
Padang, Marewai– Minangkabau memiliki banyak kesenian, salah satu kesenian tersebut ialah gambang. Gambang merupakan kesenian tranmigrasi di kota Padang. Kesenian ini dimiliki oleh masyarakat Tionghoa di kampung Pondok kota Padang Sumatra Barat. Kesenian gambang lahir karena perpaduan dengan berbagai kebudayaan di luar Minangkabau yakni pengaruh kebudayaan Tionghoa yang ada di kota Padang (Rizdki, 2017). Dahulunya, pada masa pemerintahan presiden Soeharto tahun 1971, kesenian gambang sempat diberhentikan. Namun, ketika masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kesenian gambang dihidupkan kembali.
Bactiar, selaku generasi keempat penerus kesenian gambang di kampung Pondok kota Padang, mengatakan, gambang adalah salah satu alat kesenian musik yang berasal dari Betawi dengan memadukan alat musik gamelan dan alat musik dari Tionghoa. Namun, pada dasarnya, gambang merupakan alat musik dari Cina. Lalu, disebarluaskan ke daerah-daerah lain. Salah satunya terdapat di Kota Padang.
Alat musik gambang terbuat dari kayu khusus yang berasal dari Cina. Kemudian, alat musik ini memiliki 18 keping kayu yang berukuran panjang dan pendek. Tiap-tiap keping kayu memiliki tingkatan nada, mulai dari nada tinggi, nada sedang, dan nada rendah. Bactiar juga mengatakan bahwa kesenian gambang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1930. Kesenian ini hanya disajikan pada hari-hari tertentu saja seperti hari Imleks, perayaan Cap Go Meh, hari Kemerdekaan Republik Indonesia, hari ibadah Cina, dan hari pernikahan.
Musik dalam kesenian gambang ialah berupa nyanyi-nyanyian yang dimainkan 10 orang pemain. Ada sebagai penyanyi dan ada juga sebagai penari. Para pemain tidak hanya berasal dari kalangan orang Tionghoa, tetapi juga boleh dimainkan semua kalangan masyarakat, baik itu masyarakat Minang, Jawa, dan maupun masyarakat lainnya.
Sementara itu, kostum yang digunakan pemain pada umumnya sama. Artinya, kostum pemain tidak dibeda-bedakan antara etnis satu dengan etnis lain. Ciri khas yang menonjol bagi pemain musik dan penyanyi gambang yaitu memadukan alat musik gamelan dan alat musik Tionghoa seperti sukong, tehyan, dan kongahyan.
Tujuan dan fungsi utama kesenian gambang hanyalah untuk hiburan semata bagi tuan rumah dan para tamu yang hadir dalam acara, perayaan, dan pesta tertentu. Dalam kesenian gambang tidak ada hal-hal yang berkaitan dengan unsur kepercayaan.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai kesenian gambang di kampung Pondok Kota Padang. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terima kasih.
Sumber: Wawancara dengan Bapak Bactiar selaku generasi penerus kesenian gambang di kampung Pondok Kota Padang.

Yori Leo Saputra adalah pria kelahiran 03 Agustus 1999, di Pale Koto VIII Hilir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Penulis antologi puisi Tangis di Rantau bersama David Dutu. Blogger: jurnalismuda03.blogspot.com dan WhatApps:085265782680.
- Cerpen Kurnia Gusti Sawiji | Senja di Kampung Jam Pasir - 9 Februari 2025
- Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Rwanda Pasca 1994 - 8 Februari 2025
- DENGUNG TANAH GOYAH KARYA IYUT FITRA: TENTANG NEGARA, LINGKUNGAN, DAN KEBIJAKSANAAN NUSANTARA - 3 Februari 2025
Discussion about this post