• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Rabu, Oktober 15, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Contemporary Dance Bailau: Ritual Kemalangan dan Sebuah Tradisi Seni Pertunjukan | Rahayu Nengsih

Redaksi Marewai Oleh Redaksi Marewai
12 Oktober 2020
in Budaya
2.1k 88
0
Home Budaya
BagikanBagikanBagikanBagikan

Berawal dari saya (penulis) koreografer dalam karya ini yang ingin mengangkat budaya yang ada di Sumbar, yang sudah lama dan jarang didengar. Dan mungkin dikalangan anak-anak sekarang banyak yang tidak tau bahwa kesenian ini atau ritual ini ada di daerah kita.

Berangkat dari kota Padang menuju daerah Kabupaten Solok di nagari Selayo, Kecamatan Kubung, bersama tim kita berangkat menuju salah satu narasumber yang mengetahui sejarah awal dari ritual Bailau ini. Beliau biasa dipanggil “bude”. Banyak pertanyaan yang saya dan tim lontarkan mengenai ritual Bailau ini, karena kami takut sembarangan mengangkat budaya dan salah mengartikan sejarahnya, nantinya akan diartikan atau ditampilkan dalam sebuah gerakan tari.

Tari “Bailau” berasal dari kata Ilau (ba-ilau/ ber-ilau/ melakukan-ilau). Konsep tarian ini merupakan sebuah ritual tradisi dari adat Minangkabau yang digarap dalam bentuk seni pertunjukan. Tarian ini merupakan sebuah ritual tradisi untuk meratapi kematian seorang anak. Tarian “Bailau” dulunya dijadikan ritual adat kematian yang terjadi di Nagari ini. Tepatnya berlokasi di Nagari Selayo, Kecamatan Kubung, Sumatra Barat. Tarian “Bailau” ini diselenggarakan jika anak dari sebuah keluarga meninggal dunia diperantauan (rantau) dan jenazah tersebut tidak bisa dikebumikan di kampung halamannya, maka dibuatlah ritual tradisi ini yang bertujuan untuk mengenang arwah sang anak.

Poto: Rahayu Nengsih

Menurutnya, “Ilau, hal ini dilakukan karena dulu susahnya alat transportasi dan keterbatasan yang terjadi sehingga jenazah tersebut susah dikembalikan/dipulangkan ke kampung halaman”. Dari kejadian seperti itulah membuat warga di Nagari Salayo mengadakan sebuah ritual tradisi seperti itu. Ritual tradisi ini hanya ada pertama kali di Nagari Selayo dulunya. Adapun maksud dari tarian ini adalah ratapan/sesal/kesedihan/frustasi dari seorang Ibu dan kerabat yang tidak bisa menerima kematian anaknya di perantauan.

Tarian “Bailau” ini berisikan tentang anaknya yang merantau dan tiba-tiba ada berita / ‘kaba’ yang ia dapat dari sanak familinya yang membuat si ibu tidak terima atas kematian anaknya. Maka dari itu seorang Ibu tersebut memintak kepada pihak keluarga ‘ninik-mamak’, untuk membuat semacam ritual untuk dapat mengingat dan mengenang roh anak, maka badan sang anak digantikan dengan media “batang pisang”. Pengibaratan jenazah dengan batang pisang, pun tidak juga asal pilih. Karena sifatnya sama dengan manusia yaitu pantang bertunas untuk kedua kalinya, maka dari itu batang pisang dipilih untuk menjadi ikon penggambaran si mayat. Tarian “Bailau” dikembangkan dan diperindah tanpa menghilangkan orisinalitasnya. Seperti ada gerakan-gerakan dasar dari ritual ini yaitu menghentakkan kaki ke tanah dengan posisi badan condong melihat ke bawah itu menggambarkan kesedihan si ibu yang sedang mencari anaknya

Adapun pengaruh dari tarian “Bailau” ini ketidaktahuan keluarga akan adanya Tuhan. Mereka mengungkapkan sesal/ratapan/frustasi dengan cara meratapi badan anak dengan begitu tidak baik, bahkan sampai menganiaya badan dirinya sendiri.  Sampai ada yang kerasukan, menangis terisak-isak dan lainnya. Maka dari itu koreografer ingin mengangkat kembali tarian “Bailau” ini agar masyarakat Minangkabau dan masyarakat Nusantara mengetahui bahwa Tari “Bailau” ini pernah ada di Sumatra Barat. Dan memberitahu kepada orang-orang bahwa tarian ini adalah tarian asli Minangkabau, bagian dari bentuk ritual tradisi yang dikemas dalam seni pertunjukan tari.

Perubahan fungsi ini barangkali bisa kita sebut sebagai respon dari masyarakat setempat untuk melestarikan sebuah fenomena budaya, ritual tradisi tersebut tetap berupaya menyiarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual itu sebelumnya, yang tentu saja “si anak yang meninggal” hanyalah sebuah imajinasi. Penulis, Rahayu Nengsih

  • About
  • Latest Posts
Redaksi Marewai
ikuti saya
Redaksi Marewai
Redaksi Marewai at Padang
Redaksi Marewai (Komunitas Serikat Budaya Marewai) adalah Komunitas Independen yang menyediakan ruang bagi siapa saja yang mau mempublikasi tulisannya, sebuah media alternatif untuk para penulis. Kami juga banyak berkegiatan diarsip manuskrip dan video/film dokumenter, mengangkat sejarah dan budaya Minangkabau. Bebebapa dari karya tsb sudah kami tayangkan di Youtube Marewai TV.
Silakan kirim karyamu ke; [email protected]
Redaksi Marewai
ikuti saya
Latest posts by Redaksi Marewai (see all)
  • Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi - 10 Oktober 2025
  • Puisi-puisi Chalvin Pratama Putra – Narasi untuk Ibu - 5 Oktober 2025
  • Puisi: M.Z Billal – Pertanyaan yang Dilarang Dipertanyakan - 30 September 2025
Tags: CerpenPelesiran

Related Posts

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby Wahyu Riyodi

Oleh Redaksi Marewai
10 Oktober 2025

Literasi yang Tak Masuk Akal, tapi Masuk Anggaran & Literasi yang Masuk Akal, tapi Tak Masuk Anggaran | Robby...

“Adu Bola Mata”, Nomor Terbaru Tiara Andini: Babak Babak yang Tak Pernah Usai

“Adu Bola Mata”, Nomor Terbaru Tiara Andini: Babak Babak yang Tak Pernah Usai

Oleh Redaksi Marewai
22 September 2025

Tiara Andini kembali melepas single terbarunya yang kali ini diberi judul “Adu Bola Mata”. Singel terbaru ini  menjadi salah...

Yellowcard Rilis Single “Bedroom Posters” Sebagai Pengantar Menuju Album “Better Days”

Yellowcard Rilis Single “Bedroom Posters” Sebagai Pengantar Menuju Album “Better Days”

Oleh Redaksi Marewai
18 September 2025

Band alt-rock legendaris, Yellowcard, resmi merilis single terbaru mereka, ‘Bedroom Posters’. Lagu ini jadi bagian dari album penuh mereka...

DNANDA Gambarkan Kekaguman pada Keindahan Sederhana Lewat Single Baru “Bola Mata Sayu”

DNANDA Gambarkan Kekaguman pada Keindahan Sederhana Lewat Single Baru “Bola Mata Sayu”

Oleh Redaksi Marewai
17 September 2025

Setelah viral di aplikasi media sosial TikTok lewat single “Benar Salah Hanyalah Salah”, Dnanda kembali dengan karya terbarunya di...

Next Post
Marewai

Fenomena Sumur Batu dan Mitosnya yang Berkembang, Teratak Panas, Amping Parak Pesisir Selatan

Carito: Yuang Sewai-Manabuang Harato | Rori Aroka Rusji

Carito: Yuang Sewai-Manabuang Harato | Rori Aroka Rusji

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In