Sibolga, Marewai– Kembangkan Kampung Wisata Kelurahan Pasar Belakang, Perkumpulan HIDORA melakukan FoodTesting di Salah Satu Rumah Warga
Demi mewujudkan Kelurahan Pasar Belakang menjadi percontohan kampung wisata di Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara, Kamis (01/07/2021), Perkumpulan Hiduplah Indonesia Raya (HIDORA), melakukan food testing kuliner khas masyarakat Kota Sibolga yang akan dikembangkan sebagai salah satu potensi pariwisata andalan di Kota Sibolga. Keunikan kuliner di Kota Sibolga tidak akan dijumpai di kota-kota atau kabupaten lainnya karena kuliner masyarakat Sibolga merupakan perpaduan makanan khas dari berbagai suku di Kota Sibolga yaitu Batak Toba, Mandailing, Minang, Pesisir, Bugis, dan Jawa serta pengaruh dari India. Kegiatan tersebut sejalan dengan program Walikota Sibolga, H. Jamaluddin Pohan, untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kota Sibolga dengan tujuan sebagai pembangkit ekonomi daerah, serta bagi pemerintah menjadi sumber baru peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan meningkatkan ekonomi kesejahteraan masyarakat Kota Sibolga dengan memajukan mengembangkan produk-produk unggulan UMKM bahkan juga menjadi sumber pendapatan devisa bagi negara.
Kegiatan food testing di rumah warga Kelurahan Pasar Belakang ini menghadirkan kuliner khas Sibolga, antara lain Panggang Geleng, Palai Bada, Ikan Marang, Bika Bakar, Gulai Hiu, serabi, dan durian lumut, yang diolah dan disajikan oleh warga setempat. Kegiatan food testing ini juga dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sibolga-Tapanuli Tengah, H. Abdul Rahman Sibuea, dan Lurah Pasar Belakang, Herlinda Tanjung, S.AP.,MM, bersama Kepala Lingkungan Kelurahan Pasar Belakang. Setelah kegiatan food testing, acara dilanjutkan dengan pengambilan video testimoni kepada Ketua KADIN dan Lurah Pasar Belakang yang berisi tentang kesan seolah yang hadir pada kegiatan food testing sebagai tamu wisata dan harapan untuk kampung wisata Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga.
Kampung Wisata
Kampung wisata yang akan dikembangkan di Kelurahan Pasar Belakang merupakan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan amenitas, yang dikelola oleh masyarakat, atau yang dikenal dengan sebutan community based tourism. Pengunjungakan beraktivitas wisata dengandaya tarik wisata berupa berbagai potensi alam dan budaya setempat, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan keseharian masyarakat lokal Kelurahan Pasar Belakang.
Pengembangan kampung wisata di Kelurahan Pasar Belakang merupakan upaya penting sebagai salah satu solusi terhadap beragam permasalahan yang ada di masyarakat, yang meliputi masalah lingkungan hidup, dan problem sosial-budaya serta ekonomi masyarakat. Untuk merencanakan pengembangan pariwisata di Kelurahan Pasar Belakang, Walikota Sibolga menggandeng Perkumpulan Hiduplah Indonesia Raya (HIDORA), konsultan pariwisata dari Banyuwangi, Jawa Timur, yang telah banyak mengembangkan model pariwisata berbasis masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam berbagai program pengembangan pariwisata daerah,baik di Kota Sibolga maupun di kota atau kabupaten lainnya di Sumatera Utara, Perkumpulan HIDORA bekerjasama dan bersinergi dengan Komite Kerja Optimalisasi Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Desa/Kelurahan Sumatera Utara, sebuah kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Provinsi Sumatera Utara, APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Wilayah Sumatera Utara, dan Komite Advokasi Daerah (KAD) Anti Korupsi Sumatera Utara.
Gambaran konsep yang diusung di kampung wisata Pasar Belakang adalah pengembangan area jalan jalur akses warga berupa jembatan yang berada di atas air, termasuk Jembatan Lingkar Serasih (Jembatan Kuning), sebagai jalur wisata. Selain itu akan dikembangkan pula berbagai atraksi wisata dan aneka wisata kuliner khas pesisir Sibolga, yang akan dikelola oleh warga Kelurahan Pasar Belakang.
Makan Bajanang
Proses food testing yang dilakukan Perkumpulan HIDORA di rumah Ajo Koto, warga Kelurahan Pasar Belakang, merupakan bentuk simulasi dari tradisi makan bajanang, yaitu sebuah upacara makan bersama yang biasa dilakukan di acara-acara besar pada budaya adat pesisir, misalnya pada acara pernikahan. Janang adalah sebutan bagi penyaji makanan pada budaya adat pesisir Sibolga.
Pada prosesi makan bajanang, Janang akan menghidang makanan secara bertahap, mulai dari minuman, nasi, gulai, lauk, makanan pencuci mulut, dan diakhiri dengan sajian nasi tambah. Janang akan memulai menyajikan makanan kepada orang yang paling dihormati atau yang paling tinggi pangkatnya, dan dianggap mewakili raja, baru kemudian menyuguhkan sajian kepada tamu-tamu yang lain. Filosofinya di masa lampau, makan bajanang merupakan prosesi makan bersama raja-raja Sibolga. Budaya makan bajanang ini juga dapat dikembangkan sebagai potensi atraksi wisata kuliner,berikut tradisinya, yang menjadi keunikan dan ke-khas-an di kampung wisata Pasar Belakang.
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post