Di ruang ini, waktu mendengkur; gelap mengental. Kata-kata terlelap dan mimpinya: jejak hujan yang seresah usia.
Anugerah Gio Pratama, Waktu Mendengkur
Batu
Ada batu
yang tergeletak
di tengah jalan. Pasrah.
Hanya mampu pasrah. Hanya menanti
seorang anak kecil menendangnya
ke pinggir kali.
Atau kalau nasibnya sedang tidak baik
ia akan dilindas oleh ban truk yang besar.
Lalu hancur berkeping-keping
atau terpelanting jauh
ke arah entah.
Ada batu yang tenggelam di dalam air.
Ia buta, dan bisu, dan tuli, dan lumpuh.
Ia tenggelam. Ikan-ikan menyaksikan
kelemahan batu itu tapi mereka tak peduli.
Apa untungnya peduli pada batu?
Ada sebongkah batu, kecil dan keras.
Ia kini berdiam lama
di hatimu.
Seribu Kopi
Seribu kopi yang tersaji
tak sanggup tampung
pahit hidupku
hari ini.
Sepanjang Januari
Sepanjang Januari,
angin dan cahaya retak.
Pada kelopak bunga itu,
tahun-tahun yang resah
memanggil namaku.
Di Antara Kita
Di antara kita,
ada diam yang kelabu.
Setiap waktu
adalah pekerjaan
yang penuh dengan kebohongan.
Kita adalah warna yang berbeda
tapi kecemasan kita
selalu saja sama.
Waktu Mendengkur
Di ruang ini,
waktu mendengkur;
gelap mengental.
Kata-kata terlelap
dan mimpinya: jejak hujan
yang seresah usia.
Kau dan Waktu
Kau dan waktu
selalu berdebat.
Kau mengasah pisau cahaya
dan waktu mengasuh
kerisauanmu.
Waktu tak pernah menang.
Namun kau selalu kalah
menggenggam kehidupan.
Tentang Penulis
Anugrah Gio Pratama lahir di Lamongan, 22 Juni 1999. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Puisi-puisinya termuat di beberapa media massa dan antologi bersama. Karyanya yang telah terbit berjudul Puisi yang Remuk Berkeping-keping (2019, Interlude). Menyukai kucing dan membenci pertikaian. Dapat dijumpai dalam akun Instagram: @anugrah_gio_pratama.
Nomor Ponsel: 081513650233
Discussion about this post