Pasukan demi pasukan dikirim oleh Rajo Aniayo yang tinggal di Pulau Lantung Kuang ayah Rajo Sonsang Lawik atas permintaan Nangkodo Tamapan Rayo untuk menyerbu pulau Si Mundam Sati. Dan ia juga Rajo Aniayo telah mengirim utusan kepada Raja Alang Gampito sebagai kepala Bajak Bajau Laut yang ganas di pesisir-pesisir bandar Malako (Malaka) dan negeri Tumasik (Singapura) untuk membantunya merompak, merampas, serta menguasai Pulau Si Mundam Sati, Taluek Sinyalai Tabang Papan, dan serta Carocok Gaduang Intan.
Ketika pasukan Bajak Bajau Rupik bergabung dengan kaum Garagasi Hitam dalam pemimpinya Rajo Sigulambai Arang, kembali menyerbu ke Pulau Si Mundam Sati, membuat Rajo Dipatuan Hitam tidak dapat mengimbangi kekuatan musuh yang begitu banyak, maka atas inisiatif Magek Rindang ia menyingkir ke kerajaan Pinang Awan (Painan Sekarang).
Magek Rindang berserta orang-orang Pinang Awan Raja Kualo Bungo Pasang Rajo Bandaro mencoba melakukan perlawanan terhadap pasukan Garagasi bajak laut Rupik, dikarenakan pasukan bajak laut begitu besar dan kuat membuat mereka masih unggul, pasukan Magek Rindang memutuskan untuk mundur ke Kualo Bungo Pasang. Melihat kekuatan musuh begitu besar, Magek Rindang memutuskan untuk berjalan menemui Raja Bayang Kubang Ula. Raja yang memerintah dua negeri di Bayang yaitu: Negeri Bayang Sani, dan Kualo Pinang Balirik di Taluek Tampuruang, dengan nama Tuanku Rajo Mudo yang beristri Puti Bongsu. Magek Rindang meminta bantuan pasukan kepadanya untuk memerangi bajak laut dan orang Garagasi Hitam. Namun oleh Raja Bayang Kubang Ula Tuanku Rajo Mudo, disarankan pula Magek Rindang untuk meminta bantuan kepada Tuanku Rajo Nan Sati, Raja Taluek Sinyalai Tambang Papan serta kepada Tuanku Bandaro Hitam di Carocok Ganduang Intan.
Magek Rindang pun pergi ke Taluek Sinyalai Tambang Papan. Ketika sampai Taluek Sinyalai Tambang Papan Magek Rindang melakukan rundingan, permasalahan, serta strategi untuk melakukan pelawanan terhadap orang-orang Garagasi dan bajak laut Rupik dengan Tuanku Rajo Nan Sati. Tetapi didalam perundingan itu dipanggil oleh Rajo Nan Sati seorang perempuan, Puti Sari Silinduang Bulan ahli dalam ilmu perperangan yang telah terlihatkan kebolehannya ketika membantu ibu-ibu dan anak-anak dalam serangan Garagasi Hitam ketika di Taluek Sinyalai Tambang Papan dalam perundingan dihadiri juga Raja Carocok Ganduang Intan Tuanku Bandaro Hitam. Namun keputusan perundingan disaat itu Tuanku Rajo Nan Sati dan Tuanku Bandaro Hitam akan membentuk pasukan, tetapi pasukan itu harus dikepalai panglimanya oleh Puti Sari Silinduang Bulan, keputusan itu pun langsung disetujui oleh Magek Rindang.
Puti Sari Silinduang Bulan perempuan yang piawai dalam bidang perperangan, membuat Magek Rindang sangat kagum dengan ide serta strategi pembembetukan pasukan dan strategi dalam penyerbuan terhadap musuh. Kemudian mereka berdua bisa membentuk pasukan besar dengan toboh-toboh, dan puhun-puhun serta kawak-kawaknya, yang juga telah didatangkan oleh Raja Tuanku Rajo Mudo di Bayang Kubang Ula.
Bersambung…
- Bagian #1 Datuk Perpatih Nan Sabatang: Menyamar Mengkritisi Undang-undang di Pariangan, dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 11 Februari 2024
- Kembalinya Dt. Perpatih Nan Sebatang Menemui Dt. Katumanggungan dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai: Zera Permana - 21 Januari 2024
- Seri Punago Rimbun: Datuk Parapatiah Nan Sabatang Tokoh Besar Minangkabau dalam Sejarah Tambo Bongka Nan Piawai | Zera Permana - 14 Januari 2024
Discussion about this post