• Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
Minggu, Mei 11, 2025
  • Login
  • Daftar
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai
No Result
View All Result
Redaksi Marewai
No Result
View All Result

Wisata Lawas: Pantai Gunung Rajo, Sungai Sirah Pesisir Selatan

Arif P. Putra Oleh Arif P. Putra
30 September 2020
in Pelesiran
2.2k 22
0
Home Pelesiran
BagikanBagikanBagikanBagikan

Marewai.com, destinasi wisata dalam artian luasnya adalah sebuah daerah tujuan wisata yang dapat disebut juga dengan destinasi pariwisata ialah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya suatu tempat kunjungan wisata. Pesisir Selatan tidak diragukan lagi destinasi wisatanya, baik keindahan alam pegunungannya dan kelautan, walau tidak semua aspek tadi secara lengkap ada di setiap destinasi wisata. 

Salah satu tempat kunjungan wisatawan lokal daerah Pesisir Selatan (khususnya kec. Sutera dan Lengayang) mungkin tidak asing lagi dengan Gunung Rajo, tempat ini dari bagian utara berbatasan dengan pantai Samudera Pasar Surantih dan dari bagian Selatan berbatasan dengan Kampung Alai, Amping Parak. Untuk pengunjung yang ingin mendatangi lokasi Gunung Rajo, kawasan ini berjarak dari Kota Painan (Pusat Pemerintahan Kabupaten) sekitar 37 Km dan sekitar 2,5 Km dari Pasar Surantih perkiraan jarak tempuh sekitar 1 jam lebih dari Painan. Dari simpang jalan raya (belok kanak) untuk sampai ke Gunung Rajo hanya menghabiskan waktu kurang lebih lima menit, daerah ini bernama Sungai Sirah.

Poto: Tepi pantai sambil baca buku

Gunung Rajo barangkali sangat terkenal dengan batu mulia Kalimaya, batu Kalimaya yang terdapat di Gunung Rajo berbeda jauh dengan batu Kalimaya yang ada di Jawa, dia lebih mirip dengan batu Kalimaya Eropa. Bila di Jawa memiliki batu mulia Kalimaya yang begitu mencolok pada bagian warna dengan dasar batu hitam dan putih bening, lain halnya dengan batu Kalimaya yang ada di Gunung Rajo. Kalimaya Gunung Rajo memiliki warna khas, tidak semua batu yang ditemukan memiliki warna mencolok dan beragam. Bila Kalimaya Jawa lebih dominan dengan warna-warni yang dimunculkan, Kalimaya Gunung Rajo lebih dominan warna dasarnya yaitu putih susu. Tapi sebagian pecinta batu menyebutkan bahwa Kalimaya Gunung Rajo lebih eksotis, batu mulia yang hanya bisa ditemukan di Gunung Rajo itu biasanya menyuruk di dalam perut bebatuan gunung yang biasa digunakan masyarakat untuk membuat pondasi rumah. Terlepas dari unsur mistis yang masih dipercayai masyarakat setempat, bahwa Kalimaya dengan tujuh warna adalah batu mulia paling unggul di sana dan hanya orang terpilih yang bisa memilikinya. Warna pada batu itupun hanya mencolok terlihat ketika diterpa matahari, berbeda lagi dengan Kalimaya Jawa yang tidak perlu diterpa matahari tetap saja terlihat warna-warna yang mencolok, sehingga hal tersebut membuat sebagian pecinta batu kurang tertarik dan tak hayal juga dibilang batu obsidian/kaca. Saat ini tidak ada lagi aktivitas pencarian batu Kalimaya di Gunung Rajo.

poto: Kalimaya Gunung Rajo dan Kalimaya Banten

Selain batu mulianya yang tersohor itu, pantai Gunung Rajo juga memiliki bukit kecil yang berhadapan langsung dengan ombak Pesisir Selatan itu. Konon kabarnya ada sebuah cerita legenda Batu Kutu, batu yang berbentuk orang sedang mencari kutu. Namun akibat perubahan cuaca, batu tersebut sudah tidak utuh lagi. Batu Kutu ini dikisahkan masyarakat setempat sebagian kediaman satu keluarga yang kebiasaanya mencari kutu di setiap hari menjelang petang, sembari menunggu sang suami pulang melaut, ibu dan anaknya menghabiskan waktu mencari kutu dengan posisi menghadap ke laut. Tapi suatu waktu, saat matahari setengah tenggelam di badan laut, ombak besar datang dan menerpa mereka, sehingga mereka menjadi batu. Saya beranggapan ini hanya sebuah kiasan saja, bahwa tidak elok rasanya mencari kutu saat hari mulai gelap yang juga bertepatan dengan waktu magrib.

Poto: Tumpukkan bebatuan bagian bibir bukit (Bukan Batu Kutu)

Pada bagian bibir bukit kecil yang mengadahap ke laut memiliki tumpukkan batu indah, tempat ini memang jarang dikunjungi pendatang, selain warga setempat, pemancing dan siswa bolos. Pada bagian bibir bukit yang menghadang ombak ada tumpukkan batu menarik seperti disusun rapi layaknya sebuah karya seni pahatan. Namun disarankan untuk yang tidak tau medan jangan ke sana, banyak mitos-mitos pantangan dan kejadian aneh terjadi. Konon, jika pendatang baru sampai di bebatuan itu yang langsung menghadap ke laut lepas, ombak di sana bisa saja tiba-tiba besar dan ganas menghantam tebing.

Pantai Gunung Rajo memang sudah dikenal sejak lama, tempat ini dulunya sering mengadakan acara-acara musik saat perayaan-perayaan hari besar; Hari Raya ataupun hari peringatan lainnya. Tentu juga diwarnai beberapa peristiwa-peristiwa besar, seperti upaya masyarakat menghentikan pengambilan batu di Gunung Rajo, sampai hilangtimbulnya daya tarik pantai ini. Sampai sekarang pantai Gunung Rajo masih menjadi pilihan utama kunjungan masyarakat khusus Kecamatan Sutera. Pantainya masih menyimpan pasir putih yang bersih, karena warga setempat masih melakukan kegiatan sehingga masih bisa menjaga kebersihan pantai. Tempat ini cocok sekali buat kalian yang ingin bersantai dengan keluarga, susunan pohon kelapa membuat tempat ini teduh dan indah. Apalagi saat matahari tenggelam, bias kemerahan membayang dipipir pantai, pohon kelapa membentuk susunan bayangan. Kalian tinggal memilih, membuka baju lalu menemui asin air atau duduk manis melihat keindahannya.  

Poto: Suasana Matahari Tenggelam

Saya merekomendasikan untuk kalian yang ingin mengisi waktu luangnya ke sini sebagai alternatif karena situasi wabah masih belum pulih, tetap jaga kesehatan dan berhati-hatilah saat melakukan perjalanan, meski hanya dalam daerah.

  • About
  • Latest Posts
Arif P. Putra
ikuti saya
Arif P. Putra
Penulis at Media
Pengelola & penulis di kanal Marewai, menulis Rubrik Pelesiran dan Budaya. Kami juga melakukan riset independen seputar kearifan lokal di Minangkabau, terutama Pesisir Selatan. Selain mengisi kolom di Marewai.com, saya juga menulis puisi dan cerpen dibeberapa media daring dan cetak di Indonesia. Karya-karya saya sering menggabungkan kepekaan terhadap detail kehidupan sehari-hari dengan kedalaman emosional yang membuat pembaca terhubung dengan karakter dan cerita yang diciptakan. Saya juga menulis di rubrik Pelesiran website www.marewai.com
blog;pemikiranlokal.blogspot.com,
Arif P. Putra
ikuti saya
Latest posts by Arif P. Putra (see all)
  • Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah - 13 April 2025
  • Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura - 3 April 2025
  • Cakap Film – Bougainvillea: Sandiwara Psikopat dan Percintaan yang Kelam - 19 Maret 2025

Related Posts

Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua

Pelesiran: Rayuan Pohonan Lontar di Kota Karang | Raudal Tanjung Banua

Oleh Redaksi Marewai
29 April 2025

sastrawan dan penikmat perjalanan, tinggal di Yogyakarta TAK sebagaimana umumnya pantai di Indonesia dengan rayuan pohon kelapa atau nyiur...

Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah

Lunang Muara Penantian: Negeri Pagar Dewang Tanah Kayangan dan Misteri Telur Garuda di Museum Mande Rubiah

Oleh Arif P. Putra
13 April 2025

Sebuah telur berukuran raksasa dengan diameter 80 cm yang ditemukan saat zaman kerajaan Minangkabau yang diperkirakan berusia ratusan tahun...

Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura

Menziarahi Masa Lampau: Rumah Gadang Mande Rubiah, Komplek Makam Bundo Kanduang dan Kelindan di Inderapura

Oleh Arif P. Putra
3 April 2025

Ada banyak tabir yang belum tersingkap dari masa lampau. Sejarah-sejarah ditulis kadang tak melulu dengan data yang konkrit, sebagian...

Balimau: Tradisi Entah, Kewajiban Agama Bukan, Sebuah Pemakluman atau Kebiasaan Semata

Balimau: Tradisi Entah, Kewajiban Agama Bukan, Sebuah Pemakluman atau Kebiasaan Semata

Oleh Arif P. Putra
28 Februari 2025

Bagi masyarakat Minangkabau tradisi balimau sudah tidak asing lagi. Tradisi yang dilakukan sehari sebelum masuk bulan suci ramadan ini...

Next Post
Sebuah Cerita Tentang Dukun Padi di Pesisir Selatan. Oleh: Zera Permana

Sebuah Cerita Tentang Dukun Padi di Pesisir Selatan. Oleh: Zera Permana

Puisi-puisi Dafrika Doni

Puisi-puisi Dafrika Doni

Discussion about this post

Redaksi Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Ruang-ruang

  • Budaya
  • Sastra
  • Punago Rimbun
  • Pelesiran
  • Carito

Ikuti kami

No Result
View All Result
  • Kirim Tulisan ke Marewai
  • Budaya
  • Carito
  • Sastra
  • Berita Seni Budaya
  • Pelesiran
  • Punago Rimbun
  • Tentang Marewai

© 2024 Redaksi Marewai

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In