Bagi masyarakat Minangkabau tradisi balimau sudah tidak asing lagi. Tradisi yang dilakukan sehari sebelum masuk bulan suci ramadan ini menurut banyak sumber menjadi sebuah tradisi warisan leluhur. Namun semakin berkembangnya zaman, tradisi ini juga kehilangan nilan-nilai filosofis dalamnya. Dalam sejarahnya, tradisi Balimau atau mandi di sungai menggunakan jeruk membersihan diri menjelang Ramadhan memiliki alasan yang logis, karena ketika itu belum ada sabun untuk mandi.
Tradisi Balimau benar-benar untuk membersihkan diri, sebelum memasuki bulan Puasa. Hanya saja pada masa sekarang, momen yang seharusnya khusuk menyambut bulan suci ramadan menjadi makna yang berbeda. Balimau tak ayal mejadi ajang bondong-bondong, hillirmudik sekedar main-main ke tempat wisata yang disertai pula dengan berpasangan-pasangan. Kerja muda-mudi yang kadang bikin geleng-geleng.
Dulu membaca atau berniat mandi Balimau dan meluruskan hati, semata-mata untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa memasuki bulan puasa. Mengguyurkan air yang sudah dicampur dengan jeruk nipis, rempah-rempah dan ramuan bunga ke sekujur badan. Menggosok seluruh bagian badan hingga dirasa sampai bersih. Manfaat mandi Balimau menjadi salah satu wujud syukur kepada Allah SWT, karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa menjalani ibadah puasa Ramadan. Tentu banyak nilai-nilai filosofi yang dapat diambil positif dalam tradisi balimau ini, salah satunya menjadi ajang kumpul bersama keluarga.
Tetapi zaman terus melaju tak terbantahkan, nilai-nilai filosofi tersebut tak lagi nampak nyata. Bagaimana tidak, momen yang seharusnya dilakukan dengan khusuk untuk menyambut bulan suci ramadan tinggal ramai-ramai tak jelas sepanjang jalan. Akibatnya menggangu pengguna jalan lainnya. Mirisnya, ini nampak tak terbendung. Apalagi muda-mudi yang begitu menikmati jiwa kawulanya. Nyaris tak terbantahkan, begitu terang-terangannya mereka melakukan kegiatan bersama-sama layaknya telah dapat restu. Mantap.
- Aku, Kampungku dan Film India: Momen yang Utuh dalam Ingatan | Arif Purnama Putra - 8 Juni 2024
- Pameran Poto Fatris MF Bertajuk “Di Bawah Kuasa Naga”: Melihat Potret Komodo dan Kemurungan lainnya - 25 April 2024
- Festival Qasidah Rabbana: Menyaru Masa Kanak-kanak di Sungai Liku Ranah Pesisir - 15 April 2024
Discussion about this post