• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Minggu, Mei 11, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Puisi-puisi Alfarizi Andrianaldi | Mustika (3)

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
11 Maret 2023
in Sastra, Puisi
1.2k 51
0
Home Sastra
BagikanBagikanBagikanBagikan

Paus

Jangan lagi kau tanyakan padaku tentang bahan-bahan pembuatan puisi itu! Kau telah menyantapnya bukan? Aku lupa memberitahumu bahwa sebelum kau menyantapnya dengan lahap, tambahkanlah sedikit bumbu kepekaan agar  terasa lebih nikmat saat kau menyantapnya. Maafkan aku.

Akan kubawakan segelas pengharapanku, kutuangkan pada sepiring kesia-sian. Kau menginjak tubuhku, lalu kau tanyakan perihal daging yang kugunakan untuk puisiku itu.


“Daging binatang apa yang kau yang kau gunakan untuk menuliskan puisimu?”
“Sepotong daging paus yang kesepian”
“Kenapa kau tega memasaknya?”
“Biarkanlah ia mati, bercengkrama dengan para tokoh puisiku yang berkisah tentangku, aku tak sanggup melihatnya memikul sepi di kedalaman samudera”
Aku bergerak ke dapur, menuangkan segelas air putih untuk menenangkan anjing yang menggonggong tak henti-hentinya di jantungku. Kau menengokku, cukup lama, mendekatiku, menjatuhkan senyuman, menamparku puluhan kali hinggaku sadar dari mabukku.

2023


Patung

Aku terperangkap di dalam sebuah patung. Aku menginginkan retak. Aku ingin sekali membenturkan kepalaku, sebab katamu keras kepalaku lebih keras dari sebuah patung.


Tupai mengangguk mengisyaratkan bahwa kau telah letih menjala aku. Kau berenang sejenak. Ikan-ikan berenang memutarimu, salah satu dari mereka menenangkanmu, mengajakmu ke bagian sungai terdalam, kau mengiyakan. Kau ditemukan terkapar setelah itu.


Bulan enggan memagi, ia memagar diri. Malam berlarian cukup lelah, keringatnya berjatuhan membentuk sebuah danau, kau berkaca di wajahnya yang muram. Tanpa kau sadari ia menamparmu, pipimu memerah. Cobalah berkaca! Mata seekor ikan menatapmu.


Tubuhku akhirnya tumbuh lumut. Untung saja engkau  datang,  kau datang dalam keadaan setengah sadar, tubuhmu diangkut seekor ikan sapu-sapu, Ia membantumu tuk menjilati kulitku.
Kau perlu palu! Kau perlu palu! Kau perlu palu! Aku keliru, kau perlu seperangkat alat pahat untuk merevisi bentuk patungku dan bukan menghancurkanku. Jadilah pematung!


Kau menggotongku ke sebuah bukit. Namun kau tak sanggup menggotongku hingga engkau jatuh  berkali-kali dan pada akhirnya kau mengakhiri usahamu.  Kau dan aku tergeletak di kaki bukit. Sebab keletihan kau memproyeksikan Malin tengah menertawakanku yang mematung tanpa sebab.


Tapi, Ingin rasanya ku terus-menerus menangis agar terkikis batu yang membalut tubuhku. Retak, kemudian pecah, lalu lumpuh di pelukanmu.


2023


Piringan Hitam

Akan kubaca isi piringan hitammu itu. Walau gelap rupanya, butaku saat mendengarkannya, ia tetap saja berputar-putar di kepalaku. Mendansakan ankleku.
Sudah larut malam rupanya, aku juga telah larut di dalam alur bacaanku, ankleku lemas. Aku terjatuh, disambut olehmu dengan ucapan selamat tinggal.

Aku mendengarkan lagu paling menyedihkan di halaman terakhirmu, aku menjelma menjadi ilustrasi seorang bocah berwajah bahagia pada sampulmu. Aku menceritakan kisahku pada ibuku, ibuku tersenyum dan memberikanku sebuah piringan hitam yang ia temukan di lemariku, aku memutarmu kembali.

2023


Kolesterol

Kau terbuat dari apa? Sumsum tulang sapi? Sumsum tulang kambing? Tiba-tiba saja kepalaku pusing. Kau kembali mengingat sarang tempua di tubuhnya. Hangat? Katamu sarangnya terletak di ketinggian. Bukannya kau takut dengan ketinggian? Akhirnya kutahu apa yang menyebabkanmu pergi meninggalkannya lalu mengunjungi semak tempatku bertapa. Kau adalah kolesterol!

Kau tahu, seekor anjing penjagaku akan marah jika semakku ditebas oleh seseorang selain diriku. Kau harus berjaga-jaga, jaga kedua kakimu dari gigitanya. Tapi kau tenang saja rasa sakit yang akan kau terima sama dengan apa yang kurasa, tanyakanlah pada obat yang kutelan!


2023


Tempua

seekor tempua menenun sarang di mulutku. ia dibantu seekor tempua betina. mereka bercinta, mematuk gusiku, menelurkan sakit sepanjang malam.
mulutku dipenuhi sarang yang terbuat dari ilalang. nafas sepasang tempua menjadi sesak, bukan karena tengah bercinta, namun karena sakit yang kuderita.
tempua jantan marah kepadaku, sarangnya kubuat kacau balau. aku gelisah, gemuruh jadi bantal tidurku. pohon tumbang, menimpa aku.


tempua betina berpasrah diri, tenunan sang kekasih kukunyah hingga tak bersisa. ia berkicau, tersendu-sendu, meminta peluk tuk tenangkan dirinya.
malam telah berpulang, pagi menyambutku. kantuk memukuli mata, mata tak melawan. bahkan ia menyembahnya, mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya.


jam dinding jatuh berdentang. terdengar parau mencicit. pening di kantong mata. matahari sejengkal di atas kepala. kuterbangun. sepasang tempua itu kembali bercinta, mereka tak hiraukan sakitku.


2023


Mustika (3)

Aku takut jika kau merasa kesakitan sebab puisi yang kurakit meledak di jantungmu, aku juga takut jika pada akhirnya kau putuskan untuk pergi tinggalkan daerah teritoriku sebab itu.
Segeralah kau sumpahi diriku, agar tubuhku membatu, menjadi tokoh paling durhaka di dalam dongeng yang akan kau bacakan kepada hantumu sebagai pengantar tidur.


Jika pada akhirnya tubuhku masih tetap membatu dan kau tak mencabut sumpahmu terhadapku, aku tak akan mengubah kesaksianku yang kupegang teguh sedari dulu, bahwa tiada perempuan yang kudamba selain engkau.

2022


Alfarizi Andrianaldi Lahir di Teluk Kuantan 30 Oktober 2002. Saat ini sedang aktif menempuh pendidikan tinggi jurusan Sastra Indonesia di Univertas Bung Hatta, Kota Padang.  Puisinya dimuat omong-omong.com, ruangjaga.com, gudangperspektif.com. Temui orangnya melalui akun Instagram, @bin.adia



  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Syekh Yahya Al Khalidi, Mursyid Tareqat Naqsabandiyah Al Khalidiyah dari Nagari Panjua Anak (1857 – 1943) - 11 Mei 2025
  • DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN PEKAN NAN TUMPAH SERI KEEMPAT USAI DIGELAR - 10 Mei 2025
  • Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua - 29 April 2025
Tags: CerpenEsaiMarewaipuisiSastra

Related Posts

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Cerpen – Cengir | Gagah Pranaja Sirat

Oleh Redaksi Marewai
12 April 2025

Cengir KETIKA kami pastikan bahwa Cengir benar-benar telah meninggalkan kami: rumahnya kosong. Sebatang rokok dan korek api masih terpancang...

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Cerpen Konvoi Kantuik | Asrul Zulmi

Oleh Redaksi Marewai
12 Maret 2025

Bu Ningsih sedari tadi berusaha sekuat tenaga agar kelopak matanya yang berkeriput itu tidak terpejam lebih dari lima detik....

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Cerpen UMANAIK | S&J PRODUKSI

Oleh Redaksi Marewai
7 Maret 2025

S&J PRODUKSI             Tulisan-tulisan dengan nama dan identitas singkat pengenal lainnya, terpampang di batu-batu dengan corak ciri khas arab....

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R

Oleh Redaksi Marewai
22 Februari 2025

Pergantian Tahun bagi Yang Tak Kekal dan Harum : R Pintu terkuak, dari mulutnya kau muncul tiba-tibaBertelimpuh kian rapuh,...

Next Post
Balimau: Momen Kawula Muda atau Tradisi Sarat Nilai Filosofi

Balimau: Momen Kawula Muda atau Tradisi Sarat Nilai Filosofi

Cerpen Putri Oktaviani | Bisikan Rumah Handoko

Cerpen Putri Oktaviani | Bisikan Rumah Handoko

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In