Berburu ciliang (babi) di Sumatra Barat merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama, dilakukan oleh sebagian masyarakat di Minangkabau. Saat ini, berburu babi juga menjadi sebuah ajang silaturahmi dan olahraga, sehingga sebutan Persatuan Olahraga Buru Babi (Porbi) menjadi sebutan untuk kelompok pecinta buru babi tersebut. Tentu saja berburu babi bukan semata-mata sebagai kegiatan membasmi hama, sebagian masyarakat juga menjadikan berburu babi sebagai hobi, tak hayal pada saat ini berburu babi menjadi gaya hidup sebagian pecintanya. Dengan demikian anjing-anjing yang dipakai tidak lagi anjing-anjing kampung, melainkan anjing ras ataupun anjing yang dibawa dari luar pulau Sumatra Barat.
Beberapa masyarakat percaya, berburu babi yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau adalah bentuk antisipasi permasalahan hama. Banyaknya profesi masyarakat sebagai petani atau peladang, menjadikan kegiatan berburu babi begitu efektif, disamping membantu masyarakat yang memiliki lahan. Seiring berjalannya waktu, berburu babi memang tidak seperti dulu lagi, beberapa gaya berburu babi pun juga mewarnai kegiatan tersebut. Ada pecinta buru babi Marenten, Relli, dan ekor babi. Nah, kebiasaan yang sejak dulu ada itu ialah seperti yang dilakukan pemburu ekor babi. Pemburu ekor babi adalah mereka yang langsung masuk ke dalam hutan untuk mencari babi. Sedangkan Marenten dan Relli hampir menggunakan gaya yang sama; anjing pacu dilintasan berburu, biasanya berjarak lumayan jauh dari kejaran babi.
Terlepas dengan gaya berburu modren ataupun lama, yang pasti tujuan utama berburu babi adalah membasmi hama. Membasmi hama babi tentu juga harus dengan anjing yang kuat dan sehat, karena hama babi bukanlah hewan yang lemah. Babi memiliki tenaga lebih besar daripada anjing, hanya saja mereka tidak pernah mau melawan secara bergerombol seperti anjing mengincar mereka. Perkembangan zaman itulah membuat para pemburu memutar otak untuk memiliki anjing ras bagus atau memiliki keturunan anjing berburu. Maka dari itu banyak pemburu dari Sumbar mencari anjing pemburu dari pulau Jawa. Nah, kegiatan ini bukan baru lagi, sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Jadi tidak heran anjing-anjing yang dimiliki pemburu lokal kuat-kuat dan bagus.
Meski demikian, masih banyak masyarakat awam menganggap kegiatan tersebut terlarang. Padahal anjing-anjing yang dibawa masuk ke Sumbar bukanlah anjing curian, melainkan anjing sehat dan dirawat sejak kecil untuk menjadi anjing pemburu babi. Begitupun sebaliknya, anjing-anjing yang dibawa dengan mobil menggunakan kerangkeng besi memang sengaja dibuat bilik tidak terlalu besar, karena untuk mengurangi goncangan dalam perjalanan. Kesehatan anjing semasa perjalanan juga diperhatikan sampai dengan selamat kepada pemiliknya. Kejadian salah paham ini juga sering terjadi di masyarakat umum; mengira anjing yang dibawa travel-travel menuju Sumbar bukan untuk berburu melainkan untuk konsumsi selera. Jelas salah. Porbi merupakan sebuah kelompok atau komunitas yang besar, bukan sebuah komunitas abal-abal tanpa aturan. Selain kelompok Porbi skala besar, sebagian pemburu juga membuat semacam team Porbi, seperti: ST Team (Pesisir Selatan), Puso Team, Lumba-lumba, 44 Team, 401 Team dan masih banyak lagi.
Pemilik anjing juga memiliki cara-cara istimewa untuk merawat anjing pemburunya, seperti memberi telur ayam kampung dicampur dengan ramuan tradisional, bisa berupa dedaunan ataupun yang sudah diracik secara khusus. Ramuan tersebut diberikan kepada anjing di pagi hari, sebelum pergi berburu babi. Hal ini dipercaya dapat membuat anjing pemburu semakin kuat dan gesit dalam perburuan. Berburu babi bukan lagi tradisi kampungan yang bisa dianggap remeh, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk merawatnya anjing pemburu untuk dapat tampil maksimal.
Berburu ‘ciliang’ bukanlah kegiatan dengan skala kecil, biasanya ada sebutan ‘alek baburu babi’ atau ‘baburu alek’. Acara tersebut biasanya diadakan tiga sampai lima kali dalam setahun untuk satu Kabupaten, bisa juga lebih. Sebelum kegiatan dilaksanakan, akan diadakan dulu musyawarah dengan warga setempat. Menimbang dan melihat situasi lokasi perburuan, biasanya buru alek dilakukan setelah petani/peladang selesai panen. Adapun ritual khusus untuk melakukan buru alek tersebut dengan sesajian sirih dan pinang. Setelah dilakukannya musyawarah, barulah kegiatan berburu bisa dilaksanakan. Kemudian pemburu akan dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok akan menunjuk seorang dari mereka untuk menjadi petunjuk jalan ketika menembus hutan. Selain itu, dari tuan rumah juga ada kelompok pencari, penyambung dan penutup, posisi ini supaya kejaran tidak mudah lepas atau hilang dari kejaran anjing. Dibeberapa perhelatan, kadangkala tuan rumah memang sengaja memberi jerat atau makanan untuk babi supaya tidak pindah lokasi, sehingga pada saat buru alek tamu yang datang merasa puas.
Saat ini berburu babi bukanlah semata kegiatan yang dilakukan secara turun temurun, tapi telah menjadi gaya hidup. Memiliki anjing kuat dan hebat adalah suatu kebanggaan bagi sebagian pecinta buru babi. Namun terlepas dari gaya atau cara berburu saat ini, berburu babi masih terus diharapkan oleh masyarakat untuk bisa membantu mereka dalam menangangi hama, terutama babi. Meski begitu, berburu babi disebagian masyarakat memang kadang menjadi ganjil, lantaran para pemilik anjing buru tidak benar-benar mengurus anjingnya. Semisalnya kesehatan anjing buru, rawatan yang tidak karuan atau lebih parahnya ada sebuah pameo “saya ka anjiang pado ka keluarga”. Beragam penilaian masyarakat terhadap kegiatan berburu ataupun pelaku buru babi, itu sah-sah saja apapun pendapat mereka. Tentu hal ini bisa menjadi dua sisi yang harus saling koreksi, masyarakat dan pelaku kegiatan buru babi. (edt.app)
- SEGERA TERBIT! BUKU ALIH BAHASA KITAB SALASILAH RAJO-RAJO DI MINANGKABAU - 9 September 2024
- Musim Paceklik Sejarah: Melihat Peradaban dari Geladak Kapal | Arif Purnama Putra - 8 Juli 2024
- MAEK: Misteri Peradaban Menhir dan Pengetahuan Astronomi di Kaki Bukit Barisan | Penulis: Sultan Kurnia AB (Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya, Hiroshima University, Jepang) - 4 Juli 2024
Discussion about this post