Dalam adat Minangkabau seorang “penghulu” diibaratkan laksana “kayu rindang di tangah koto — ureknyo tampek baselo — batangnyo tempek basanda — dahannyo tampek bagantuang — daunyo perak asuaso — bungonyo ambiak kasuntiang — buahnyo buliah dimakan; tampek bataduah katiko hujan — tampek balinduang katiko paneh”. Kemudian, ada juga pepatah yang mengatakan bahwa “penghulu” adalah “pai tampek batanyo — pulang tampek barito — manyalasaikan nan kusuik — manjaniahkan nan karuah”. Secara bahasa, kata penghulu berasal dari dua kata, yaitu kata peng dan hulu. Kata peng mengandung arti pemegang dan bersifat kebendaan, sedangkan hulu adalah tangkai atau pangkal. Jadi, dapat diartikan bahwa penghulu adalah orang yang memimpin adat atau sebagai kepala adat.
Menurut Edison dan Dt. Sungut dalam Tambo Minangkabau Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau, penghulu adalah orang pemegang hulu, atau pangkal dari segala-galanya. Dari definisi tersebut tampak jelas bahwa seorang penghulu ialah sebagai pemegang kekuasaan, sebagai pemimpin yang harus menjadi contoh dan panutan yang baik dalam keluarga, kaum, dan negeri.Selain pemegang kekuasaan, penghulu juga menjadi sumber perdamaian, kesejahteraan, dan pelopor dalam segala pembangunan.
Penghulu merupakan hulu dari pergerakan kemajuan dalam kaum dan juga menjadi hulu dalam nagari untuk beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Pantang bagi seorang penghulu menjadi: Tungkek nan membawa rabah, Pasak nan mambuek lungga. Meskipun seorang penghulu mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam kaumnya, hal ini bukan berarti seorang penghulu memiliki kekuasaan yang sewenang-wenang saja. Namun, ada beberapa pantangan yang harus dimiliki oleh penghulu, yaitu sebagai berikut:
1. Salah satu sifat rasul yang dimiliki oleh penghulu adalah siddiq dan tabligh. Siddiq berarti jujur atau berkata benar, sedangkan tabligh adalah menyampaikan. Kedua sifat ini wajib dimiliki oleh penghulu. Seorang penghulu tidak boleh lari dari kebenaran (jauh dari tindakan yang benar) dan tidak pelit terhadap ilmu pengetahuan yang dimiliki.
2. Marah adalah pantangan bagi penghulu. Khusunya, dalam kerapatan seorang penghulu tidak boleh memerahkan muka dan berkata kasar kepada pendengar, apalagi sampai menyinggung perasaan pendengar.
3. Penghulu pantang merubah lahir dan batin, mengandung dendam dan kesumat, menggunting dalam lipatan, dan tidak malu menahan jerat di muka pintu.Penghulu tidak boleh menghardik, melainkan harus bersikap lembut dan tenang, serta manis dalam bertegur-sapa.
4. Penghulu pantang memakai cabul, pantang mengganggu istri orang, dan tidak berpikiran kotor.
5. Penghulu tidak boleh menyinsingkan lengan baju, karena dianggap tidak sopan. 6. Penghulu harus senantiasa berpakaian sopan, karena penghulu adalah contoh teladan yang baik bagi anak kemenakan dalam adat.
7. Penghulu tidak boleh berdusta (omong besar), tidak sombong, dan tidak tekabur dalam hati.
8. Berlari, menjunjung, dan memanjat merupakan pantangan bagi penghulu, tujuannya untuk menjaga marwah dan kehormatan penghulu.
Nah, itulah beberapa pantangan yang harus dimiliki oleh penghulu. Tentunya patangan ini merupakan hal penting yang harus diketahui bagi masyarakat Minangkabau, terutama bagi penghulu. Semoga tulisan ini bermanfaat dan mencerahkan.
Sumber:
Edison, Marajo Sungut. 2010. Tambo Minangkabau Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Media.
Manggis, M. Rasjid. 1985. Sejarah Ringkas Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Mitiara Offset.
Yori Leo Saputra merupakan seorang pria kelahiran 03 Agustus 1999 di Pale Koto VIII Hilir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Saat ini, Ia sedang menempuh pendidikan S-1 di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang. Tulisan-tulisannya sudah pernah dimuat di berbagai media, baik itu media massa ataupun media siber seperti, Utusan Borneo Malaysia, Medan Pos, Singgalang, Cakra Bangsa, Scientia.id, Banaranmedia.com, Marewai.com, dan jurnalsumbar.com. Ia juga pernah melahirkan sebuah buku antologi puisi bersama David Dutu yang berjudul Tangis di Rantau. Medsos: Blogger: jurnalismuda03.blogspot.com dan WhatApps:085265782680.
— Marewai.com
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post