Indonesia memiliki banyak keindahan alamnya, baik yang sudah menjadi destinasi wisata umum ataupun hanya didatangi segelintir wisatawan (lokal). Diantara banyaknya Provinsi dan kabupaten di Indonesia, Sumatra Barat termasuk penyumbang wisata terbanyak. Hampir di tiap kabupaten di Provinsi ini memiliki ikon yang barangkali juga dikenal di luar; lokal maupun mancanegara. Tetapi tidak semua wisata tersebut muncul kepermukaan sebagai kunjungan wisatawan, melainkan hanya menjadi wisata alternatif.
Nah, salah satunya ada di Nagari Tanjuang Alai. Tanjuang Alai (Indonesia: Tanjung Alai) merupakan salah satu nagari yang terdapat di Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini, hampir bisa dipastikan (minimal diduga) bahwa banyak yang belum kenal dan mengenalnya. Padahal nagari ini memiliki berbagai objek wisata yang jika dikelola dengan baik akan menjadi tempat (destinasi) wisata yang wah dan Luar biasa. Di antara tempat wisata nan elok itu adalah Panorama Gurun, Gua Ngalau, Lereng Green View, dan Puncak Guk Duri.
Pertama, “Panaroma Gurun” adalah objek wisata alam yang asri dengan pemandangan alam yang indah, dan di objek wisata ini terlihat danau Singkarak dengan alamnya yang membentang luas. Namun, panorama gurun ini belum sepenuhnya terkelola (tepatnya: dikelola) dengan baik, sehingga menjadikan objek wisata ini masih minim pengunjung dan relatif tidak dikenal oleh masyarakat luas, bahkan masyarakat sekitar nagari Tanjung Alai.
Dengan Posisi Panorama Gurun yang strategis, salah satunya karena didukung dengan lokasinya yang menghadap ke Danau Singkarak. Harusnya, Panorama gurun ini dengan nuansa yang menyuguhkan panorama alam yang sangat menakjubkan dengan hamparan persawahan, perkampungan, di bagian bawahnya, hutan dan kawasan pesisir bagian selatan Danau singkarak, menjadi populer di Kabupaten Solok.
Kedua, Gua Ngalau merupakan gua alam dengan beberapa mulut gua. Gua ini memiliki setidaknya, yang sudah dikunjungi penduduk setempat ada tiga. Ketiganya, sebenarnya bisa dijadikan sebagai akses masuk dan keluar, namun ketiga gua ini tidak menyatu (terpisah). Di dalam salah satu guanya, yang berada pada arah paling bawah, di huni kawanan kelelawar yang membuatnya senantiasa dipenuhi suara riuh sepanjang waktu. Selain kelelawar, terdapat burung walet yang bersarang di antara celah langit-langit yang menjulang dengan tinggi sekitar 15 meter. Sedangakan pada gua yang posisinya di tengah-tengah, terdapat ruangan gelap dengan pintu akses yang kecil, ruangan di dalamnya yang cukup besar, sekitar 5 mater persegi.
Di dalam gua ini kita tidak akan dapat melihat keindahan stalagtit dan stalagmit, kecuali mengunakan penerangan (lampu/senter). Artinya kalau mau masuk ke dalam melalui gua ini harus menggunakan penerangan. Kalau tidak akan bisa melihat isi gua di dalamnya, di dalam gua ini juga ada ditemuakan sarang walet, walaupun jumlahnya terbatas/sedikit. Sedang pada gua yang ketiga, yang berada pada posisi yang paling atas, konon kabarnya mempunyai aliran sungai di dalamnya dan guanya dalam (tidak terlihat dasar kalau kita memandangnya dari posisi atas. Konon kabarnya di dalam gua ini juga ada binatang berbisa (ular yang besar), sebagai penghuninya. Waalauhu alam…
Ketiga, di samping dua objek wisata itu, ada sebuah tempat “eksotik” nan elok dan indah di atas deretan perbukitan yang terletak di Nagari Tanjung Alai ini. Tempat tersebut sekarang sudah diberi nama “Lereng Green View”. Sebagai objek wisata yang wah dan luar biasa, Destinasi ini dibuka aksesnya pada Januari 2020 lalu (mulai berkembangnya Pandemi Covid-19), dengan menyuguhkan view nan cantik Danau Singkarak, Paralayang, lokasi camping ground, dan dengan berbagai spot foto menarik dari atas bukit.
Inilah barangkali, objek wisata yang ada di Tanjuang Alai, satu-satunya yang relatif mulai dikenal masyarakat. Untuk masuk objek wisata ini pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis, namun jika pengunjung ingin menikmati serunya bermain Paralayang, bisa dengan membayar 300 ribu, selama 20 ± menit didampingi instruktur profesional. Sedangkan, bagi yang ingin camping juga disediakan tenda serta perlengkapannya, pengunjung cukup membayar 150 per tenda. Tetapi kalau membawa tenda sendiri dikenakan biaya 25 ribu per orang.
Berdasarkan info yang ada, Objek wisata ini sudah dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tanjung Alai, dan tentunya dalam pembinaan Dinas Pariwisata kabupaten Solok. Objek wisata ini meskipun terpencil namun kalau di promosikan secara profesional secara terus-menrus, dan tentunya sambil melakukan pengembangan dan pembenahan secara konsisten, akan menjadi maju. Sebab sebagaimana objek wisata lain di Tanjuang Alai ini, kita bisa melihat keindahan Danau Singkarak dari sisi yang mengasyikan. Salah satu kendala yang perlu dibenahi dalam waktu cepat, oleh pengelola dan stakeholder terkait adalah akses jalan menuju ke tempat objek wisata ini yaitu jalan yang masih sempit dan agak sulit dilewati kendaraan roda empat, jika berselisih.
Keempat, Objek wisata Puncak Guk Duri. Destinasi wisata Puncak Puncak Guk Duri bisa menjadi pilihan alternatif dalam berwisata di nagari Tanjuang Alai, karena bisa menikmati nuansa alam yang segar dan memesona. Di Puncak Guk Duri, memiliki suhu relatif dingin, dan dengan hembusan angin yang relatif kencang. Nah, dari tempat ini pengunjing selain bisa menikmati keindahan dataran tingginya yang unik serta menarik, ada daya magis/magnet lain sebagaimana ciri khas destinasi Tanjung Alai, kita bakalan menyaksikan secara sempurna hamparan danau dengan air yang jernih, yang menciptakan jiwa yang tenang dan hati yang lebih tentram.
Dari puncak Guk Duri ini juga bisa dinikmati indahnya kota Solok, dengan ikonnya Gunung Talang, serta dengan hamparan persawahan yang menghijau. Dan jika memang cuaca cerah maka akan terlihat secara jelas rangkaian pemandangan bukit barisan, yang menggelitik hati.
Penulis, Ihsan Sanusi.
- Esai: Syekh Siti Jenar dan Pembangkangan atas Keseragaman | Fatah Anshori - 6 Oktober 2024
- Essay Ketika Seorang Antonio José Bolívar Memilih Masuk ke Hutan | Fatah Anshori - 29 September 2024
- Cerpen Seperti Mama Melakukannya | Putri Oktaviani - 28 September 2024
Discussion about this post