Marewai
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
  • Login
  • Daftar
  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito
No Result
View All Result
Marewai
No Result
View All Result
Home Budaya

Melihat Ulang Sejarah Batang Kuantan: Sebuah Refleksi dan Rekonstruksi Sejarah | Arif Purnama Putra

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
24 November 2022
in Budaya, Esai
3.4k 180
0
BagikanBagikanBagikanBagikan

Bila mengingat Batang Kuantan, pikiranku langsung terlintas sebuah anekdot orang-orang tentang Melayu, hidup adalah sebuah kesenangan yang tak terhingga jika minum kopi dan menjadi juru bicara di lepau terlengkapi. Bekerja adalah aktivitas leha-leha.


Sebagaimana yang banyak dicatat para peneliti tentang Batang Kuantan dan sehilirannya, sungai ini berhulu di Danau Singkarak kemudian meliputi banyak sungai-sungai yang ada di antara Sumatra Barat, Jambi dan Riau. Sungai yang hilirannya ke Batang Kuantan langsung berhadapan dengan Selat Malaka yang juga disebut sebagai jalur para ekspedisi, dulunya sebagai jalur Pantai Timur. Di Negara bekas jajahan ini pula banyak rombongan ekspedisi mati sia-sia; hanya meninggalkan sejarah mengenaskan. Setidaknya ada dua versi yang mencatat sejarah panjang Batang Kuantan dari masa ke masa, mulai dari versi catatan perjalanan/Tambo dan versi para peneliti.


Perjalanan rombongan ekspedisi dari eropa pertama melalui Batang Ombilin untuk mencari tau kekayaan alam yang ada di sana, yaitu ‘emas hitam’. Keberadaan sumber daya alam itu hampir tersebar di seluruh aliran Batang Ombilin. Tanggal 26 Mei 1867 seorang geolog bernama W.H de Greve berkebangsaan Belanda diutus untuk meneliti kandungan mineral yang ada di Ombilin. Semasa itu Indonesia masih dikenal dengan Hindia Belanda. Penemuannya tentang kandungan mineral yang ada di Ombilin akhirnya terpublikasi tahun 1871 dengan judul Het Ombilien-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het Transportstelsel op Sumatra’s Weskust (‘s Gravenhage: Algemeene Landsdrukkerij). Dalam temuannya tersebut, De Greve juga sudah memikirkan moda transportasi yang akan digunakan melalui jalur Batang Kuantan, namun naas, peneliti muda itu berakhir tragis karena kurangnya perhitungan dan pengetahuan tentang arus Batang Kuantan yang deras serta besarnya sungai.


Berbeda dengan perjalanan seorang Cina dalam buku karya I Tsing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “momoir” dan Record, I Tsing mengisahkan perjalanannya dari Cina ke anak benua India dan kembali dari anak benua India langsung ke Cina. Setelah ia selesai belajar agama di Sriwijaya dalam perjalanan menuju India, I Tsing kemudian singgah pula di Bandar Melayu yang dalam Tambo Silsilah Rajo-rajo Minangkabau dan Tambo Bungka Nan Piawai menyebutkan Bandar Melayu adalah Kualo Batang Hari. Di sanalah I Tsing menetap selama 2 bulan. Semasa itu di Kuala Batang Hari berkedudukan seorang raja di Malayu Tapi Aie yang berada di daerah Jambi dengan gelar kebesaran rajanya Datuak Rajo Malayu/Datuak Rajo Malayu Tapi Aie.


Batang sungai yang sehiliran ini mencatat banyak sejarah penting dari masa ke masa, De Greve abad ke-18 sedangkan perjalanan I Tsing di abad ke-7. Secara tidak langsung menjelaskan bagaimana pentingnya jalur tersebut sejak lama, bukan hanya semata tentang perjalanan rombongan ekspedisi bangsa Eropa semata, lebih dari itu adalah perjalanan spiritual yang sarat dengan nilai-nilai rohani.

foto: dari pesbuk @romansaisuak

Sungai-sungai sejak dahulu telah menjadi akses utama perjalanan, baik berdagang, perang dan perjalanan mencari ilmu. Sejarah-sejarah tersebut layak menjadi suatu bukti warisan peradaban di suatu daerah, sebab jati diri sebuah bangsa dapat dilihat dari seberapa pedulinya mereka terhadap warisan budayanya. Batang Kuantan sebagaimana yang banyak dicatat para peneliti ataupun sejarawan adalah akses ke lumbung kekayaan alam. Di mana di tempat ini juga pernah direncanakan jalur kereta api jalur Sawahlunto-Riau, guna memuluskan moda transportasi perdagangan dan pertambangan. Namun tinggal jejak berlumut dan angan yang tak sampai. Bila bicara Batang Kuantan, pastilah tak lepas dari banyaknya persinggahan peradaban di sana. Perjalanan-perjalanan sarat makna kehidupan dan kekuasaan.

Namun bukankah masa lampau adalah suatu peristiwa yang patut diingat dan diwariskan? Batang Kuantan pantas mendapatkan perhatian itu; wisata ataupun warisan budaya. Tinggal bagaimana memolesnya menjadi sebuah wilayah yang layak dikunjungi sebagai tujuan wisata ataupun cagar budaya. Tapi, apa yang belum lansai dari Batang Kuantan, sehingga patut menimbang dan melihat kembali sejarahnya?

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah sebuah Komunitas Budaya yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebagai media alternatif untuk para penulis.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini” - 18 September 2023
  • Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar | Siregar - 16 September 2023
  • Cerpen Hasbunallah Haris | KKN Konciang - 9 September 2023
Tags: BudayaEsaiLomba

Related Posts

Pelesiran: Mitologi Dewa Babi dan Keberhasilan Masyarakat Tradisional | Arif Purnama Putra

Oleh Arif P. Putra
20 September 2023

Negara Indonesia dengan banyak upaya konyolnya menjadikan kebudayaan sebagai sektor wisata, kerap lupa bahwa ia adalah salah satu negara...

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Festival Tanah Ombak: Pelatihan Sastra Anak “Melatih Nalar Sejak Dini”

Oleh Redaksi Marewai
18 September 2023

Padang, Marewai - Senin, 18 September 2023 digelarnya Forum Diskusi pelatihan sastra anak di tanah ombak merupakan salah satu...

Cerpen Gilang Kurniadi | Mengusut Tuntas dan Bergerilya

Cerpen Gilang Kurniadi | Mengusut Tuntas dan Bergerilya

Oleh Redaksi Marewai
23 Mei 2023

Langkahnya tertatih tangisnya semakin lirih ketika mentari berdiri kokoh tepat menghujani ubun-ubunnya. Huwaida melangkah pelan menuju gubuk persembunyiannya di...

SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)”

SELAMI OBSESI DAN KEGELISAHAN: CROUD RILIS DEMO MMXXIII Berisi “HUN’S ADDICTION // SOMEHOW (EVENTUALLY)”

Oleh Arif P. Putra
1 Mei 2023

SURABAYA, CROUD - Tahun 2021 telah Croud warnai dengan merilis debut single bertajuk “Soramai”. Animo tinggi atas single pertamanya...

Next Post
Puisi-puisi M.Z. Billal | Perempuan Pohon-Pohon

Puisi-puisi M.Z. Billal | Perempuan Pohon-Pohon

INI KATA KADIS PARIWISATA SUMBAR SOAL FESTIVAL PESONA TARAM

INI KATA KADIS PARIWISATA SUMBAR SOAL FESTIVAL PESONA TARAM

Discussion about this post

Marewai

ikuti kami:

© 2023 marewai.com – Komunitas Serikat Budaya Marewai

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2023 Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In