Pesisir Selatan, Marewai. Beragam kepercayaan masyarakat tumbuh dan berkembang secara turun temurun baik dari segi kepercayaan ataupun tempat yang dianggap keramat. Banyaknya tempat-tempat sakral yang bertahan sampai saat ini masih menyisahkan tanda tanya. Seperti yang dipercayai masyarakat, tempat keramat dalam anggapan suatu masyarakat adalah tempat yang dikeramatkan karena tempat bersemayamnya arwah leluhur atau pernah disinggahi orang-orang yang memiliki kekuatan gaib. Pada suatu waktu di tempat keramat itu dijadikan pusat kegiatan religius, yakni upacara persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Adapun sebagian tempat memang sengaja dikeramatkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk larangan supaya masyarakat tidak ke sana, atau menyembunyikan suatu hal.
Begitu juga yang terjadi di sumur batu yang ada di Amping Parak Timur, Teratak Panas, Kab. Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Konon menurut cerita masyarakat setempat dahulunya sumur batu tersebut berada di puncak bukit, bukit itu bernama bukit Biah. Diambil dari nama Mande Rubiah, dimana Mande Rubiah pernah menjadikan bukit tersebut sebagai tempat persinggahannya. Sehingga masyarakat memberi nama bukit itu bukit Biah. Sedangkan Mande Rubiah merupakan seorang wanita yang dihormati masyarakat Minangkabau, orang yang diberi kebijakan dalam memberikan keputusuan selain raja. Adapun dalam kisah dan jejak keturunan kerajaan Pagaruyung, dimana Mande Rubiah merupakan seorang Putri Bundo Kanduang yang bernama Putri Salasiah Pinang Masak yang melarikan diri dan kemudian membangun istana di hilir Batang Lunang (Rumah Gadang Mande Rubiah).
Biasanya sumur batu tersebut dijadikan tempat berdoa ataupun meminta kesembuhan penyakit dengan cara meminum air yang ada di sumur tersebut (khasiat). Sumur batu itu tidak pernah mengalami kekeringan, anehnya di saat musim kemarau, sumur batu itu malah memiliki air yang jernih. Sumur batu ini sudah dikenal masyarakat luas, terutama di Pesisir Selatan. Sekiar tahun 70-90an tempat ini masih ramai dikunjungi orang untuk sekedar mengambil air sumur atau berdoa. Orang-orang yang datangpun membawa kain-kain putih sebagai ranjinya atau untuk tempat berteduh sumur batu itu. Dulu sumur batu terletak di atas bukit, sekarang berada di bawah. Dulunya ada pekerjaan proyek sehingga mereka tak sengaja mengambil penopang sumur batu yang menyebabkan sumur batu itu jatuh ke bawah, tepat di tepi jalan. Namun keanehan lainnya, batu yang menyimpan air itu tak pernah mengalami kekeringan, walau sudah coba ditimba.
Beragam kejadian aneh yang dialami masyarakat setempat mengenai sumur batu tersebut. Suatu waktu ada seorang warga mengambil barang antik berupa emas, tapi naas emas tersebut tidak bisa dijual karena banyak keanehan. Kemudian benda tersebut dikembalikan ke tempat semula ia mengambilnya, selang beberapa hari orang yang mengambil emas itu meninggal dunia tidak tau apa penyebabnya, tapi masyarakat memercayai karena sesuatu unsur gaib. Dan biasanya kalau terjadi hal-hal magis di sana, maka masyarakat setempat menyembelih kambing atau kerbau untuk dikorbankan.
Tetapi sekarang lain halnya dengan kondisi lokasi sumur batu, dahulu terawat karena sering dikunjungi masyarakat dan memercayai masih koramahnya. Sedangkan sekarang sudah tidak terawat lagi alias semak. Akibat perkembangan zaman dan kepercayaan masyarakat terhadap tempat-tempat yang sakral mulai memudar ditambah lagi kebiasaan yang sejak lama ada di suatu tempat itu tidak lagi menjadi tradisi turun temurun.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat juga mengalami perubahan yang signifikan dalam kehidupannya, terutama dalam pola pikir yang sudah tidak lagi mudah memercayai kebiasaan lama apa lagi memiliki unsur gaib. Tapi sayangnya fenomena itu menjadi sebuah kemerosotan tradisi masyarakat lokal dan tidak hanya kepada tempat-tempat keramat saja, tetapi juga terjadi kepada tradisi-tradisi lain yang sebenarnya patut dijaga.
Discussion about this post