2020.
MENATA RASA
Memetik bulan di matamu,
Meramu cinta di taman gemerlap,
Lampu-lampu; menonton kita yang tertawa.
Bising jalan raya adalah realita yang suguhkan,
Kesibukan tanpa henti, tanpa cinta, tanpa sunyi.
Di sini, semua itu telah mati.
Kau dan aku tak peduli pada jerit klakson,
Yang kerap membabi buta menusuk telinga.
Petik gitar dari musisi jalan,
Sebagai nyanyian pelepas penat,
Dari ruang yang menuntut uang,
Tiada belai kasih sayang.
Di taman, kita lepas air mata,
Memandang jiwa tak rata.
Pulang dengan rasa yang tertata.
Jakarta, 2020
Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Tulisan esainya dimuat di islami.co. terminalmojok.co, tatkala.co, nyimpang.com, dan nusantaranews.co. Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Puisinya juga dimuat di media seperti kawaca.com, catatanpringadi.com, apajake.id, mbludus.com, kamianakpantai.com, literasikalbar, Majalah Kuntum, Radar Cirebon, dan Harian Bhirawa. Penulis buku antologi puisi tunggal Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam. Salah satu penyair terpilih dalam “Sayembara Manuskrip Puisi: Siapakah Jakarta”. E-Mail: [email protected], Instagram: @ardhigidaw, FB: Ardhi Ridwansyah, No WA: 089654580329.
- Cerpen Kurnia Gusti Sawiji | Senja di Kampung Jam Pasir - 9 Februari 2025
- Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Rwanda Pasca 1994 - 8 Februari 2025
- DENGUNG TANAH GOYAH KARYA IYUT FITRA: TENTANG NEGARA, LINGKUNGAN, DAN KEBIJAKSANAAN NUSANTARA - 3 Februari 2025
Discussion about this post